
Corona Bikin Denyut Ekonomi Lebaran 2020 Bakal Ambyar!
Tirta, CNBC Indonesia
09 April 2020 18:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Mudik lebaran sejatinya merupakan momen untuk ekonomi daerah bergeliat. Namun jangan berharap banyak itu akan terjadi tahun ini, karena pandemi corona telah merusak segala rencana.
Tak terasa kurang dari tiga minggu lagi umat muslim tanah air akan memasuki bulan suci Ramadan. Bulan puasa yang disambung dengan hari raya lebaran merupakan momen penuh suka cita karena dapat berkumpul dengan sanak famili.
Mudik adalah salah satu fenomena tahunan yang sudah menjadi budaya di tanah air. Momen libur lebaran dimanfaatkan sebagian besar masyarakat tanah air terutama perantau untuk pulang kampung dan kembali menjalin silaturahmi setelah lama tak bersua.
Jumlah pemudik dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat pesat. Sejak periode 2015-2018 saja jumlah total pemudik di tanah air telah bertambah sebesar 29,6%. Namun jumlah pemudik cenderung terdampak akibat mahalnya tiket tahun lalu.
Jumlah pemudik tahun ini pun diperkirakan akan merosot sebagai akibat dari merebaknya wabah corona di tanah air. Ancaman anjloknya jumlah pemudik di tahun ini juga jelas meninggalkan segenap konsekuensi bagi perekonomian.
Salah satu indikator yang disorot saat momen mudik lebaran adalah perputaran uang. Mobilisasi orang dari wilayah urban ke daerah masing-masing memicu ekonomi daerah turut menggeliat.
Apalagi saat lebaran biasanya karyawan swasta maupun PNS mendapat Tunjangan Hari Raya (THR). Sesampainya di kampung halaman THR diberikan untuk memberikan santunan bagi saudara hingga dibelanjakan berbagai kebutuhan mulai dari pangan, sandang hingga rekreasi.
Jika mengacu pada hasil survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun lalu dana pemudik dari Jabodetabek saja mencapai Rp 10,3 T. Dana ini banyak bergerak ke Jawa Tengah sebesar Rp 3,8 T, Jawa Barat Rp 2,05 T dan Jawa Timur sebesar Rp 1,3 T.
Hal ini membawa berkah bagi ekonomi daerah dan sejalan dengan prediksi Bank Indonesia yang mencatatkan kenaikan kebutuhan uang selama lebaran periode 5 tahun terakhir.
Pada 2015 tercatat jumlah kebutuhan uang selama momen lebaran mencapai R 125 T. Tahun lalu nilainya mencapai Rp 217 T. Artinya rata-rata peningkatan per tahunnya mencapai 14,8% (CAGR).
Tak terasa kurang dari tiga minggu lagi umat muslim tanah air akan memasuki bulan suci Ramadan. Bulan puasa yang disambung dengan hari raya lebaran merupakan momen penuh suka cita karena dapat berkumpul dengan sanak famili.
Mudik adalah salah satu fenomena tahunan yang sudah menjadi budaya di tanah air. Momen libur lebaran dimanfaatkan sebagian besar masyarakat tanah air terutama perantau untuk pulang kampung dan kembali menjalin silaturahmi setelah lama tak bersua.
Jumlah pemudik tahun ini pun diperkirakan akan merosot sebagai akibat dari merebaknya wabah corona di tanah air. Ancaman anjloknya jumlah pemudik di tahun ini juga jelas meninggalkan segenap konsekuensi bagi perekonomian.
Salah satu indikator yang disorot saat momen mudik lebaran adalah perputaran uang. Mobilisasi orang dari wilayah urban ke daerah masing-masing memicu ekonomi daerah turut menggeliat.
Apalagi saat lebaran biasanya karyawan swasta maupun PNS mendapat Tunjangan Hari Raya (THR). Sesampainya di kampung halaman THR diberikan untuk memberikan santunan bagi saudara hingga dibelanjakan berbagai kebutuhan mulai dari pangan, sandang hingga rekreasi.
Jika mengacu pada hasil survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun lalu dana pemudik dari Jabodetabek saja mencapai Rp 10,3 T. Dana ini banyak bergerak ke Jawa Tengah sebesar Rp 3,8 T, Jawa Barat Rp 2,05 T dan Jawa Timur sebesar Rp 1,3 T.
Hal ini membawa berkah bagi ekonomi daerah dan sejalan dengan prediksi Bank Indonesia yang mencatatkan kenaikan kebutuhan uang selama lebaran periode 5 tahun terakhir.
Pada 2015 tercatat jumlah kebutuhan uang selama momen lebaran mencapai R 125 T. Tahun lalu nilainya mencapai Rp 217 T. Artinya rata-rata peningkatan per tahunnya mencapai 14,8% (CAGR).
Next Page
Ekonomi Daerah Terancam Tak Bergliat
Pages
Most Popular