ICP Maret US$ 34, Pertamina EP Mulai Pangkas Belanja Modal

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 April 2020 17:16
Bukan cuma belanja modal, belanja operasional pun diancang-ancang untuk dipangkas
Foto: Bos Pertamina EP: Harga Minyak Rendah Tekan Kinerja Industri Hulu Migas (CNBC Indonesia TV)
Jakarta,CNBC Indonesia - PT Pertamina EP (PEP) sudah memiliki skenario jika harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP berada di level US$ 30 per barel bahkan di bawahnya. Direktur Utama Pertamina Nanang Abdul Manaf mengatakan dengan ICP US$ 30 per barel secara umum masih tetap bisa profit. 

Caranya dengan melakukan penyesuaian di beberapa program. "Seperti operating expenses (Opex) harus dipotong 10-20% dan capital expenditures (Capex) dipotong 20-30%," ungkapnya, Kamis, (02/04/2020). 



Lalu bagaimana jika ICP di bawah US$ 30 per barel? 

Terkait hal ini Nanang menerangkan masih tetap bisa profit, menggunakan format yang sama. Hanya saja potongan capex dan opex nya lebih besar. "Kalau di bawah US$ 30 capex dipotong 40-50% dan opex 20% masih bisa survive," imbuhnya. 

Lebih lanjut dirinya mengatakan kondisi harga minyak di posisi US$ 20an per barel baru berjalan sekitar sebulan. Sehingga belum mencerminkan profit satu tahun. Namun di tiga bulan pertama ICP berada di bawah asumsi US$ 63 per barel. 

"Artinya kalau kondisi tidak membaik tentu akan mengurangi pendapatan dan laba, baik dari segi pemerintah maupun kontraktor," jelasnya. 

Nanang menyebut belum ada perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), baru melakukan simulasi dengan berbagai parameter keekonomian. Seperti ICP, Kurs, Capex dan Opex, serta implikasinya terhadap produksi. Revisi RKAB baru mungkin dilakan jika kondisi ini berlajut sampai akhir semester 1. 

"Kalau kondisi ini berjalan sampai akhir semester 1. Sudah dengan tim SKK Migas dan sejauh ini spiritnya sama untuk dapat mengerjakan rencna kerja dengan biaya lebih efisien lagi," paparnya. 

Wakil Kepala Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fataryani mengatakan dampak dari anjloknya ICP untuk proyek-proyek sebagian berpengaruh. Produksi sampai saat ini masih dipertahankan untuk menjaga ketahanan energi nasional dan perlunya pendapatan negara terutama terkait wabah covid 19.

"Daya tahan kita dari lapangan satu ke lapangan lain berbeda-beda. Ada biaya produksi yang efisien sekali dan ada yang memang cukup mahal. Sejauh ini biaya produksi kita masih bisa dibawah ICP," ungkapnya, Kamis, (02/04/2020). 

Menurutnya ongkos produksi setiap lapangan beberda-beda, ada yang US$ 26 per barel, bahkan ada yang US$ 4 masih bisa bertahan. "Kalau rata-rata kita kan direct production cost di bawah US$ 20. Kalau produksinya tinggi dan lapangan produksi tidak banyak tersebar pasti ada (US$ 4)," terangnya. 

Soal rencana revisi RKAB sampai saat ini terus dipelajari dengan berbagai skenario. "Menunggu kapan mulai dibahas APBN-P. Kalau nggak ada ya nggak direvisi," terangnya. 

Seperti diketahui, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) bulan Maret terjun bebas 39,5% menjadi US$ 34,23 per barel atau anjlok US$ 22,38 per barel dibandingkan bulan sebelumnya US$ 56,61 per barel. 



[Gambas:Video CNBC]





(gus) Next Article Kenapa Pertamina Belum Turunkan Harga BBM?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular