Jokowi Kecewa Harga Gula Masih Tinggi, Mana Mendag?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 April 2020 16:21
Pengiriman gula
Foto: Detik.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang bulan Ramadan dan di tengah program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jabodetabek, pemerintah harus lebih awas dan sigap dalam memonitor dan menjaga stabilitas harga pangan. Pasalnya harga bawang merah dan gula masih mahal di daerah yang menerapkan PSBB.

Presiden Jokowi pada ratas Selasa (21/4) menyampaikan kekecewaannya soal harga gula yang masih tinggi dan adanya kenaikan harga beras di pasar.

Jelang Ramadan harga-harga bahan pokok memang akan merangkak naik. Hal ini harus diwaspadai betul oleh pemerintah terutama Kementerian Perdagangan. Pasalnya bulan Ramadan tahun ini akan jauh lebih berbeda dari bulan puasa yang sudah-sudah karena adanya pandemi corona (COVID-19).

Mengacu pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga gula di kawasan yang sedang menerapkan PSBB walau berangsur turun tetapi harganya masih sangat tinggi.

Harga gula pasir di Jabodetabek masih berada di atas Rp 17.000/Kg. Bahkan harga gula pasir lokal di Jakarta, Depok dan Bekasi masih di atas Rp 19.000/Kg. Jelas harga ini masih sangat jauh dari harga jual tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah di Rp 12.500/Kg.

Isu menipisnya pasokan sempat mewarnai kenaikan harga gula. Namun isu ini sudah ada sejak bulan Februari. Harusnya sudah tidak jadi masalah dan harga gula berangsur turun. Toh mengacu pada data CEIC, bulan Februari lalu pemerintah sudah mengimpor lebih dari 500 ribu ton gula rafinasi dan kasar.



Momen bulan Ramadan biasanya kebutuhan gula akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terutama untuk makanan yang sifatnya manis seperti kolak.

Selain gula pasir, harga bawang merah juga masih mahal terutama di Depok. Hari ini harga bawang merah di Depok mencapai Rp 58.750/Kg. Dalam sepekan terakhir harga bawang merah di Depok mengalami kenaikan sebesar 2.500 atau 4,4%.

Selain dua komoditas tersebut, dalam sebuah rapat terbatas yang membahas antisipasi kebutuhan pokok melalui video konferensi, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga menyoroti harga gabah kering yang turun tapi harga beras malah naik.

"Saya juga lihat di lapangan, harga gabah keringnya turun 5%, tapi harga berasnya naik 0,4%. Ini ada apa? Tolong dilihat betul lapangannya. Lapangannya di cek betul. Ini pasti ada masalah," kata Jokowi.



"Kalau harga gabah kering giling turun, mestinya harga berasnya juga ikut turun. Ini petaninya enggak dapat untung, harga berasnya naik, masyarakatnya dirugikan. Ini yang untung siapa? Dicari," jelasnya.

"Saya enggak tahu ini dari kementerian perdagangan apa sudah melihat lapangannya bahwa ini belum bergerak," kata Jokowi, Selasa (21/4/2020).

Di tengah pandemi seperti sekarang ini, stok kebutuhan pokok harus terjaga. Jangan sampai langka dan menimbulkan kenaikan harga yang menggerus daya beli masyarakat yang sudah lemah akibat gelombang PHK serta ancaman lain yang datang dari wabah COVID-19.

Jika harga-harga bahan pokok masih naik, maka efektivitas paket stimulus ekonomi RI berupa bantuan sosial senilai Rp 600.000/KK per bulan dalam tiga bulan ke depan mungkin tak akan terasa dampaknya secara signifikan. Tentunya hal ini tak boleh terjadi.

Jika berkaca pada harga gula yang masih tinggi secara nasional terutama di Jabodetabek, maka ada tiga hal yang perlu disorot. Pertama, apakah mekanisme early warning system berjalan dengan baik. Kedua apakah pengecekan di lapangan dilakukan secara kontinyu dan kekat. Ketiga, adalah apakah ada oknum pemburu rente yang turut memanfaatkan momentum ini untuk meraup cuan?

Semoga kementerian perdagangan di bawah Mendag Agus Suparmanto bisa dengan sigap mengatasi ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Apa yang Dikerjakan Mendag Saat Harga-Harga Meroket?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular