Vaksin Covid-19

Sempat Bikin Gembira, Vaksin Moderna Dianggap Tak Efektif

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 May 2020 18:49
A sign marks an entrance to a Moderna, Inc., building, Monday, May 18, 2020, in Cambridge, Mass. Moderna announced Monday, May 18, 2020, that an experimental vaccine against the coronavirus showed encouraging results in very early testing, triggering hoped-for immune responses in eight healthy, middle-aged volunteers.(AP Photo/Bill Sikes)
Foto: Moderna (AP/Bill Sikes)
Jakarta, CNBC Indonesia - Moderna, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat harus menelan pil pahit, sebab vaksin buatannya dianggap tidak efektif dalam melawan penyakit COVID-19.

"Berdasarkan informasi yang disediakan oleh perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, tidak ada cara untuk mengetahui seberapa mengesankan, atau tidak, vaksin tersebut," kata para ahli vaksin saat diminta pandangannya tentang vaksin Moderna oleh STAT, sebagaimana dilaporkan CNBC International, Selasa (19/5/2020).

Padahal sehari sebelumnya, hasil uji klinis pertama vaksin dari Moderna dianggap cukup positif karena imun atau antibodi dari 8 sukarelawan yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini.

Moderna Inc mengungkapkan vaksin COVID-19 eksperimental yang pertama kali diuji di AS telah terbukti menghasilkan antibodi pelindung pada sekelompok kecil sukarelawan sehat pada Senin (18/5/2020).

Perusahaan tersebut mengatakan, data berasal dari delapan orang di antara 45 subjek yang ambil bagian dalam uji coba keselamatan vaksin yang dimulai pada bulan Maret. Ini berarti, dari 45 subjek, perusahaan tidak mengungkapkan hasil dari 37 peserta uji coba lainnya.

Selain itu, pengujian untuk menetralkan antibodi lebih memakan waktu daripada tes antibodi lainnya dan harus dilakukan di laboratorium level 3 biosecurity.

"Moderna mengungkapkan temuan dari delapan subjek karena hanya itu yang ada pada saat itu. Namun, itu alasan untuk berhati-hati," tulis CNBC International.

Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular yang telah bermitra dengan Moderna pada pengembangan vaksin ini, juga belum mau mengeluarkan pendapat resminya. NIAID juga menolak memberikan komentar atas pengumuman Moderna.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tidak diketahuinya usia pasti delapan sukarelawan yang sukses dalam uji coba itu. Hal yang diketahui terkait usia dalam penelitian itu adalah bahwa para sukarelawan sehat berusia 18 hingga 55 tahun.

Laporan Moderna juga diumumkan dalam waktu terlalu singkat dari pengujian. Laporan antibodi penawar pada subjek yang divaksinasi itu berasal dari darah yang diambil dua minggu setelah mereka menerima dosis vaksin kedua.



"Itu sangat awal. Kami tidak tahu apakah antibodi itu tahan lama," kata Anna Durbin, peneliti vaksin di Universitas Johns Hopkins.

Vaksin potensial Moderna mengandung bahan genetik yang disebut messenger RNA, atau mRNA. MRNA adalah kode genetik yang memberi tahu sel cara membuat protein dan ditemukan di lapisan luar coronavirus baru, menurut para peneliti di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute.

MRNA menginstruksikan mekanisme seluler tubuh sendiri untuk membuat protein yang meniru protein virus, sehingga menghasilkan respons imun.

Sayangnya, akibat pemberitaan tersebut, saham Moderna ditutup turun 10,4% menjadi US$ 71,67. Sebelumnya pada saat pengumuman keberhasilan vaksin, saham perusahaan melonjak tajam, di mana valuasinya mencapai US$ 29 miliar pada Senin (18/5/2020).

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Vaksin Moderna Diklaim Manjur 94,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular