Jumlah Korban Covid-19 di Wuhan Bertambah, Gelombang Kedua?

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
18 April 2020 11:45
Kondisi terkini kota Wuhan usai Lockdown dicabut. (AP/Ng Han Guan)
Foto: Kondisi terkini kota Wuhan usai Lockdown dicabut. (AP/Ng Han Guan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China merevisi jumlah kasus positif di kota Wuhan, Provinsi Hubei sebagai epincentrum penyebaran COVID-19, setelah melakukan penyelidikan di seluruh kota.

Pemerintah Kota Wuhan mengatakan total infeksi yang dikonfirmasi di kota itu telah direvisi menjadi 50.333 pada hari Kamis, meningkat dari 325 kasus. Data jumlah kematian sekarang mencapai 3.869,  lebih banyak 1.290 dari jumlah sebelumnya, berdasarkan berita CNBC Internasional mengutip Kantor Berita Xinhua.

Pemerintah kota menyediakan empat penjelasan untuk perbedaan dalam data, yang meliputi pendaftaran kematian yang tidak lengkap dan pelaporan yang tertunda oleh institusi medis.


Komisi Kesehatan Nasional China pada Jumat menyatakan jumlah kematian di daratan China telah direvisi dari 3.342 kasus menjadi 4.632 kasus, karena ada perubahan data jumlah penderita di Wuhan. Sementara itu, total kasus yang dikonfirmasi telah direvisi dari 82.367 orang menjadi 82.692 orang, kata NHC dilansir dari CNBC International.

Pertama, pemberitahuan itu menyatakan lonjakan pasien di awal wabah menyebabkan kekurangan sumber daya medis dan ketidakmampuan dalam kapasitas perawatan. Hal ini mengakibatkan beberapa pasien sekarat di rumah.

Selain itu, rumah sakit kewalahan, yang mengakibatkan pelaporan kasus dan kematian yang tertunda, hilang atau salah, menurut pemberitahuan tersebut.

Akibat jaringan luas lembaga perawatan kesehatan yang terlibat dalam merawat pasien COVID-19, diantaranya gagal memberikan pembaruan tepat waktu tentang kasus yang mereka tangani.

[Gambas:Video CNBC]


Sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding data-data yang dipaparkan China tidak transparan. Trump bahkan mengaku akan menyelidiki apakah virus yang telah menginfeksi lebih dari 2,1 juta orang sebenarnya berasal dari laboratorium di kota Wuhan atau bukan.

Setali tiga uang, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, yang menggantikan sementara posisi Perdana Menteri Boris Johnson yang terjangkit COVID-19, meminta China bertanggung jawab pada pandemi.

"Kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang bagaimana itu muncul dan bagaimana virus tidak bisa dihentikan sebelumnya," kata Raab, dikutip dari AFP.

Sementara, Juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan mengatakan tidak ada bukti virus itu diproduksi di laboratorium.

"Banyak ahli medis terkenal di dunia juga percaya bahwa apa yang disebut hipotesis kebocoran laboratorium tidak memiliki dasar ilmiah," kata Zhao.

Secara global kini virus corona sudah menjangkit 2.183.964 orang, dengan 146.873 kasus kematian, dan 552.823 pasien berhasil sembuh sejauh ini.


(hps/hps) Next Article Tim WHO Sudah di Wuhan, Mau Bongkar Misteri Asal Virus Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular