Internasional

Ancaman Baru Trump ke Xi Jinping, dari Tarif ke Manufaktur

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 May 2020 06:08
Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara Amerika Serikat danĀ China dalam beberapa pekan terakhir terus meningkat. Yang paling baru dipicu oleh asal usul virus corona (COVID-19).

Presiden AS Donald Trump menuding virus berasal dari Laboratorium Virologi Wuhan. Wuhan sendiri adalah ibukota Provinsi Hubei, China bagian tengah, di mana virus pertama kali menyebar.

Ia menyebut, pemerintahnya punya bukti. Hal tersebut juga diperkuat oleh komentar Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, yang menyebut ada bukti besar dan signifikan.

Meski China membantah tudingan AS, sejumlah ancaman sudah dilontarkan Trump. Sejumlah kebijakan juga digodok, guna 'menghukum' China karena dianggap lalai pada penanganan corona.

Lalu apa saja itu?

Kesepakatan Tarif Perang Dagang

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengakhiri perjanjian perdagangan fase satu dengan China. Apalagi jika negeri Panda gagal memenuhi janjinya untuk membeli barang dan jasa milik AS senilai US$ 200 miliar.

"Kita harus melihat apa yang terjadi [dengan pembelian] karena apa yang terjadi saat ini," kata Trump selama balai kota virtual dari Lincoln Memorial di Washington, awal pekan ini.

"Mereka mengambil keuntungan dari negara kita. Sekarang mereka harus membeli dan, jika mereka tidak membeli, kami akan mengakhiri kesepakatan. Sangat sederhana," lanjutnya, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post.

Kesepakatan tarif terkait perang dagang antara kedua negara yang terjadi sejak 2018. Namun Februari, perdamaian parsial dibuat kedua negara, dengan penandatanganan kesepakatan fase satu.

Pada saat itu, AS mengurangi separuh tarif yang berlaku bagi barang China ketika masuk AS. Namun tetap memberlakukan pajak impor 25% untuk produk China senilai US $ 250 miliar.

Sebagai gantinya, pihak China berjanji untuk membeli, setidaknya US$ 200 miliar lebih banyak barang dan jasa AS di tahun 2017. Termasuk US$ 40 miliar barang pertanian.

Banyak yang berspekulasi bahwa kemampuan China untuk melakukan pembelian dirusak oleh pandemi COVID-19. Aturan penguncian (lockdown) berbulan-bulan demi menekan angka penyebaran wabah, menyebabkan kontraksi ekonomi pertama negara itu sejak tahun 1987.

ke Hal 2 >>>
Bukan cuma mengancam dengan menggunakan tarif, ia pun tengah menggodok inisiatif untuk menghapus rantai pasokan industri global dari China. Pejabat AS mengatakan ini bagian dari cara "menghukum" China karena penanganan corona.

"Kami telah bekerja selama beberapa tahun terakhir," kata Wakil Menteri Pertumbuhan Ekonomi, Energi dan Lingkungan di Kementerian Luar Negeri AS kepada Reuters, Senin (5/5/2020).

"Sekarang kami melakukan dengan kecepatan turbo."

Dikatakannya hal ini menjadi area kritis. Apalagi, ini terkait keamanan AS. Inisiatif ini akan mendukung AS bila kebijakan tarif kembali diberlakukan pada China.

Sementara itu, Departemen Perdagangan AS, snegara bagian, dan sejumlah otoritas lain yang terkait juga tengah mendorong gar perusahaan segera memindahkan sumber atau manufaktur dari China. Insentif pajak dan subsidi tengah digodok.

"Ada dorongan seluruh pemerintah untuk ini," ujar seorang sumber.

"Momen ini adalah hal sempurna, pandemi mengkristalkan kekhawatiran yang dimiliki tentang melakukan bisnis dengan China," ujar pejabat lain yang enggan menyebutkan nama.

"Semua uang yang dibuat dari kesepakatan dengan China sebelumnya sekarang telah dikalahkan oleh kerusakan ekonomi akibat corona."

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berdiskusi dengan Australia, india, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan dan Vietnam pada 29 April lalu. Salah satu yang dibahas antara lainmerestrukturisasi rantai pasokan global.

China mengambil alih posisi AS sebagai negara produsen utama di 2010. Negeri panda bertanggung jawab pada 28% output global, sebagaimana dicatat PBB tahun 2018.



[Gambas:Video CNBC]




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular