Antisipasi Second Wave: Hati-hati Belanja di Pasar ya Bunda..

Redaksi CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
14 June 2020 12:35
Penyemprotan Disinfektan di Pasar Senen untuk mencegah penyebaran virus Covid-19  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Penyemprotan Disinfektan di Pasar Senen untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Tanda munculnya gelombang II wabah virus corona menguat di China. Kasus baru kembali muncul setelah tenang dan tidak ada temuan sejak bulan April.

Tidak tanggung-tanggung, pada 14 Juni atau hari ini dilaporkan terdapat 57 kasus baru. Rekor tertinggi sejak April. Menjadi sorotan adalah kluster baru ini timbul sejak aktivitas jual beli di pasar dibolehkan lagi.

Pada Sabtu (13/6/2020), pemerintah China lockdown sebagian kota Beijing setelah menemukan enam kasus domestik baru COVID-19. Pasien yang terinfeksi adalah tiga pekerja pasar Xinfadi, satu pengunjung pasar dan dua karyawan di Pusat Penelitian Daging China.
 
Sebelumnya pada Jumat pemerintah juga telah melaporkan kasus corona baru. Ini merupakan kasus pertama yang dilaporkan di Beijing setelah dalam dua bulan terakhir tidak melaporkan kasus sama sekali. Pasien yang terinfeksi dikabarkan mengunjungi pasar daging Xinfadi pada minggu lalu dan tidak memiliki riwayat perjalanan dari luar kota baru-baru ini.

Akibat itu, pihak berwenang menutup pasar Xinfadi, dan juga pasar makanan laut lain yang sempat dikunjungi oleh salah satu pasien, untuk disinfeksi dan dilakukan pengambilan sampel.

Chu Junwei, seorang pejabat distrik Fengtai, Beijing, mengatakan bahwa 517 orang telah dites di pasar grosir Xinfadi. Di mana 45 orang di antaranya diketahui positif terinfeksi virus corona baru. Namun, tidak satupun dari mereka menunjukkan gejala COVID-19. China tidak memasukkan kasus tanpa gejala dalam penghitungan infeksinya.
 
Pihak berwenang Beijing juga mengatakan lebih dari 10.000 orang di pasar akan melakukan tes asam nukleat untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi virus corona atau tidak.

Xinfadi adalah pasar grosir terbesar di kota itu. Pihak berwenang mengatakan bahwa sampel virus corona ditemukan di atas meja pemilik toko yang menjual makanan laut di pasar, jelasnya.
 
Kemunculan kasus-kasus baru itu memicu kekhawatiran akan terjadinya gelombang dua wabah yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan itu. Apalagi penyebarannya juga mirip, berasal dari pasar. Oleh karenanya pemerintah kembali memberlakukan lockdown


Antisipasi di Jabar dan Jakarta

Antisipasi penyebaran corona di Indonesia juga dipantau ketat untuk di pasar-pasar.

Mengutip CNN Indonesia, puluhan pedagang pasar di DKI Jakarta terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19) usai dilakukan pengujian menggunakan metode tes swab.

PD Pasar Jaya telah melakukan tes swab terhadap 1.418 pedagang di 19 Pasar di Jakarta. Hasilnya, diketahui ada 52 pedagang yang terpapar Covid-19 di enam pasar. Sebanyak 19 pasar tersebut kemudian disemprot disinfektan dan ditutup sementara.

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar memfokuskan tes masif di 700 pasar se-Jabar. Pasalnya, potensi penularan COVID-19 di pasar tradisional tergolong tinggi.

Hal tersebut dilakukan karena pedagang di sejumlah pasar di Jawa Barat (Jabar) terkonfirmasi positif COVID-19.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Ridwan Kamil mengatakan, ketidakdisiplinan pedagang dan pembeli dalam jaga jarak, pakai masker, serta adanya kerumunan, memicu munculnya kasus positif di pasar tradisional.

"Kami meyakini banyak pembeli dan penjual tidak disiplin pakai masker, sehingga pembeli bisa tertular oleh penjual, penjual bisa tertular oleh pembeli," kata Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (12/6/20).

Sejumlah 627 Mobile COVID-19 Test dan Laboratorium Moblie Bio Safety Level 3 (BSL3) dari PT Bio Farma (Persero) disiapkan gugus tugas provinsi untuk mengambil sampel di pasar tradisional. Tes masif terdiri dari rapid test maupun swab test (tes usap).

Kang Emil [sapaan akrab Ridwan Kamil menyatakan, pengetesan masif akan didahului dengan sosialisasi dan komunikasi yang memadai. Tujuannya mengantisipasi penolakan tes masif, seperti yang terjadi di sejumlah daerah.

"Saya sudah berkoordinasi dengan Kepolisian dan TNI untuk mengawal pengetesan ini, sehingga tidak ada penolakan di masyarakat karena kurang sosialisasi," ucapnya.


(gus)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular