Skenario Terberat Ekonomi RI di Depan Mata, Ibu Sri Mulyani?

Lidya Julita S & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
03 June 2020 16:05
Konfrensi Pers bersama Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Dewan Komisaris OJK, dan  Kepala Dewan Komisaris LPS terkait Stimulus Ekonomi pada Rabu (01/04) (Youtube Kementerian Keuangan)
Foto: Konfrensi Pers bersama Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Dewan Komisaris OJK, dan Kepala Dewan Komisaris LPS terkait Stimulus Ekonomi pada Rabu (01/04) (Youtube Kementerian Keuangan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah menyusun skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia dari berat hingga paling berat. Tahun ini, perekonomian di proyeksi hanya tumbuh di kisaran 2,3%-0,4% akibat pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam skenario berat perekonomian bisa tumbuh 2,3%. Namun, dalam kondisi paling berat minus 0,4%.

Namun, sejalan dengan perkembangan, di mana pada kuartal I-2020 realisasi perekonomian jauh di bawah target, maka ia memperkirakan perekonomian akan sulit untuk bisa tumbuh di 2,3%.

"Prediksi growth 2020 dilihat dari sisi kuartal I, dan kemungkinan kuartal dua akan lebih berat, kita lihat kemungkinan pertumbuhan ekonomi akan masuk dalam skenario yang lebih rendah dari skenario berat (2,3%)," ujarnya usai sidang kabinet, Rabu (3/6/2020).

Meski lebih rendah dari 2,3%, ia berharap masih bisa lebih baik dari skenario paling berat yakni bisa di atas 0%. Ini akan didorong dengan memaksimalkan stimulus kepada masyarakat sehingga konsumsi bisa tetap tumbuh.

"Dengan stimulus ini kita berharap bisa menjaga perekonomian di atas 0%. Artinya mendekati bahkan 1% atau di 2,3% meskipun di 2,3% menjadi lebih berat karena kuartal kedua akan sangat turun karena PSBB yang meluas," jelasnya.

Sri Mulyani pun mengandalkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk bisa mendorong perekonomian di kuartal III dan IV tahun ini. Sehingga bisa mengejar tekanan berat yang ada di paruh awal tahun ini.

"Prediksi growth di bawah 2,3%, tapi masih ada di zona positif. Kalau sudah dilakukan revisi Perpres kita akan melaksanakan APBN sesuai dengan Perpres baru ini. Tentu nanti ada pos yang bisa terlaksana dan tidak bisa terlaksana tergantung tantangan di lapangan," tegasnya.



[Gambas:Video CNBC]





(dru/dru) Next Article Bukan Menakuti, Tahun Depan Ekonomi Bisa Makin Buruk!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular