
Sempat di Zona Hitam, Risma Klaim Kasus Corona Surabaya Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Surabaya sempat masuk ke dalam zona hitam Covid-19 menurut laman infocovid19.jatimprov.go.id beberapa waktu lalu. Semua tak lepas dari tingginya kasus konfirmasi positif Covid-19 di wilayah itu.
Per Senin (22/6/2020), kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 4.771 orang dengan perincian yang sembuh 1.631 orang dan yang meninggal 358 orang. Sementara itu untuk Jatim secara keseluruhan, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 9.840 orang dengan perincian yang sembuh 2.915 orang dan yang meninggal 744 orang.
Dalam konferensi video via Youtube BNPB, Selasa (23/6/2020), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan perkembangan terkini penanganan Covid-19 di Surabaya. Menurut Risma, dalam sebulan terakhir, Pemkot Surabaya bersama BNPB dan BIN rutin melakukan rapid test massal untuk membendung penyebaran virus di beberapa tempat.
"Dari hasil, trennya memang menurun. Makanya BIN meninggalkan Surabaya karena memang ada tren menurun dan meskipun ditinggalkan BIN, kami tetap melakukan rapid massal di beberapa tempat dan mudah-mudahan tren ini tetap turun meski kita tetap rapid massal," ujarnya.
"Kita melakukan upaya cukup tegas karena kita lakukan dari lingkungan kampung, dari lingkungan pasar, mall, industri, tempat ibadah dan kawasan perdagangan, transportasi dengan harapan bisa memutus mata rantai penularan," lanjut Risma.
Ia mengaku tidak mudah melakukan pengawasan. Namun demikian, Pemkot Surabaya tetap melakukan berbagai upaya seperti menyiagakan petugas yang bergantian jaga dan akan memantau pergerakan warga, misalnya yang tidak menggunakan masker.
"Meski jumlah tes turun, Kita lakukan terus. Sekarang, kalau dulu based-nya kampung, kalau ada yang positif di kampung langsung di-rapid satu kampung. Sekarang bukan begitu, kami melakukan per komunitas," kata Risma.
Tak hanya, kawasan di sekitar rumah sakit juga menjadi target. Misalnya saja ada pedagang yang membuka kios, minimarket, sehingga jika ada yang positif, maka akan dilakukan rapid test di lingkungan tersebut.
"Kemudian SPG, kemudian petugas hotel, kita rapid massal. Semuanya, meski bukan warga Surabaya, tapi harus dilakukan supaya tahu tracing-nya," ujar Risma.
Bahkan dia tak segan-segan menutup sebuah lingkungan jika terbukti ada yang positif terpapar virus corona. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan lebih banyak lagi.
Ihwal strategi ke depan, Risma mengatakan disiplin harus diterapkan mulai dari lingkungan rumah warga. Untuk itu, dibuatlah kampung tangguh. Akan ada pengawasan ketat terutama yang keluar masuk kampung.
Kedua melalui pasar tangguh. Risma menerapkan sejumlah cara termasuk bagaimana etika jual-beli, sehingga bagaimana melakukan pembayaran
"Pembayaran menggunakan alat, kemudian uangnya tak boleh bersentuhan. Kemudian di depan antara pembeli pedagang ada plastik pemisah tirai. Pembeli tidak boleh memegang, jadi dia hanya menunjuk dan memberikan catatan apa yang mereka beli," kata Risma.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nah Lho, Jokowi Tagih Daerah 'Sulap' Sampah Jadi Listrik