Internasional

Dear Mr Erdogan, Turki Diramal Jadi Hotspot Baru Corona

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 April 2020 16:12
Turkish President Tayyip Erdogan addresses his supporters in Istanbul, Turkey June 24, 2018. REUTERS/Alkis Konstantinidis
Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki bagaikan jatuh tertimpa tangga. Negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu terus melaporkan peningkatan pesat dalam jumlah kasus virus corona (COVID-19). Hal itu membuat Turki dikhawatirkan bakal jadi pusat penyebaran (hotspot) baru bagi wabah mematikan itu.

Di sisi lain, para ahli berpendapat bahwa pandemi juga akan semakin memporak-porandakan ekonomi negara itu. Sebab, selama dua tahun terakhir ekonominya telah kacau akibat nilai mata uang yang melemah tajam, utang negara tinggi, cadangan devisa berkurang dan angka pengangguran juga tinggi.

"Akan ada masa-masa sulit di depan, karena Turki sudah berada pada posisi yang rentan secara makroekonomi sebelum virus korona melanda," kata Can Selcuki, direktur pelaksana Istanbul Economics Research, kepada CNBC International, dikutip Kamis (16/4/2020).



"Pengangguran di Januari sudah 14% dan mungkin akan meningkat pesat akibat banyaknya penyitaan karena virus corona," katanya lagi.

Terkait penyebaran wabah, Turki yang saat ini melaporkan hampir 70 ribu kasus corona belum juga mengambil upaya ketat untuk membendung penyebaran. Menurut CNBC International, negara ini hanya memberlakukan karantina (lockdown) selama 48 jam terhadap sekitar 30 kotanya, termasuk Istanbul.

Anjuran untuk mengisolasi diri juga bukan sebuah kewajiban di negara itu meski sebagian besar bisnis yang kurang penting telah ditutup dan kunjungan wisatawan ke negara itu telah berkurang tajam.

Angka pertumbuhan kasus corona baru di Turki termasuk salah satu yang tertinggi di dunia, di mana setelah 4 April negara itu mulai mengkonfirmasi sekitar 3.000 kasus baru per harinya dan sejak 8 April Turki melaporkan ada lebih dari 4.000 kasus per hari.

Turki pertama kali mengkonfirmasi kasus corona pertamanya pada 11 Maret setelah bersikeras tidak ada kasus selama lebih dari dua bulan saat virus telah menyebar di negara-negara tetangganya. Dari total 69.392 kasus corona di Turki, sebanyak 1.518 orang telah meninggal dan 5.674 sembuh. Ini menjadikan Turki sebagai negara dengan kasus corona terbanyak ke-9 di dunia, menurut Worldometers.



Namun demikian, Erdogan mengklaim pemerintahnya telah menangani virus lebih baik daripada negara lain.

Sayangnya, banyak yang meragukan hal itu. Asosiasi medis di Turki bahkan menyebut negara itu bisa menjadi Italia atau Spanyol berikutnya akibat kurangnya kesiapan dalam menangani wabah.

"Jelas bahwa rumah sakit di kota itu belum siap secara memadai dalam dua setengah bulan sejak virus mematikan ini pertama kali menjadi sorotan," kata Kamar Dokter Istanbul dalam sebuah pernyataan pada awal April.

[Gambas:Video CNBC]


(res/sef) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular