
Mochtar Riady, Jack Ma, dan Kemiskinan Akut di NKRI
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 May 2020 21:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri Lippo GroupĀ Mochtar Riady menghadiri acara Jakarta CMO Club dengan topik "Business Wisdom During COVID-19 Era" secara virtual, Kamis (14/5/2020). Dalam acara itu, Mochtar ditanya perihal kemiskinan di Indonesia, mulai dari penyebab hingga solusi yang dapat dilakukan para pemangku kepentingan.
Menurut dia, penduduk miskin tersebar di berbagai lokasi. Namun, mereka dominan ditemukan di daerah yang mengandalkan pertanian. Mengapa? Sebab, petani menjual hasil panennya dengan harga sangat murah, sementara dalam memenuhi kebutuhannya mereka harus membeli dengan harga mahal.
"Petani tidak bisa menjual langsung hasil panennya, namun melalui perantara. Sementara petani membeli barang kebutuhan sehari-hari dengan harga jauh lebih mahal dari pada orang kota. At least ada lima lapisan jual lebih murah beli lebih mahal," ujar Mochtar.
Faktor lain kemiskinan di desa adalah pendidikan dan akses kesehatan. Ia menegaskan inilah saatnya mengentaskan kemiskinan melalui teknologi. Sehingga orang-orang di desa menjual dengan harga lebih baik.
Lebih lanjut, Mochtar bercerita pernah berdiskusi dengan pendiri Alibaba, Jack Ma terkait pengentasan kemiskinan di China. Menurut dia, pembangunan pasar internet berperan besar terhadap pengentasan kemiskinan di Negeri Tirai Bambu yang dikontribusikan oleh Jack Ma.
"Kalau Amazon bangun toko di internet. Dengan membangun pasar sehingga pasar ini bisa tercapai di mana-mana. Oleh karena itu orang-orang desa bisa beli langsung lewat internet," kata Mochtar.
Pembelian secara langsung membuat harga yang didapatkan jauh lebih murah. Alhasil masyarakat desa bisa menjual dengan lebih mahal dan membeli dengan murah. Ia menjelaskan ada terobosan yang luar biasa terkait sistem keuangan dengan transaksi e-commerce untuk bisa lebih maju.
"Ini adalah jasa yang luar biasa dari Jack Ma. E-commerce jangan hanya di kota tapi masuk desa," ujar Mochtar.
E-commerce akan menjadi sektor usaha yang memberikan sumbangsih besar pada ekonomi digital Indonesia. Pada 2025, nilai transaksi e-commerce akan tembus US$97 miliar atau Rp 1.358 triliun (asumsi Rp 14.000/US$) dari sebelumnya US$23,5 miliar (Rp 329 triliun) pada 2019.
Adapun laba bersih (net profit) diperkirakan akan tembus US$1,5 miliar (Rp 21 triliun) hingga US$ 2,2 miliar (Rp 30,8 triliun). Hal ini merupakan hasil riset dari Goldman Sachs bertajuk Indonesia Internet: The Fight to Unite the Verticals yang dirilis 10 Maret 2020.
"Peningkatan transaksi ini mendapatkan manfaat dari penetrasi lanjutan ke kots tier 2 dan tier 3 dan di semua kategori produk, bahkan yang tingkat penetrasinya sudah moderat seperti pakaian dan barang elektronik konsumen," tulis Goldman Sachs.
(miq/miq) Next Article Mochtar Riady Gundah: Krisis Akibat Pandemi ini Berapa Tahun?
Menurut dia, penduduk miskin tersebar di berbagai lokasi. Namun, mereka dominan ditemukan di daerah yang mengandalkan pertanian. Mengapa? Sebab, petani menjual hasil panennya dengan harga sangat murah, sementara dalam memenuhi kebutuhannya mereka harus membeli dengan harga mahal.
"Petani tidak bisa menjual langsung hasil panennya, namun melalui perantara. Sementara petani membeli barang kebutuhan sehari-hari dengan harga jauh lebih mahal dari pada orang kota. At least ada lima lapisan jual lebih murah beli lebih mahal," ujar Mochtar.
Lebih lanjut, Mochtar bercerita pernah berdiskusi dengan pendiri Alibaba, Jack Ma terkait pengentasan kemiskinan di China. Menurut dia, pembangunan pasar internet berperan besar terhadap pengentasan kemiskinan di Negeri Tirai Bambu yang dikontribusikan oleh Jack Ma.
"Kalau Amazon bangun toko di internet. Dengan membangun pasar sehingga pasar ini bisa tercapai di mana-mana. Oleh karena itu orang-orang desa bisa beli langsung lewat internet," kata Mochtar.
Pembelian secara langsung membuat harga yang didapatkan jauh lebih murah. Alhasil masyarakat desa bisa menjual dengan lebih mahal dan membeli dengan murah. Ia menjelaskan ada terobosan yang luar biasa terkait sistem keuangan dengan transaksi e-commerce untuk bisa lebih maju.
"Ini adalah jasa yang luar biasa dari Jack Ma. E-commerce jangan hanya di kota tapi masuk desa," ujar Mochtar.
E-commerce akan menjadi sektor usaha yang memberikan sumbangsih besar pada ekonomi digital Indonesia. Pada 2025, nilai transaksi e-commerce akan tembus US$97 miliar atau Rp 1.358 triliun (asumsi Rp 14.000/US$) dari sebelumnya US$23,5 miliar (Rp 329 triliun) pada 2019.
Adapun laba bersih (net profit) diperkirakan akan tembus US$1,5 miliar (Rp 21 triliun) hingga US$ 2,2 miliar (Rp 30,8 triliun). Hal ini merupakan hasil riset dari Goldman Sachs bertajuk Indonesia Internet: The Fight to Unite the Verticals yang dirilis 10 Maret 2020.
"Peningkatan transaksi ini mendapatkan manfaat dari penetrasi lanjutan ke kots tier 2 dan tier 3 dan di semua kategori produk, bahkan yang tingkat penetrasinya sudah moderat seperti pakaian dan barang elektronik konsumen," tulis Goldman Sachs.
(miq/miq) Next Article Mochtar Riady Gundah: Krisis Akibat Pandemi ini Berapa Tahun?
Most Popular