Ini Dia Kandidat Obat & Vaksin Corona, Semoga Cespleng!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 May 2020 14:33
Jokowi Siapkan 2 Obat Pamungkas Lawan Corona
Foto: Jokowi Siapkan 2 Obat Pamungkas Lawan Corona
Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai perusahaan dan negara di dunia tengah berpacu dengan waktu untuk mengembangkan vaksin, obat, hingga penanganan yang efektif untuk melawan virus corona (Covid-19) seiring dengan angka kasus infeksi yang sudah tembus 3,5 juta.

Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan, jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 per hari ini mencapai angka 3.507.265. Korban meninggal tercatat mencapai 247.491 jiwa.

Menurut catatan World Economic Forum (WEF) saat ini ada lebih dari 70 vaksin Covid-19 sedang dalam pengembangan. Namun setidaknya ada 19 jenis perawatan (treatment) pandemi Covid-19 yang mencakup vaksin, obat, dan terapi non-obat yang terbilang paling progresif.

Sebanyak 10 jenis merupakan obat-obatan, dua merupakan terapi non-obat dan sisanya merupakan kandidat vaksin. Berbagai obat-obatan digunakan sebagai anti Covid-19 terutama obat yang menyasar virus dengan materi genetik RNA seperti HIV. Untuk itu Kaletra yang digunakan sebagai obat HIV pun diujikan terhadap Covid-19.

Jenis obat yang menghambat respons peradangan berlebihan seperti Actemra dan Kevzara untuk arthritis juga diujikan sebagai kandidat obat Covid-19, mengingat beberapa pasien Covid-19 menunjukkan adanya respon imun berupa peradagangan yang hebat.

Namun calon terkuat obat Covid-19 jatuh pada Remdesivir yang merupakan antivirus produksi Gilead Science. Remdesivir sebelumnya sempat diujikan pada berbagai penyakit seperti Ebola, SARS & MERS dan menunjukkan hasil cukup menjanjikan.

Uji klinis Remdesivir yang melibatkan lebih dari 300 pasien Covid-19 di AS akhir April lalu menunjukkan bahwa obat ini terbilang manjur sehingga lebih dari 50% pasien yang diinjeksikan obat ini secara intravena sembuh dalam kurun waktu 14 hari.

Untuk jenis penanganan Covid-19 non-obat yang kini juga dikembangkan adalah menggunakan plasma pasien Covid-19 yang sembuh. Di dalam plasma darah tersebut terdapat antibodi yakni semacam protein yang berperan dalam menetralkan virus sehingga diharapkan mampu menyembuhkan pasien lain yang masih menderita Covid-19.

Sementara untuk vaksin sendiri, saat ini yang digadang-gadang sebagai kandidat terkuat adalah mRNA-1273 produksi Moderna. Secara umum berbagai penanganan ini kini sedang didorong untuk diuji secara klinis di berbagai negara di dunia.

Nama

Perusahaan

Jenis

Status

Remdesivir

Gilead Science

Obat

Repurposed Experimental

Hydroxychloroquine/Chloroquine

Various

Obat

Repurposed

Actemra (tocilizumab)

Roche

Obat

Repurposed

Kevzara (sarilumab)

Sanofi, Regeneron Pharmaceuticals

Obat

Repurposed

Jakavi (ruxolitinib)

Novartis, Incyte

Obat

Repurposed

Kaletra (lopinavir/ritonavir)

Abbvie

Obat

Repurposed

RhACE2 APN01

Apeiron Biologics

Obat

Eksperimental

Camostat mesylate

University of Aarhus

Obat

Repurposed

IFX-1

Inflarx

Obat

Eksperimental

Aspirin, Clopidogrel, Rivaroxaban, Atorvastatin, Omeprazole

Imperial College London

Obat

Eksperimental

Convalescent Plasma

Various

Terapi bukan obat

Penggunaan terbatas

NKG2D-ACE2 CAR NK Cells

ChangQing Sidemu Biotech

Terapi bukan obat

Eksperimental

mRNA-1273

Moderna

Vaksin

Eksperimental

NVX-CoV2373

Novavax

Vaksin

Eksperimental

LV-SMENP

Shenzen Geno Medical Institute

Vaksin

Eksperimental

BCG Tubercolusis Vaccine

Murdoch Children Institute

Vaksin

Repurposed

INO-4800

Inovio Pharmaceuticals

Vaksin

Eksperimental

AD5-nCoV

Cansiona Biological & Beijing Institute of Biotech

Vaksin

Eksperimental

ChAdOx1

University of Oxford

Vaksin

Eksperimental


Sumber : World Economic Forum CNBC Indonesia Research

Nama

Deskripsi

Perkembangan

Remdesivir

Pernah diuji untuk Ebola, SARS & MERS

Menuju uji klinis tahap lanjut

Hydroxychloroquine/Chloroquine

Sebelumnya digunakan untuk Malaria

Uji klinis di berbagai negara di dunia

Actemra (tocilizumab)

Antibodi monoklonal untuk rheumatoid arthritis

Uji klinis di Perancis selama 28 hari pengamatan

Kevzara (sarilumab)

Antibodi monoklonal untuk inflammatory arthritis

Uji klinis dan rilis data efektivitas obat akhir April

Jakavi (ruxolitinib)

Obat untuk penyakit autoimun

Hasil uji awal keluar Juni 2020

Kaletra (lopinavir/ritonavir)

Obat untuk HIV

Hasil awal diperkirakan keluar Mei 2020

RhACE2 APN01

Obat berbasis protein

Hasil uji awal akan diumumkan September 2020

Camostat mesylate

Obat untuk pankreasitis

Fase uji klinis kedua dengan hasil direncanakan rilis Desember 2020

IFX-1

Obat berbasis antibodi monoklonal

Hasil uji awal direncanakan rilis pada Oktober 2020

Aspirin, Clopidogrel, Rivaroxaban, Atorvastatin, Omeprazole

Obat kardioprotektif

Sudah dilakukan uji terhadap 3.000 pasien di Inggris pada 31 Maret 2020

Convalescent Plasma

Penggunaan plasma darah pasien sembuh Covid-19

Dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia

NKG2D-ACE2 CAR NK Cells

Terapi donor sel imun via injeksi intravena

Sedang dalam periode observasi 28 hari

mRNA-1273

Vaksin berbasis asam nukleat

Percobaan ditargetkan selesai 1 Juni 2020

NVX-CoV2373

Vaksin berbasis protein dengan teknologi nano

Percobaan terhadap 130 orang dewasa mulai pertengahan Mei, hasil Juli 2020

LV-SMENP

Vektor yang mengkode antigen

Percobaan terhadap 100orang dewasa di China selesai 31 Juli 2020

BCG Tubercolusis Vaccine

Berhasil untuk menyembuhkan penyakit respirasi lain

Uji coba dilakukan Max Planck Institute

INO-4800

Vaksin menggunakan plasmid DNA

Hasil uji klinis rilis pada akhir musim panas dan bersiap produksi 1 juta dosis akhir tahun

AD5-nCoV

Vektor virus

Fase I uji klinis akhir Desember 2020 dan fase II direncakana akhir Januari

ChAdOx1

Vektor adenovirus

Uji klinis mulai akan dilakukan pada Mei 2020


Sumber : World Economic Forum CNBC Indonesia Research

Pengembangan obat dan vaksin memang membutuhkan waktu yang lama. Jurnal ilmiah ternama di dunia yakni Nature meramal pengembangan vaksin paling cepat membutuhkan waktu 12-18 bulan.

Jika saat ini rata-rata kandidat obat maupun vaksin masih berada di tahap awal maupun uji klinis tahap pertama, maka paling cepat vaksin dan obat bisa dikembangkan pada akhir 2020. Lama juga ya? Memang itu pun sudah yang paling cepat, mengingat pengembangan vaksin secara normal membutuhkan waktu 2-5 tahun bahkan.

Dengan perlombaan untuk menemukan racikan paling mujarab penangkal Covid-19 yang sekarang terjadi, seorang peneliti senior yang berasal dari Fudan University mengingatkan bahwa cepat saja tidak cukup. Aspek keselamatan (safety) adalah hal yang paling utama dalam pengembangan vaksin.

Dalam sebuah artikelnya di Jurnal Nature, Shibo Jiang seorang peneliti virologi senior di Fudan University menggarisbawahi, sebelum vaksin Covid-19 digunakan untuk manusia, regulator harus memastikan tingkat keamanan kandidat vaksin ini terhadap beberapa strain virus lain dan juga harus diuji dulu dengan menggunakan berbagai jenis hewan model.

Hal ini berarti bahwa menunggu vaksin menjadi tersedia memang akan memakan waktu yang lama. Di sisi lain pemerintah di berbagai negara juga sudah kewalahan menangani pandemi Covid-19.

Namun menurut Jiang, menciptakan vaksin yang aman dan poten untuk Covid-19 adalah hal yang mutlak mengingat tingkat mortalitas pandemi ini cenderung rendah (<10%), tetapi memiliki laju transmisi yang tinggi.

Hal ini berbeda dengan penyakit Ebola yang mematikan dengan tingkat mortalitas lebih dari 50% bahkan ada yang 90% di negara tertentu tetapi tingkat penularannya lebih terbatas. Hal ini mengindikasikan bahwa vaksinasi akan lebih tertarget pada kasus Ebola ketimbang Covid-19 yang kadang penderitanya pun tak menunjukkan gejala sama sekali.

Dalam artikelnya tersebut Jiang menyarankan tiga hal. Pertama, regulator harus terus mewajibkan pengembang untuk menguji obat dan atau vaksin terhadap hewan model terlebih dahulu dan melihat apakah ada dampak buruknya.

Kedua regulator dan juga pengembang obat dan atau vaksin harus benar-benar mencermati apakah ada antibodi anti-corona lain yang dimiliki oleh sukarelawan yang sehat sebelum mereka berpartisipasi dalam uji klinis.

Ketiga Jiang juga menyarankan para pendana proyek pengembangan obat dan atau vaksin juga menggelontorkan dana lebih banyak untuk melakukan tes yang sesuai guna mendukung kelancaran pengembangan obat maupun vaksin itu sendiri.

Lebih lanjut Jiang juga meminta setiap pihak untuk tetap waspada karena virus corona dapat bermutasi dan menjadi wabah baru lagi yang artinya obat maupun vaksin yang sebelumnya ditemukan bisa saja menjadi sia-sia.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah, progress perkembangan obat dan atau vaksin Covid-19 yang saat ini terjadi selain dipicu oleh perkembangan sains dan teknologi juga harus dilandasi dengan aspek yang keamanan. Bagaimanapun juga aspek keamanan merupakan faktor nomor wahid dalam pengembangan obat. Intinya jangan grusa-grusu...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular