
Sambut New Normal, KAI Buka Opsi Naikkan Harga Tiket Kereta
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
22 May 2020 17:10

Jakarta, CNBC Indonesia - PT KAI tengah menyiapkan sejumlah skenario untuk operasional kereta penumpang pada saat new normal di tengah pandemi Covid-19. Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, mengaku punya dua skenario yang tengah dipertimbangkan.
"Kami sedang menyiapkan, dan kami nanti akan melihat new normal ini sesuai arah kebijakan pemerintah, relaksasi daripada protokol kami ikuti. Jadi kami menyiapkan skenario-skenario tergantung level relaksasinya. Memang terkait pembatasan jumlah penumpang dalam rangka social distancing, ini kami ada 2 opsi," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (22/5/2020).
Skenario pertama adalah mengikuti pola social distancing di dalam kereta yang sekarang berlaku. Dengan begitu, nantinya penumpang tetap akan dibatasi 50% dari total kapasitas kereta.
"Apabila okupansi kereta hanya 50% maka perlu adanya penyesuaian tarif," bebernya.
Kemudian, apabila angkutan new normal sesuai kapasitas biasa atau full, maka dia akan meningkatkan protokol pencegahan Covid-19 secara lebih ketat. Nantinya, dalam skenario ini, para penumpang akan diberikan alat pelindung wajah.
"Penumpang akan dilengkapi pakai face shield dan pemeriksanaan suhu dilakukan tiga jam sekali. Kemudian setiap 30 menit akan ada petugas yang membersihkan misalnya gagang pintu, pintu toilet atau barang barang yang rentan dipegang penumpang," tambahnya.
Kendati begitu, dia masih akan menunggu kepastian kebijakan pemerintah mengenai new normal. Artinya, kenaikan tarif belum tentu diberlakukan.
"Nah terkait dengan okupansi, memang dengan okupansi 50%, maka ya otomatis KAI kalau mengoperasikan itu akan tetap rugi, sehingga kami akan berkomuniaksi kemungkinan untuk penaikan tarif," kata Didiek.
Nantinya, dia menyebut tidak semua moda kereta akan mengalami kenaikan tarif. Melainkan hanya pada kerata api jarak jauh saja.
"Apabila okupansi 50% ya ini seperti yang ada di pesawat udara, kemungkinan kami akan ajukan kenaikan tarif. Namun logikanya kenaikan tarif ini hanya untuk kereta jarak jauh saja. Kalau untuk commuter line relatif tetap," ujarnya.
Pangkas belanja modal
Dalam kesempatan itu, Didiek mengungkapkan PT KAI memangkas sudah capital expenditure (capex) atau belanja modal hingga Rp 3,5 triliun dari rencana awal. Hal itu dilakukan akibat tekanan pada arus kas yang disebabkan pandemi Covid-19.
"Investasi existing yang tidak terlalu urgent ini kita tunda. Jadi dari capex Rp 12 triliun, ada pengurangan Rp 3-3,5 triliun sehingga capex kita sekarang hanya sekitar Rp 9 triliun," katanya.
Kendati demikian, Didiek menegaskan bahwa sejumlah proyek yang merupakan program strategis nasional (PSN), tetap dilanjutkan. Termasuk investasi yang digelontorkan bagi pembangunan LRT Jabodebek.
"Seperti LRT Jabodebek, kami investasi Rp 6,9 triliun, konstruksinya dilaksanakan di Bekasi Timur, Cawang, Dukuh Atas, ini sesuai pemerintah tetap dijalankan, sisanya kami akan kurangi," ujar Didiek.
Sejumlah investasi untuk menggenjot angkutan logistik juga tetap akan dilakukan. Salah satunya pengembangan kereta barang di Sumatera.
"Ada dalam rangka pengembangan angkutan barang di Sumatera bagian selatan. Kami lakukan karena itulah yang akan menjadi mesin pertumbuhan pendapatan kereta api ke depan yang terbukti pada masa covid ini angkutan barang menjadi faktor penopang daripada pendapatan PT KAI," katanya.
Ke depan, KAI memang akan gencar menggeliatkan angkutan barang. Sejumlah layanan baru dibuka, dengan memaksimalkan kapasitas yang ada. Potensi pasar di sektor UMKM coba diincar.
"Sekarang kami melakukann angkutan sektor UMKM, telur dari Kediri ke Jakarta, kemudian komoditi sayur mayur. [...] Jadi meningkatkan pendapatan angkutan barang, melakukan service-service baru termasuk untuk retail, teman-teman bisa ke stasiun mengirim parsel, harganya cukup kompetitif," ujar Didiek.
(miq/miq) Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini
"Kami sedang menyiapkan, dan kami nanti akan melihat new normal ini sesuai arah kebijakan pemerintah, relaksasi daripada protokol kami ikuti. Jadi kami menyiapkan skenario-skenario tergantung level relaksasinya. Memang terkait pembatasan jumlah penumpang dalam rangka social distancing, ini kami ada 2 opsi," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (22/5/2020).
Skenario pertama adalah mengikuti pola social distancing di dalam kereta yang sekarang berlaku. Dengan begitu, nantinya penumpang tetap akan dibatasi 50% dari total kapasitas kereta.
Kemudian, apabila angkutan new normal sesuai kapasitas biasa atau full, maka dia akan meningkatkan protokol pencegahan Covid-19 secara lebih ketat. Nantinya, dalam skenario ini, para penumpang akan diberikan alat pelindung wajah.
"Penumpang akan dilengkapi pakai face shield dan pemeriksanaan suhu dilakukan tiga jam sekali. Kemudian setiap 30 menit akan ada petugas yang membersihkan misalnya gagang pintu, pintu toilet atau barang barang yang rentan dipegang penumpang," tambahnya.
Kendati begitu, dia masih akan menunggu kepastian kebijakan pemerintah mengenai new normal. Artinya, kenaikan tarif belum tentu diberlakukan.
"Nah terkait dengan okupansi, memang dengan okupansi 50%, maka ya otomatis KAI kalau mengoperasikan itu akan tetap rugi, sehingga kami akan berkomuniaksi kemungkinan untuk penaikan tarif," kata Didiek.
Nantinya, dia menyebut tidak semua moda kereta akan mengalami kenaikan tarif. Melainkan hanya pada kerata api jarak jauh saja.
"Apabila okupansi 50% ya ini seperti yang ada di pesawat udara, kemungkinan kami akan ajukan kenaikan tarif. Namun logikanya kenaikan tarif ini hanya untuk kereta jarak jauh saja. Kalau untuk commuter line relatif tetap," ujarnya.
Pangkas belanja modal
Dalam kesempatan itu, Didiek mengungkapkan PT KAI memangkas sudah capital expenditure (capex) atau belanja modal hingga Rp 3,5 triliun dari rencana awal. Hal itu dilakukan akibat tekanan pada arus kas yang disebabkan pandemi Covid-19.
"Investasi existing yang tidak terlalu urgent ini kita tunda. Jadi dari capex Rp 12 triliun, ada pengurangan Rp 3-3,5 triliun sehingga capex kita sekarang hanya sekitar Rp 9 triliun," katanya.
Kendati demikian, Didiek menegaskan bahwa sejumlah proyek yang merupakan program strategis nasional (PSN), tetap dilanjutkan. Termasuk investasi yang digelontorkan bagi pembangunan LRT Jabodebek.
"Seperti LRT Jabodebek, kami investasi Rp 6,9 triliun, konstruksinya dilaksanakan di Bekasi Timur, Cawang, Dukuh Atas, ini sesuai pemerintah tetap dijalankan, sisanya kami akan kurangi," ujar Didiek.
Sejumlah investasi untuk menggenjot angkutan logistik juga tetap akan dilakukan. Salah satunya pengembangan kereta barang di Sumatera.
"Ada dalam rangka pengembangan angkutan barang di Sumatera bagian selatan. Kami lakukan karena itulah yang akan menjadi mesin pertumbuhan pendapatan kereta api ke depan yang terbukti pada masa covid ini angkutan barang menjadi faktor penopang daripada pendapatan PT KAI," katanya.
Ke depan, KAI memang akan gencar menggeliatkan angkutan barang. Sejumlah layanan baru dibuka, dengan memaksimalkan kapasitas yang ada. Potensi pasar di sektor UMKM coba diincar.
"Sekarang kami melakukann angkutan sektor UMKM, telur dari Kediri ke Jakarta, kemudian komoditi sayur mayur. [...] Jadi meningkatkan pendapatan angkutan barang, melakukan service-service baru termasuk untuk retail, teman-teman bisa ke stasiun mengirim parsel, harganya cukup kompetitif," ujar Didiek.
(miq/miq) Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini
Most Popular