
Jokowi Wajibkan Warga Pakai Masker, Ternyata Tak Mudah Pak!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 April 2020 16:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) resmi mewajibkan penggunaan masker bagi siapa pun yang pergi keluar rumah. Saat ini pemerintah tengah mempersiapkan kebutuhan masker dalam negeri.
Kebijakan Jokowi untuk menggunakan masker saat keluar rumah mulai diterapkan ketika juru bicara bicara pemerintah untuk penanganan wabah corona, Achmad Yurianto saat konferensi pers kemarin Minggu (5/4/2020).
Kebijakan yang diambil oleh Jokowi dilandasi oleh anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dulu sebelum wabah corona menjadi pandemi, WHO hanya menganjurkan penggunaan masker bagi yang sakit. Namun karena jumlah penderita sudah semakin banyak dan transmisi cepat terjadi, anjuran pun diubah.
Salah satu kriteria untuk masker yang digunakan adalah yang bersifat water resistant. Juru bicara penanganan COVID-19 tidak menganjurkan penggunaan masker bedah dan N95 untuk orang-orang karena hanya diperuntukkan untuk tim medis.
"Semua harus menggunakan masker. Masker bedah dan masker N95 hanya untuk petugas kesehatan. Gunakan masker kain, Ini menjadi penting karena kita tidak pernah tahu orang tanpa gejala didapatkan di luar," ujar Yuri pada konferensi pers, Minggu (5/4/2020).
Ketika penggunaan masker diwajibkan tantangannya ada tiga, 1) memastikan masyarakat menggunakan masker sesuai dengan anjuran, 2) memastikan produksi dalam negeri cukup, 3) memastikan harga masker terjangkau dan tidak ada praktik pemburu rente atau menimbun.
Untuk poin yang paling pertama terkait penggunaan masker sesuai anjuran, berikut adalah infografis penggunaan masker oleh masyarakat dan tenaga medis yang dikeluarkan oleh BNPB.
Terkait poin kedua, pemerintah saat ini bekerja sama dengan para pelaku industri tekstil untuk memproduksi masker dalam negeri dan meningkatkan kapasitas produksinya. Hal tersebut juga menjadi strategi agar kebutuhan masker di dalam negeri tetap mencukupi terutama untuk tim medis.
Upaya lain yang juga dilakukan untuk mencukupi kebutuhan masker tanah air adalah dengan menghentikan sementara ekspor maskernya, selain bekerja sama dengan para pelaku industri tekstil dalam negeri.
Menurut data Badan Pusat Statistik, volume ekspor masker bedah buatan RI pada Januari 2020 mencapai 175,8 ton. Dengan asumsi berat masker mencapai 0,15 kg untuk 1 boks-nya maka pada Januari saja RI sudah mengekspor 54,9 juta masker senilai US$ 2,14 juta.
Sementara untuk masker kain kebutuhannya juga diperkirakan meningkat. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia mengungkapkan potensi kenaikan permintaan masker hingga beberapa kali lipat.
"Awalnya diperkirakan sekitar 60 jutaan washable masker (kain). Namun dengan adanya himbauan pemerintah, kita akhirnya produksi dua sampai dengan tiga kali lipat lebih," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (6/4).
Artinya, produksi masker bisa mencapai angka 120-180 juta pcs. Jumlah tersebut sangatlah besar, sehingga perlu dukungan dari banyak pabrik garmen untuk ikut serta membuatnya. Namun, Anne memastikan sejumlah anggotanya siap berproduksi.
Dalam membuat masker terutama untuk masker bedah harus juga diperhatikan bahan dasarnya. Bahan dasar yang digunakan adalah spunbound polipropilen. Bahan jenis ini memiliki kode HS 5603. Pada 2019 Indonesia mengimpornya dari China, Korea Selatan dan Thailand mencapai 80,25 ribu ton senilai kurang lebih US$ 286 juta.
China memang menjadi produsen masker bedah terbesar di dunia. The New York Times melaporkan, sebelum wabah menjangkiti dunia, China memproduksi setengah dari masker dunia. Namun setelah wabah merebak, China meningkatkan kapasitas produksinya hingga 12 kali lipat.
Walau sejak awal Maret kasus infeksi COVID-19 di China mulai menunjukkan fase puncak. Namun China membatasi ekspor maskernya, mengingat masih ada kemungkinan gelombang kedua merebaknya virus di Negeri Panda ketika larangan bepergian dicabut dan orang-orang kembali bekerja.
Itu artinya China juga akan lebih perhitungan dalam mengekspor bahan bakunya. Padahal untuk industri tekstil tanah air, bahan bakunya juga sebagian besar dipasok dari China. Peningkatan kapasitas produksi memang harus dilakukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Namun jangan lupa bahwa harga masker harus tetap dijaga terjangkau mengingat bahan dasarnya mengalami shortage. Jangan sampai ada oknum yang memanfaatkan momentum seperti ini untuk mengambil keuntungan. Apabila di lapangan ditemukan kasus seperti itu, maka pemerintah harus benar-benar menindak tegas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Hai Warga RI, Selamat Datang Era Endemi
Kebijakan Jokowi untuk menggunakan masker saat keluar rumah mulai diterapkan ketika juru bicara bicara pemerintah untuk penanganan wabah corona, Achmad Yurianto saat konferensi pers kemarin Minggu (5/4/2020).
Kebijakan yang diambil oleh Jokowi dilandasi oleh anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dulu sebelum wabah corona menjadi pandemi, WHO hanya menganjurkan penggunaan masker bagi yang sakit. Namun karena jumlah penderita sudah semakin banyak dan transmisi cepat terjadi, anjuran pun diubah.
"Semua harus menggunakan masker. Masker bedah dan masker N95 hanya untuk petugas kesehatan. Gunakan masker kain, Ini menjadi penting karena kita tidak pernah tahu orang tanpa gejala didapatkan di luar," ujar Yuri pada konferensi pers, Minggu (5/4/2020).
Ketika penggunaan masker diwajibkan tantangannya ada tiga, 1) memastikan masyarakat menggunakan masker sesuai dengan anjuran, 2) memastikan produksi dalam negeri cukup, 3) memastikan harga masker terjangkau dan tidak ada praktik pemburu rente atau menimbun.
Untuk poin yang paling pertama terkait penggunaan masker sesuai anjuran, berikut adalah infografis penggunaan masker oleh masyarakat dan tenaga medis yang dikeluarkan oleh BNPB.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Terkait poin kedua, pemerintah saat ini bekerja sama dengan para pelaku industri tekstil untuk memproduksi masker dalam negeri dan meningkatkan kapasitas produksinya. Hal tersebut juga menjadi strategi agar kebutuhan masker di dalam negeri tetap mencukupi terutama untuk tim medis.
Upaya lain yang juga dilakukan untuk mencukupi kebutuhan masker tanah air adalah dengan menghentikan sementara ekspor maskernya, selain bekerja sama dengan para pelaku industri tekstil dalam negeri.
Menurut data Badan Pusat Statistik, volume ekspor masker bedah buatan RI pada Januari 2020 mencapai 175,8 ton. Dengan asumsi berat masker mencapai 0,15 kg untuk 1 boks-nya maka pada Januari saja RI sudah mengekspor 54,9 juta masker senilai US$ 2,14 juta.
Sementara untuk masker kain kebutuhannya juga diperkirakan meningkat. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia mengungkapkan potensi kenaikan permintaan masker hingga beberapa kali lipat.
"Awalnya diperkirakan sekitar 60 jutaan washable masker (kain). Namun dengan adanya himbauan pemerintah, kita akhirnya produksi dua sampai dengan tiga kali lipat lebih," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (6/4).
Artinya, produksi masker bisa mencapai angka 120-180 juta pcs. Jumlah tersebut sangatlah besar, sehingga perlu dukungan dari banyak pabrik garmen untuk ikut serta membuatnya. Namun, Anne memastikan sejumlah anggotanya siap berproduksi.
Dalam membuat masker terutama untuk masker bedah harus juga diperhatikan bahan dasarnya. Bahan dasar yang digunakan adalah spunbound polipropilen. Bahan jenis ini memiliki kode HS 5603. Pada 2019 Indonesia mengimpornya dari China, Korea Selatan dan Thailand mencapai 80,25 ribu ton senilai kurang lebih US$ 286 juta.
China memang menjadi produsen masker bedah terbesar di dunia. The New York Times melaporkan, sebelum wabah menjangkiti dunia, China memproduksi setengah dari masker dunia. Namun setelah wabah merebak, China meningkatkan kapasitas produksinya hingga 12 kali lipat.
Walau sejak awal Maret kasus infeksi COVID-19 di China mulai menunjukkan fase puncak. Namun China membatasi ekspor maskernya, mengingat masih ada kemungkinan gelombang kedua merebaknya virus di Negeri Panda ketika larangan bepergian dicabut dan orang-orang kembali bekerja.
Itu artinya China juga akan lebih perhitungan dalam mengekspor bahan bakunya. Padahal untuk industri tekstil tanah air, bahan bakunya juga sebagian besar dipasok dari China. Peningkatan kapasitas produksi memang harus dilakukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Namun jangan lupa bahwa harga masker harus tetap dijaga terjangkau mengingat bahan dasarnya mengalami shortage. Jangan sampai ada oknum yang memanfaatkan momentum seperti ini untuk mengambil keuntungan. Apabila di lapangan ditemukan kasus seperti itu, maka pemerintah harus benar-benar menindak tegas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Hai Warga RI, Selamat Datang Era Endemi
Most Popular