Internasional

Angka Kematian Corona di AS Capai 200.000 per September 2020?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 June 2020 18:45
Vice President Mike Pence visits the molecular testing lab at Mayo Clinic Tuesday, April 28, 2020, in Rochester, Minn., where he toured the facilities supporting COVID-19 research and treatment. Pence chose not to wear a face mask while touring the Mayo Clinic in Minnesota. It's an apparent violation of the world-renowned medical center's policy requiring them. (AP Photo/Jim Mone)
Foto: Wakil Presiden Mike Pence mengunjungi laboratorium pengujian molekuler penanganan Covid-19 di Mayo Clinic, Rochester, beberapa waktu lalu

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang ahli terkemuka mengatakan angka kematian akibat virus corona (COVID-19) di Amerika Serikat (AS) mungkin akan mencapai 200.000 di bulan September.

Itu bisa terjadi jika AS tidak melakukan langkah-langkah pencegahan yang ketat, kata Ashish Jha, kepala Global Health Institute Harvard kepada CNN, Rabu (10/6/2020).

Hal itu disampaikan Jha di saat jumlah kasus COVID-19 AS melampaui dua juta kasus pada Rabu karena pemerintahan Donald Trump melonggarkan pembatasan.

"Bahkan jika kita tidak memiliki kasus tambahan, bahkan jika kita menjaga keadaan tetap datar, masuk akal untuk berspekulasi bahwa kita akan mencapai 200.000 kematian sekitar bulan September," kata Jha. "Dan itu baru sampai September. Pandemi tidak akan berakhir pada bulan September."

"Saya benar-benar khawatir tentang ke mana kita akan berada pada minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang." tambahnya, sebagaimana dilaporkan Reuters, Kamis.

Sebelumnya pada Rabu, total kematian yang disebabkan COVID-19 di AS ada sebanyak 112.754 kematian. Itu merupakan yang terbesar di dunia.

Menurut Jha, kekacauan itu terjadi di AS karena negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu adalah satu-satunya negara besar yang melakukan pelonggaran pembatasan sebelum berhasil menekan angka kasusnya ke tingkat yang terkendali.

"Kematian itu bukan sesuatu yang harus kita takdirkan dan dapat dicegah dengan meningkatkan pengujian dan pelacakan kontak, jarak sosial yang ketat dan penggunaan masker yang tersebar luas." katanya.

Sementara itu, menurut Worldometers, per Kamis ini angka kasus corona di AS telah mencapai 2.066.508 kasus dengan 115.137 kematian dan 808.551 sembuh.

Selain pelonggaran pembatasan yang dianggap terlalu dini oleh para ahli sehingga memungkinkan lebih banyak orang bergerak dan melanjutkan sebagian kegiatan bisnis dan sosial, kasus corona di AS juga diperkirakan bakal bertambah akibat demo anti-rasisme yang belakang terjadi di berbagai negara bagian AS.

Oleh karenanya, para pejabat kesehatan mendesak siapa pun yang terjun dalam protes nasional dalam dua pekan terakhir untuk melakukan tes corona. Para ahli khawatir bahwa protes yang dilakukan tanpa menjaga jarak sosial tersebut dapat menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 baru.

Demo besar telah terjadi di seluruh wilayah AS dalam dua pekan terakhir pascakematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis pada 25 Mei lalu. Namun demikian, Wakil Presiden Mike Pence mengatakan dia tidak melihat tanda-tanda kekhawatiran itu terjadi.

"Yang dapat saya katakan adalah bahwa, pada titik ini, kami tidak melihat peningkatan dalam kasus-kasus baru sekarang, hampir dua minggu sejak protes pertama mulai digelar," kata Pence dalam sebuah wawancara di Fox Business Network. "Banyak orang yang melakukan protes mengenakan masker dan tetap menjaga jarak sosial."

[Gambas:Video CNBC]


(res/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular