
Internasional
Perang Mulut Lagi! Khamenei Peringatkan Warga AS di Arab
Redaksi, CNBC Indonesia
18 May 2020 07:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan pernyataan bernada provokatif ke Amerika Serikat (AS). Kali ini, semua warga AS disebutnya akan diusir dari Irak dan Suriah.
Dikatakan Khamenei, tindakan AS di sejumlah negara di kawasan tersebut telah menyebabkan kebencian ke warganya. Termasuk di negara yang selama ini menjadi sekutu AS di Arab.
"Warga Amerika tidak akan tinggal di Irak dan Suriah, dan akan diusir," katanya dikutip Reuters dari situs resminya, Minggu (17/5/2020).
"Bahkan para pemimpin beberapa sekutu Amerika, membenci negarawan dan pemerintah Amerika. Mereka tidak mempercayai AS," sambungnya sebagaimana ditulis AFP.
Ia pun menyebut AS sebagai 'penghasut perang'. Di mana negara tersebut diklaimnya sebagai otak teror di sejumlah negara.
Hubungan AS dan Iran kembali memanas sejak 2018, saat Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian damai nuklir Iran JCPOA. Padahal hubungan keduanya sempat mesra sebelumnya karena dibekukannya sanksi ke Tehran.
Trump menyebut JCPOA sebagai kesepakatan terburuk yang pernah ada. Ia pun menjatuhkan sanksi ekonomi sehingga Iran mengalami kesulitan ekonomi termasuk dalam menjual minyaknya ke luar.
Puncaknya kedua negara terlibat saling serang pada awal 2020 lalu. Ini terjadi saat AS menyerang seorang jenderal Iran, Qasem Soleimani hingga tewas, dan dibalas Iran dengan tembakan rudal di pangkalan militer Paman Sam di Irak.
Bulan lalu, kapal militer Iran dan AS juga terjebak insiden di Teluk. Sebanyak 11 kapal militer Iran mengepung 6 kapal perang AS.
Ini membuat Trump melontarkan ancaman terbaru. Ia meminta tentaranya menembak Iran jika hal tersebut terjadi lagi.
Ketegangan antara AS-Iran biasanya mempengaruhi harga minyak. Sebelumnya, harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) yang sempat minus di bulan lalu, terkerek naik karena ketegangan keduanya.
(sef/sef) Next Article Murka Tak Reda, Rakyat Iran Kini Demo Mengecam & Usir Ulama
Dikatakan Khamenei, tindakan AS di sejumlah negara di kawasan tersebut telah menyebabkan kebencian ke warganya. Termasuk di negara yang selama ini menjadi sekutu AS di Arab.
"Bahkan para pemimpin beberapa sekutu Amerika, membenci negarawan dan pemerintah Amerika. Mereka tidak mempercayai AS," sambungnya sebagaimana ditulis AFP.
Ia pun menyebut AS sebagai 'penghasut perang'. Di mana negara tersebut diklaimnya sebagai otak teror di sejumlah negara.
Hubungan AS dan Iran kembali memanas sejak 2018, saat Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian damai nuklir Iran JCPOA. Padahal hubungan keduanya sempat mesra sebelumnya karena dibekukannya sanksi ke Tehran.
Trump menyebut JCPOA sebagai kesepakatan terburuk yang pernah ada. Ia pun menjatuhkan sanksi ekonomi sehingga Iran mengalami kesulitan ekonomi termasuk dalam menjual minyaknya ke luar.
Puncaknya kedua negara terlibat saling serang pada awal 2020 lalu. Ini terjadi saat AS menyerang seorang jenderal Iran, Qasem Soleimani hingga tewas, dan dibalas Iran dengan tembakan rudal di pangkalan militer Paman Sam di Irak.
Bulan lalu, kapal militer Iran dan AS juga terjebak insiden di Teluk. Sebanyak 11 kapal militer Iran mengepung 6 kapal perang AS.
Ini membuat Trump melontarkan ancaman terbaru. Ia meminta tentaranya menembak Iran jika hal tersebut terjadi lagi.
Ketegangan antara AS-Iran biasanya mempengaruhi harga minyak. Sebelumnya, harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) yang sempat minus di bulan lalu, terkerek naik karena ketegangan keduanya.
(sef/sef) Next Article Murka Tak Reda, Rakyat Iran Kini Demo Mengecam & Usir Ulama
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular