Internasional

Studi Baru: Corona Mampu Bertahan di Suhu 60 Derajat Celcius

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 April 2020 15:03
This undated electron microscope image made available by the U.S. National Institutes of Health in February 2020 shows the virus that causes COVID-19. The sample was isolated from a patient in the U.S. (NIAID-RML via AP)
Foto: virus penyebab COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus virus corona (COVID-19) global telah mencapai 2.000.728 kasus per Rabu (15/4/2020) pukul 13:45 WIB. Dari total itu, sebanyak 126.776 orang telah meninggal dan 484.781 di antaranya sembuh, menurut Worldometers.

Di saat wabah semakin meluas seperti ini, banyak yang mempertanyakan kapan virus asal Wuhan, China itu akan menghilang. Berbagai spekulasi juga bermunculan. Salah satunya adalah dugaan bahwa wabah akan mereda di saat musim panas tiba atau saat suhu lingkungan lebih hangat karena virus mati di suhu tinggi.

Namun ternyata, hasil sebuah penelitian oleh tim ilmuwan Prancis di Universitas Aix-Marseille menemukan bahwa hal itu belum terbukti kebenarannya. Bahkan, dalam penelitian yang dilakukan Profesor Remi Charrel dan rekan-rekannya itu diketahui bahwa di suhu sangat panas sekalipun virus corona bisa bertahan lama.

Saat didiamkan di suhu hingga 60 derajat Celcius selama satu jam, beberapa strain virus corona ada yang masih mampu melakukan replikasi, menurut penelitian itu.



Menurut South China Morning Post, saat melakukan penelitian, Charrel dan rekan-rekannya menggunakan sel ginjal monyet hijau Afrika sebagai host dan memperoleh virus corona dari seorang pasien di Berlin, Jerman.

Sel-sel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang mewakili dua jenis lingkungan yang berbeda, satu bersih dan yang satunya kotor, dengan protein hewani untuk mensimulasikan penahanan biologis dalam sampel kehidupan nyata, seperti swab oral.

"Setelah pemanasan, strain virus di lingkungan yang bersih dinonaktifkan sepenuhnya. Namun, beberapa strain dalam sampel kotor bertahan." jelas media itu, mengutip makalah non-peer-review yang dirilis oleh biorxiv.org, Sabtu (11/4/2020).

"Protokol pemanasan menghasilkan penurunan infektivitas yang jelas tetapi strain yang hidup masih cukup untuk dapat memulai putaran infeksi lain,"

Menurut laporan, tujuan dari penelitian itu sendiri adalah untuk meningkatkan perlindungan pada petugas yang melakukan penelitian di laboratorium yang kurang terlindungi di saat permintaan untuk melakukan tes corona meningkat pesat di seluruh dunia.

"Teknisi di laboratorium ini langsung terpapar ke sampel, yang mengharuskan virus-virus itu "dinonaktifkan" sebelum diproses lebih lanjut."



Dari penelitian itu, Charrel dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa memanaskan sampel hingga 92 derajat Celcius selama 15 menit dapat menonaktifkan virus sepenuhnya.

Namun, suhu tinggi seperti itu juga dapat memecah belah RNA virus dan mengurangi sensitivitas tes. Oleh karena itu mereka menyarankan menggunakan bahan kimia alih-alih panas untuk membunuh virus. Hal itu juga bisa menciptakan keseimbangan antara keselamatan pekerja laboratorium dan efisiensi deteksi.

"Karena sampel klinis yang dikumpulkan pada pasien tersangka COVID-19 biasanya dimanipulasi di laboratorium BSL-2, hasil yang disajikan dalam penelitian ini akan membantu untuk memilih protokol yang paling cocok untuk inaktivasi untuk mencegah paparan pada personel laboratorium yang bertugas untuk melakukan deteksi langsung dan tidak langsung dari SARS-CoV-2 untuk tujuan diagnostik," tulis para peneliti.

Sementara itu, mengenai aktivitas virus dalam kehidupan nyata, para peneliti mengatakan hal itu bisa jauh lebih kompleks daripada simulasi laboratorium. Mereka juga mengatakan bahwa transmisibilitas dari SARS-CoV-2 tidak menunjukkan tanda-tanda melemahnya dalam kondisi hangat dan lembab.

"Virus berperilaku sangat berbeda dengan perubahan lingkungan. Banyak penelitian yang sedang dilakukan untuk menyelesaikan teka-teki ini," katanya.

[Gambas:Video CNBC]


(res/sef) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular