Waspada, Corona Bisa Guncang Industri Batu Bara RI di Q2

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
09 April 2020 11:15
Kuartal I memang masih belum terasa, namun kuartal II diperkirakan akan mulai terganggu akibat corona
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak dari pandemik corona (Covid-19) tidak hanya menyasar sektor migas, tapi juga sektor minerba.

Ketua Umum Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan dampak ke produksi batu bara nasional belum terlalu terasa di Kuartal I tahun ini.

Meski ada penurunan tidak akan signifikan. Kondisi berbeda dipediksi bakal terjadi di Kuartal II tahun ini, penurunan produksi akan lebih terasa. "Kuartal II saya proyeksikan lebih terlihat, karena sampai Maret produksi sudah 142 juta ton atau 26%," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis, (09/04/2020).

Ia memproyeksikan dengan pertumbuhan ekonomi India 2,1 % dan China 1% akan membuat kebutuhan energi berupa batu bara terganggu. Apalagi 50 % ekspor batu bara Indonesia, adalah China dan India.



"Dengan asumsi China dapat berjalan normal di April atau Juni, negara importir merekapun masih terdampak. Sehingga memang tekanan volume dan HBA dapat jadi akan tetap berjalan sampai pertengahan tahun," terang Singgih.

Singgih memproyeksikan target prduksi batu bara sebanyak 550 juta ton tahun ini tidak akan tercapai. "Menurut saya sedikit di bawah 550 juta. Bisa jadi saat ditetapkan 550, riil yang ada sebetulnya akan lebih saat itu. Mengingat jumlah IUPK yang cukup banyak. Jadi dengan Covid-19 pasti produksi kelas IUPK juga terganggu," paparnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mempersilahkan pengusaha batu bara jika mau melakukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun ini.

Hal ini dikarenakan dampak dari pandemi corona (Covid-19) sudah menyasar ke industri batu bara, turunnya permintaan menyebabkan Harga Batu bara Acuan (HBA) bulan April anjlok.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba Kementerian ESDM Sri Rahardjo mengatakan penurunan produksi bisa saja terjadi, karena permintaan berkurang. Negara tujuan ekspor melakukan pembatasan, dampaknya terjadi penurunan penjualan.

"Bisa saja kalau demand berkurang, misalnya tujuan ekspor mereka melakukan pembatasan, otomatis penjualan menjadi berkurang pengurunan produksi bisa
terjadi," ungkapnya konferensi pers, Rabu, (08/04/2020).

Port Manager dan Kepala Teknik Tambang PT Arutmin Indonesia Ahmad Juaeni mengatakan sejauh ini operasional dari perusahaan masih berjalan normal. Dampaknya saat ini belum dirasakan, namun ke depan jika dirasa perlu, akan dilakukan revisi RKAB.

"Sejauh ini belum ada terkait dengan pengaruhnya, sampai Maret ini nyaris tidak ada. Bahwa sejauh ini kegiatan operasi tambang batu bara yang dioperasikan perusahaan masih berjalan normal," terangnya.


[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Migas Babak Belur, Efek Corona Mulai Merambat ke Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular