
Survei Membuktikan Popularitas Trump Kian Anjlok, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat dukungan terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Presiden Donald Trump untuk pemilihan presiden mendatang, menurun di kalangan warga AS. Turunnya kepopuleran Trump tersebut terjadi di tengah banyaknya kontroversi yang menyangkut presiden ke-45 AS itu.
Di sisi lain, dukungan untuk calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, terus meningkat. Berdasarkan hasil jajak pendapat Reuters / Ipsos terbaru, Biden kini unggul 13% dibandingkan Trump.
"Dalam jajak pendapat 10-16 Juni, 48% pemilih terdaftar mengatakan mereka akan mendukung Biden, calon yang diperkirakan akan diusung Demokrat dalam pemilihan 3 November, sementara 35% mengatakan mereka akan mendukung Trump." tulis Reuters, Kamis (18/6/2020).
Keunggulan Biden tersebut merupakan yang terbesar yang pernah dicatat dalam jajak pendapat Reuters / Ipsos sejak Demokrat mengikuti perlombaan memperebutkan kursi presiden tahun ini. Sebelumnya, dalam sebuah jajak pendapat serupa oleh CNN awal bulan ini, Biden juga lebih unggul dibandingkan Trump. Keunggulannya mencapai 14 poin di antara pemilih terdaftar.
Dalam hal penilaian terhadap kinerja Trump sebagai presiden, jajak pendapat Reuters / Ipsos menunjukkan bahwa 57% orang dewasa AS tidak menyetujui kinerja Trump. Hanya 38% yang menyetujui kinerjanya. Level itu merupakan tingkat persetujuan terendah Trump sejak November lalu, ketika Kongres melakukan penyelidikan pemakzulan (impeachment) kepada presiden dari Partai Republik itu.
Kepopuleran Trump juga turun di antara para pendukungnya. Persetujuan Partai Republik terhadap Trump turun 13% dari Maret hingga Juni. Penurunan telah terjadi setiap bulan dalam rentang waktu itu.
Menurunnya dukungan terhadap Trump terjadi seiring banyaknya kontroversi yang melibatkan dirinya. Sebagaimana diketahui, dalam beberapa waktu terakhir semenjak virus corona baru penyebab Covid-19 muncul di AS, Trump telah banyak menuai kritik. Baik dalam caranya menanggapi wabah asal Wuhan, China itu sampai pada caranya menangani demonstrasi anti-rasisme yang terjadi di AS sejak 26 Mei lalu.
Salah satu kritik yang banyak diterima Trump terkait cara penangannya atas wabah COVID-19 adalah karena ia menganggap wabah yang telah menewaskan seratus ribu lebih warga AS itu sebagai flu biasa. Trump bahkan telah memerintahkan pelonggaran pembatasan di tengah banyaknya kasus-kasus baru Covid-19 bermunculan di negaranya.
AS kini menjadi negara yang memiliki kasus corona terbanyak di dunia, yaitu mencapai 2.234.471 kasus, dengan 119.941 kematian dan 918.796 orang sembuh per Kamis (18/6/2002), menurut Worldometers. Angkanya diperkirakan akan terus meningkat, mengingat beberapa negara bagian AS kini melaporkan jumlah penambahan kasus yang pesat, mencapai lebih dari dua ribu kasus baru per harinya per negara bagian.
(res/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Politik AS Memanas Jelang Pemilu, Trump 'Serang' Bidden
