
Gugus Tugas Ungkap Jurus NTT Perangi Covid-19, Apa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu daerah yang memiliki risiko rendah Covid-19. Kasus pertama yang terkonfirmasi positif merupakan imported case karena pasien baru datang dari Jakarta yang ketika itu masih melonjak.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTT Jelamu Ardu Marius mengatakan NTT dan Gorontalo menjadi salah satu provinsi yang paling akhir terpapar virus corona dibandingkan provinsi lainnya. Menurut Marius, tidak seperti daerah lainnya, penyebaran virus corona di provinis ini pun tidak secepat di provinsi lain karena adanya berbagai langkah antisipatif.
"Sampai Rabu malam, jumlah pasien yang tertular sebanyak 112 orang dan sembuh 77 orang dan 1 meninggal. Penanganan yang dilakukan begitu bagus sehingga hampir 80% pasien bisa sembuh," kata Jelamu, Kamis (25/06/2020).
Dia juga mencatat penyebaran di NTT paling banyak terjadi di Kupang dan Manggarai Barat. Marius menjelaskan, ketika kasus pertama kali di Indonesia diumumkan, pemerintah provinsi langsung melarang perjalanan dinas keluar daerah untuk setiap ASN. Pasien yang terkonfirmasi pertama kali merupakan kasus impor dari Jakarta, setelah itu klaster Sukabumi yang mana ada 8 orang yang kembali dari sana.
"Ada unsur positif dari rasa panik karena membuat kita waspada, ketika diumumkan agar mengikuti protokol kesehatan masyarakat mengikuti dan memahami penyebaran corona dan dampak-dampaknya. Mereka sadar menghindari kerumunan dan menjaga jarak," ujar Marius.
Hingga Rabu (24/06/2020), pukul 12:00 WIB Kementerian Kesehatan mencatat tidak ada penambahan pasien positif di NTT, dan ada 111 total kasus, dengan 40 sembuh dan 1 meninggal. Marius mengatakan pemerintah provinsi dan bupati setiap daerah melakukan kontrol ketat terhadap 21 kabupaten dan 1 kota.
Dari semuanya, menurut dia, yang paling sulit dikontrol adalah masyarakat perkotaan, karena masih banyak ditemukan yang tidak menggunakan masker ketika di luar rumah.
"Masyarakat di pedesaan jauh lebih disiplin. Di kota Kupang, tidak semua warga mengikuti dengan patuh, di jalan banyak anak muda tidak pakai masker. Tapi ketika kami umumkan untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan masyarakat melakukannya," katanya.
Dia mengakui ketatnya pengawasan terhadap pergerakan orang juga membuat kegiatan ekonomi terhambat dalam tiga bulan terakhir.
"Di satu pihak masyarakat harus hidup. Yang kami usahakan adalah pascapenyebaran virus ini kita tidak bisa melupakan social safety net," ujar Marius.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI