Dampak Corona

Mal-Mal Tutup, Banyak Ritel yang Tak Kuat Bayar Sewa Lapak

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
27 April 2020 14:58
Banyaknya ruko yang buka dilantai Dasar Blok B9 menjadi tandanya ramai jual beli para pedagang, ketika menelusuri lebih dalam lagi hanya beberapa pembeli saja yang keluar masuk mall Thamrin City, Jakarta Pusat. Diakuinya, sebagai pedagang grosir pakain dewasa, Andri tidak bisa meraup keuntungan yang besar seperti tahun-tahun sebelumnya. “Keuntungan yang kami peroleh paling cuma 5%. Beda dengan keuntungannya dengan tahun sebelumnya deh,” katanya.

Kelesuan penjual pakain jadi ini juga di alami Iwan (40 tahun). Pemilik Toko Nadira, Blok C3 Lantai 3 Thamrin City ini menyatakan omset tokonya mengalami penurunan yang tajam pada tahun ini.
Foto: Thamrin City (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Para tenant atau penyewa gerai atau ritel di pusat perbelanjaan atau mal mengaku sedang kesulitan membayar cicilan kepada pengelola. Penyebabnya adalah tidak lancar cashflow akibat kesulitan dalam menjalankan usaha. Hal ini juga tidak lepas dari penerapan skema Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat mal-mal tutup.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengungkapkan saat ini para penyewa sedang mengajukan keringanan biaya sewa. Skemanya tergantung kepada masing-masing mal, dengan penurunan biaya sewa maupun jangka waktunya diperpanjang.

"Kita memang nggak lakukan pembayaran penuh, mungkin sedang dilakukan pencicilan dan minta keringanan. Utamakan karyawan dulu dalam jangka sementara untuk bertahan. Nilainya ya B2B (business to business)," sebut Budihardjo, Senin (27/4).



Ia juga menginstruksikan secara langsung para tenant untuk berterus terang kepada pengelola tentang kondisi yang dialami. Sehingga diharapkan ada penurunan biaya. Meski dia tidak bisa menyembunyikan tetap kesulitan membayar, sekalipun ada penurunan biaya. Pasalnya, uang yang masuk bagi beberapa tenant pun tidak ada.

"Di situ kebijaksanaan mal, apa nanti bisa diberikan penundaan jangka panjang terhadap mereka yang tutup tadi. Karena mereka kan benar-benar nggak bisa buka. Intinya mau niat, tapi kas nggak ada bingung juga. Itu yang saya minta kebijaksanaannya ditunda apa gimana," sebutnya.

Meski demikian, ada sejumlah tenant yang dinilai mendapat limpahan untung dalam kondisi saat ini, yakni ritel, toko farmasi atau obat. Ritel-ritel dengan basis itu diharapkan tetap bisa membayar cicilan sebagaimana mestinya.

Hal ini disebut oleh Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan. "Ada tenant yang sekarang untung banyak kan. Contoh Supermarket yang beli ngantre, farmasi juga laku. Yang pasti malnya rugi, mana ada yang untung, operasional dan pendapatan nggak imbang," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/4)

Mengenai permintaan penurunan harga sewa, Stefanus sudah menerima sejumlah permintaan. Bahkan semenjak beberapa waktu lalu. "Dari awal mereka juga minta keringanan dan udah diberikan sama mal-mal. Dan saya kira udah dibicarakan sama antara tenant dan mal yang disewa. Tiap mal, tiap tenant kondisinya beda," paparnya.

Imbasnya, para pengelola pusat perbelanjaan juga menjadi kesulitan. Pasalnya, mereka tetap harus mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit.

"Operasional nggak ada penurunan sama sekali, dikit saja. Penggunaan listrik tetap jalan. Nggak mungkin digelapin, security tetap jaga, hand sanitizer lebih banyak. Jadi saya kira yang di sini, bandingan tenant dan mal, malnya lebih menderita dari tenant," kata Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk itu.

 

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Parah! Toko-Toko di Mal Banyak Ditutup Hordeng, Bangkrut?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular