Efek Covid-19

Bos Pertamina Sebut Pendapatan Bisa Ambles 45% dari Target

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 April 2020 09:08
nicke widyawati
Foto: Istimewa Facebook Pertamina
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mencatat penurunan tajam penjualan BBM pada Maret hingga di atas 34% akibat dampak virus corona (Covid-19). Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut penurunan penjualan terjadi ini menjadi yang terburuk sepanjang sejarah perusahaan. 

Namun Nicke menerangkan sudah menyiapkan skenario dalam menghadapi anjloknya harga minyak ini. Pertama, skenario berat dengan asumsi harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) di level US$ 38/barel dengan nilai tukar
Rp 17.500/US$.

Adapun pendapatan perusahaan diprediksi akan ikut ambles hingga mencapai 38% dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

"Dari skenario berat ini, penurunan pendapatan perusahaan jika dibandingkan RKAP itu 38%. Simulasi sudah kami lakukan, jadi ada dua skenario sesuai dengan skenario yang ditetapkan pemerintah," ungkap Nicke, Kamis, (16/04/2020).


Skenario kedua, yakni skenario sangat berat dengan asumsi ICP sebesar US$ 31/barel dan nilai tukar sebesar Rp 20.000/US$. Dengan skenario ini maka pendapatan perusahaan diprediksi sangat anjlok bahkan mencapai 45% dari target RKAP.

"Karena penurunan ICP sangat berdampak dengan bisnis hulu Pertamina, jadi luar biasa di atas 40%," tegas Nicke.

Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VI DPR pada 3 Februari lalu, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan membeberkan bahwa laba Pertamina selama 2019 diproyeksi turun dari tahun sebelumnya.

"Net income [laba bersih] ada penurunan dari US$ 2,5 miliar jadi US$ 2,1 miliar [di 2019]," kata Heru, Senin (03/2/2020). Dengan asumsi kurs Rp 16.000/US$, prediksi laba bersih itu setara Rp 34 triliun. 

Untuk laba 2019 itu belum termasuk selisih HJE (Harga Jual Eceran) yang masih menunggu proses audit BPK yang selesai di Maret 2020. Adapun pendapatan Pertamina turun dari US$ 57,9 miliar di 2018 menjadi US$ 52,4 miliar di 2019. Begitu pula dengan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi), dari US$ 9,2 miliar menjadi US$ 8,2 miliar di 2019.


Seperti di ketahui, ICP pada Maret terjun bebas 39,5% menjadi US$ 34,23/barel atau anjlok US$ 22,38/barel dibandingkan bulan sebelumnya US$ 56,61/barel.

Penurunan besar-besaranjugadialamiICPSLC (Sumatra Light Crude) sebesar US$ 21,40/barel dari US$ 57,18/barel pada Februari 2020 menjadi US$ 35,78/barel pada Maret 2020.

(tas/tas) Next Article Nicke Widyawati Masuk Daftar 100 Wanita Berpengaruh Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular