
Ramalan Terberat Ekonomi RI 2020-2021, Tumbuh Minus 1,4%

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di kisaran minus 0,4%-2,3%. Namun dalam kondisi paling tertekan akibat pandemi Covid-19 bisa berada di minus 1,4%-1%.
Perekonomian yang jatuh ini dikarenakan pandemi Covd-219 yang membuat pergerakan perekonomian lumpuh. Hal ini membuat daya beli masyarakat turun drastis.
Untuk 2020, Kemenkeu memproyeksi motor penggerak perekonomian yakni konsumsi rumah tangga akan minus 0,6%-1,8%. Kemudian ekspor juga akan turun tajam minus 7,7% sampai minus 3% dan impor tak kalah anjlok minus 12% hingga minus 7,5%.
Namun, di sisi lain yakni konsumsi pemerintah juga akan turun tapi masih bisa positif. Ini karena belanja pemerintah difokuskan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dan pelaku usaha terutama UMKM yang paling terdampak Covid-19.
Sementara itu, untuk 2021 Kementerian Keuangan lebih optimis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5%-5,5%. Optimisme ini ditopang oleh keyakinan pada 2021 akan menjadi masa pemulihan dimana daya beli masyarakat akan membaik karena adanya pelonggaran pembatasan sosial.
Pelonggaran ini tentunya membuat perekonomian kembali bergerak karena sektor usaha yang mulai bangkit. Dengan demikian pada 2021, konsumsi rumah tangga di prediksi bisa mencapai 4,1%-4,9%. Memang jauh di bawah sebelum ada pandemi tetapi lebih baik dibandingkan 2020.
"Berbagai langkah cukup ketat yang diambil oleh pemerintah untuk mencegah meluasnya dan bertambahnya korban jiwa pandemi Corona diharapkan dapat mendorong proses pemulihan lebih cepat di tahun 2021. Kinerja perekonomian nasional diharapkan dapat normal kembali pada semester II 2021," tulis Kemenkeu dalam KEM PPKF 2021 yang dikutip Selasa (30/6/2020).
Selanjutnya, konsumsi pemerintah pada 2021 diharapkan bisa mencapai 2,5%-3,5%. Ini sejalan dengan berbagai kebijakan stimulus yang telah dilakukan pemerintah untuk memitigasi dampak pandemi Covid-19.
"Kebijakan konsumsi pemerintah akan diarahkan pada peningkatan value for money agar lebih efektif, efisien, dan produktif agar dapat menstimulasi perekonomian. Untuk itu, pemerintah akan melakukan penajaman cukup signifikan pada belanja operasional, termasuk melalui kebijakan inovatif seperti penerapan work from home (WFH) dan open space ruangan kerja," tulis laporan tersebut.
Kemudian, ekspor 2021 diharapkan bisa mencapai kisaran 3,5%-5,1% dan impor sebesar 4,4%-5,9%. Kondisi perdagangan ini belum cukup tinggi dikarenakan masih belum pulihnya permintaan global secara utuh di tahun depan.
"Risiko pelemahan permintaan global akibat Covid-19 masih membayangi upaya peningkatan kinerja pertumbuhan ekspor dan impor. Selain itu, fluktuasi harga komoditas dan isu lingkungan terhadap komoditas utama ekspor Indonesia, yaitu crude palm oil (CPO), juga menjadi risiko yang perlu diwaspadai. Pemerintah perlu melakukan upaya diversifikasi ekspor demi menciptakan stabilitas eksternal melalui revitalisasi sektor industri pengolahan."
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi RI Masih Minus, Kebijakan Pemerintah Kurang Nendang?