Kasus Covid-19 di Turki Melesat, Erdogan Ungkap Kondisi Turki

Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
21 June 2020 16:25
Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks to reporters before departing for a visit to Ukraine, in Istanbul, Monday, Feb. 3, 2020. Turkey hit targets in northern Syria, responding to shelling by Syrian government forces that killed at least four Turkish soldiers, the Turkish president said Monday. A Syrian war monitor said six Syrian troops were also killed.(Presidential Press Service via AP, Pool)
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Presidential Press Service via AP, Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Tayyip Erdogan mengakui, Turki telah kehilangan arena dalam pertempurannya melawan Covid-19. Kendati begitu, dia menegaskan Turki masih fokus pada kebersihan, penggunaan masker dan jarak sosial, untuk melindungi orang-orang dan membantu ekonomi rebound di semester kedua di tahun ini.

Bulan ini, Ankara membuka lagi restoran dan kafe. Kebijakan kerja dari rumah dan larangan bepergian antarkota juga dicabut. Tetapi sejak 1 Juni kasus COVID-19 baru telah berlipat dua menjadi hampir 1.600 per hari, meningkatkan kekhawatiran akan munculnya kembali gelombang lanjutan.

"Angka-angka dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa kami telah kehilangan posisi kami dalam perang melawan epidemi," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi, Sabtu (20/6/20) sebagaimana dikutip dari Reuters.

"Tapi kami bertujuan untuk menghapus pandemi dari agenda kami dengan menghormati aturan pembersihan, masker dan jarak."

Ketika orang-orang Turki mengalir ke jalan-jalan, taman, mal dan ke tempat-tempat liburan, masker wajah diwajibkan di kota-kota besar pada hari Kamis. Pada hari Jumat, jumlah kasus virus baru turun menjadi lebih dari 1.200 dengan total kasus lebih dari 185.000, tertinggi ketiga belas di dunia.

Sebelumnya, Tayyip Erdoğan juga sempat bmengatakan Turki akan mengembangkan dan memproduksi secara lokal obat yang digunakan dalam pengobatan COVID-19 bernama favipiravir atau yang lebih dikenal dengan nama avigan.

Dalam pertemuan kabinet tatap muka pertama dalam tiga bulan pada Kamis (11/6/2020), Erdogan mengatakan ilmuwan Turki dapat mensintesiskan bahan aktif obat favipiravir, dan setidaknya akan tersedia untuk pengobatan setelah proses pendaftaran selesai.

Berdasarkan hasil uji coba awal, obat flu yang dikembangkan Jepang ini terbukti efektif dalam mengurangi durasi virus corona baru pada pasien dan meningkatkan kondisi paru-paru mereka, atau titik utama yang akan diserang virus itu.

Menurut Departemen Kesehatan, favipiravir yang dibawa dari China sedang digunakan di bawah protokol unik di Turki. Tidak seperti dokter China, dokter Turki telah menemukan bahwa inkubasi dini ternyata memperpanjang penyakit saat aliran tinggi oksigen mengarah ke pengobatan yang lebih cepat dan sukses.

Erdogan juga mengumumkan pelonggaran lebih lanjut dari beberapa aturan pembatasan yang diberlakukan untuk menekan penyebaran COVID-19.
Setidaknya tempat pendaftaran pernikahan akan dibuka kembali pada 15 Juni, diikuti oleh gedung pernikahan pada 1 Juli. Sementara itu, bisnis seperti bioskop, teater, dan pusat pameran akan diizinkan untuk dibuka kembali mulai 1 Juli, berdasarkan peraturan yang ditentukan pemerintah.

Warga negara yang berusia di atas usia 65 akan diizinkan di luar antara pukul 10 pagi dan 8 malam. Sementara mereka yang berusia di bawah 18 tahun dapat pergi keluar kapan saja dengan orang tua mereka. Masyarakat berusia di atas 65, serta anak di bawah umur sebelumnya dilarang meninggalkan rumah mereka.

Selain itu, Turki juga meluncurkan proses normalisasi pada awal bulan ini, yang secara bertahap mengangkat sejumlah aturan batasan sosial.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Sulap Lapangan Bola Jadi RS Covid-19 Super Lengkap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular