
Putin-Xi Jinping Bersatu Lindungi 'Ini' dari AS, Apaan Sih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dan China bergerak untuk melindungi Iran dari sanksi Amerika Serikat. Sebagaimana dikutip dari Reuters, kedua negara telah menulis surat resmi ke Dewan Keamanan PBB untuk membendung langkah AS memberikan snapback sanction ke Iran.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov dan diplomat China Wang Yi menulis surat ke dewan yang beranggotakan 15 orang dan Sekjen PBB Antonio Guterres. Bahkan Lavrov menulis langkah AS yang keukeuh memberi sanksi sebagai "hal konyol dan tidak bertanggung jawab".
"Ini benar-benar tidak dapat diterima," ujar Lavrov dalam surat tersebut, dikutip Rabu (10/6/2020).
Snapback adalah keputusan untuk kembali memberlakukan sanksi yang sudah dibuat berdasarkan resolusi PBB sebelumnya. Dewan Keamanan harus memberikan suara dalam waktu 30 hari agar sanksi tak berlaku lagi.
Sanksi Iran terkait perjanjian nuklir yang dilakukan, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Perjanjian ini awalnya disepakati Iran dengan AS (masa kepemimpinan Presiden Barrack Obama), China, Rusia dan sejumlah negara Eropa.
Intinya, Iran membatasi program nuklir. Sebagai gantinya semua sanksi yang berlaku dihentikan.
Namun ketika Presiden Donald Trump memimpin di 2018, Washington keluar dari perjanjian. Trump menilai perjanjian tak kuat untuk menghentikan nuklir Iran dan memberlakukan kembali sanksi AS ke negara itu.
Sasaran sanksi AS ke Iran kali ini adalah penjualan senjata. Sebelumnya Iran sudah dikenakan embargo senjata oleh PBB di 2015.
Dalam wawancara pekan lalu, Duta Besar AS untuk PBB Kelly Carft mengatakan pihaknya akan segera mengedarkan rancangan embargo yang baru. Bahkan, jika Rusia dan China menghalangi, AS akan terus melanjutkan keinginan tersebut.
Sementara Diplomat China Wang Yi menilai keputusan AS ke luar dari JCPOA membuat AS kehilangan hak mengurusi sanksi Iran. AS bukan lagi anggota JCPOA, setelah pergi, jadi tidak memiliki hak untuk meminta Dewan Keamanan menerapkan snapback," tegasnya.
Belum ada komentar lanjut dari AS. Sebelumnya karena sanksi, ekonomi Iran terpuruk, di mana negara tersebut tak bisa menjual minyaknya secara bebas ke negara lainnya.
(sef/sef) Next Article Intelijen AS: Iran dan Rusia Ikut Campur dalam Pemilu AS