Bayang-bayang Meledaknya Covid-19 Hantui Pemulihan Ekonomi

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 May 2021 13:23
Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Andi Shalini)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Andi Shalini)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa perekonomian Indonesia sat ini berada pada periode pemulihan, setelah sempat mengalami kontraksi sepanjang tahun lalu.

Hal tersebut dikemukakan Sri Mulyani saat menyampaikan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2022 dalam sidang paripurna, Kamis (20/5/2021).

"Setelah mengalami kontraksi -5,32 persen di Triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi terus berada pada tren perbaikan," kata Sri Mulyani.

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, Indikator PMI Manufaktur April 2021 mencapai 54,6 yang menunjukkan terjadinya ekspansi selama 6 bulan berturut-turut.

"Perkembangan positif tersebut menunjukkan adanya sinyal kuat perbaikan pada kondisi bisnis, seiring dengan naiknya permintaan baru, termasuk dari luar negeri," jelasnya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini semakin membaik, walaupun masih mengalami kontraksi -0,74% akibat kenaikan kasus Covid-19 di awal tahun 2021.

Kenaikan kasus tersebut akhirnya berimbaas pada dilakukannya kembali pengetatan mobilitas, yang berdampak pada tertahannya kegiatan ekonomi terutama konsumsi masyarakat.

"Meskipun demikian, seluruh komponen aktivitas perekonomian terus melanjutkan tren pemulihan. Bahkan rilis BPS 5 Mei 2021 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran telah menurun menjadi 6,26% per Februari 2021 dari sebelumnya 7,07% per Agustus 2020," jelasnya.

Sri Mulyani mengakui, berbagai perkembangan indikator menggambarkan momentum pemulihan ekonomi yang menguat. Namun ancaman Covid-19 masih membayangi.

Pemulihan perekonomian global, sambung dia, juga dibayangi risiko kecepatan pemulihan yang tidak sama antarnegara. Negara dengan akses dan kemampuan vaksinasi yang mumpuni serta memiliki sumber daya besar untuk memberikan stimulus diperkirakan dapat pulih lebih cepat.

"Sedangkan Covid-19 tidak akan bisa diatasi bila semua negara belum mendapat akses vaksin. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus membangun solidaritas global agar pemulihan dapat lebih seimbang," jelasnya.

"Kita semua perlu terus menjaga optimisme dengan terjadinya tren pemulihan ini, namun tidak boleh membuat kita lengah bahkan harus tetap waspada karena ketidakpastian masih tinggi. Kerja keras belum selesai," tegasnya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Jadi Negara Maju! Sabar.. Masih 24 Tahun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular