Terungkap, Alasan Penjualan Mobil Anjlok Parah Hingga 95%

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil, baik ritel maupun wholesale, mengalami kontraksi yang sangat dalam bahkan terparah sejak krisis moneter 1998. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat volume penjualan mobil (wholesale) bulan Mei hanya sebanyak 3.551 unit.
Volume penjualan anjlok dibandingkan dengan bulan April sebesar 7.868 unit dan 84.367 unit pada bulan Mei tahun lalu. Artinya penjualan mobil mengalami kontraksi -95,8% (yoy).
Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, kondisi ini baru pertama kali terjadi di Indonesia, di mana ada pandemi dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga tidak memungkinkan terjadinya transaksi penjualan.
"Produksi masih berjalan karena ada komitmen ekspor, tapi banyak dealer yang tidak beroperasi. Dari April pun penjualannya sudah turun, dan Mei ditambah adanya lebaran maka semakin anjlok," kata Kukuh kepada CNBC Indonesia dalam Squawk Box, Rabu (17/06/2020).
Meski demikian, dengan adanya transisi new normal pada Juni, diharapkan ada perbaikan penjualan. Kukuh mengatakan di masa transisi ini masyarakat sudah bisa melakukan transaksi pembelian kendaraan.
Dia juga mengungkapkan anjloknya penjualan pada industri otomotif berbeda dengan yang pernah terjadi di masa krisis ekonomi. Pada masa itu, tidak semua negara mengalami krisis sehingga tidak ada gangguan rantai pasok komponen untuk keperluan produksi.
Industri otomotif merupakan industri yang bersifat menyeluruh, dan produksi kendaraan pun didukung oleh ribuan pemasok. Jika satu komponen saja terhambat, maka produksi tidak bisa dijalankan.
"Misalnya komponen di era globalisasi ini pasokannya kan banyak negara, ada satu aja komponen dari negara yang melakukan lockdown ini menyebabkan produksi tidak berjalan. Pembeli juga tidak bisa datang ke dealer karena tutup di masa PSBB," kata Kukuh.
Gaikindo memproyeksikan dengan adaptasi normal baru pada Juni ini, penjualan hingga akhir tahun bisa mencapai 600 ribu unit kendaraan. Kukuh mengutarakan industri otomotif pun bukan industri yang instan dan bersifat jangka panjang, sehingga Indonesia memiliki peluang besar ke depannya terutama dengan rasio kepemilikan kendaraan yang masih rendah dan masih berpotensi tumbuh.
"Kita memiliki kapasitas 2,5 juta unit untuk produksi, dan baru dimanfaatkan 1,3 juta hingga 1,4 juta. Jadi masih ada potensi untuk bisa dioptimalkan. Indonesia harapannya cepat recovery," ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Live Now! Corona Menyebar, Penjualan Mobil Ambyar
(miq/miq)