
Di DPR Sri Mulyani Ungkap Ramalan Buruk Ekonomi Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan meski pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 diramal sangat buruk, pemerintah berupaya agar pertumbuhan ekonomi pada 2020 masih bisa tumbuh positif.
"Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 secara sangat tajam menggambarkan proses pemburukan ekonomi dunia tahun 2020 terjadi sangat cepat dan sangat dahsyat," kata Sri Mulyani di ruang rapat sidang paripurna DPR, Kamis (18/6/2020).
Berbagai lembaga internasional telah memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2020 dari semula positif menjadi negatif.
OECD merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari semua tumbuh2,4% menjadi -6% sampai -7,6%. Bank Dunia juga demikian, sdari 2,5% menjadi -5.2%. Sedangkan IMF melakukan koreksi dari tumbuh 3,3% menjadi -3%. Yang diyakini oleh pemerintah, akan direvisi lagi pada bulan Juli mendatang.
"Yang kami yakin akan direvisi kembali pada bulan Juli mendatang. [...] Berbagai langkah stimulus dan dorongan serta kebijakan insentif dilakukan untuk menjaga dan memulihkan sisi permintaan seperti konsumsi, investasi, dan ekspor juga dari sisi supply atau produksi," jelas Sri Mulyani.
"Dengan langkah tersebut pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dapat dicegah untuk tidak merosot secara tajam dan masih dapat dipertahankan pada zona positif," kata Sri Mulyani melanjutkan.
Untuk diketahui, pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun berada pada kisaran -0,4% hingga 2,3%. Pemerintah juga memasang dua skenario kinerja perekonomian hingga akhir tahun, yaitu skenario berat dengan realisasi pertumbuhan ekonomi 2,3% dan realisasi sangat berat di mana perekonomian mengalami kontraksi 0,4%.
Sri Mulyani mengatakan, dengan langkah-langkah stimulus dan insentif yang telah digulirkan pemerintah, harapannya bisa memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV. Sebab, kuartal II tahun ini diproyeksi akan menjadi masa terberat bagi kinerja perekonomian RI. Di mana pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 diproyeksi mengalami kontraksi -3,1%.
Pemerintah pun telah menaikkan anggaran untuk menanggulangi dan memulihkan ekonomi di tengah pandemi covid-19 saat ini.
Pada awal mula ada covid-19 di Indonesia, pemerintah mengumumkan menyediakan anggaran sebesar Rp 405,1 triliun.
Anggaran kemudian dinaikkan lagi menjadi Rp 686,2 triliun, kemudian naik lagi menjadi Rp 677 triliun, dan terakhir pemerintah mengumumkan, bahwa biaya penanganan covid-19 saat ini mencapai Rp 695,2 triliun.
Biaya rincian penanganan covid-19 yang sebesar Rp 695,2 triliun terdiri dari biaya untuk kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun, perlindungan sosial Rp 203,9 triliun, insentif dunia usaha Rp 120,61 triliun, insentif bagi UMKM Rp 123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp 53,57 triliun, dan sektoral K/L dan Pemda sebesar Rp 106,11 triliun.
(dru/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bayang-bayang Meledaknya Covid-19 Hantui Pemulihan Ekonomi