
Ada Imbauan di Rumah Aja, Penjualan Ritel Online Meroket 20%
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
31 March 2020 16:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbauan pemerintah yang meminta masyarakat agar tetap berada di rumah saja berdampak pada peningkatan penjualan ritel via online.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menyebut kini banyak masyarakat yang beralih ke pembelian via online untuk menghindari terjadinya interaksi secara langsung di toko offline. Masyarakat sebagian beralih untuk memenuhi kebutuhan pokok dengan belanja daring.
"Ada peningkatan ya sekitar 15-20 %. Lebih mudah dengan handphone atau aplikasi lalu dikirim barangnya. Kan sama saja," kata Roy kepada CNBC Indonesia, Selasa (31/3).
Perubahan pola belanja masyarakat ini tidak lepas dari banyaknya perusahaan ritel yang berinovasi, yakni dengan melakukan penjualan via online. Di minimarket yang berada di banyak lokasi hingga supermarket. Perusahaan yang berbasis ojek daring juga mencoba hal yang sama.
"Masyarakat pun dari waktu ke waktu ikuti berita. Dan mereka menyadari apa yang dimaksud protap COVID-19 mau physical dan social distancing. Jadi kelihatannya ini efek dari media yang terus beritakan, sehingga mereka lebih memilih belanjanya via HP atau aplikasi," kata Roy.
Keberadaan toko ritel sebenarnya sangat dibutuhkan. Masyarakat bisa memenuhi kebutuhan bahan pokoknya melalui ritel-ritel yang terus dibuka.
Sehingga, meskipun nantinya diprediksi bakal ada karantina wilayah atau lockdown, ritel tetap harus dibuka. Pemerintah memang sudah menyiapkan skenario darurat sipil bila dibutuhkan, bukan lockdown atau karantina wilayah.
"Kami berharap jam operasi tetap sama, masyarakat jadi tidak perlu kesulitan jika suatu waktu butuh bahan pokok," papar Roy.
(hoi/hoi) Next Article Akses Jabodetabek Ditutup: Toko Ritel akan Tetap Buka?
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menyebut kini banyak masyarakat yang beralih ke pembelian via online untuk menghindari terjadinya interaksi secara langsung di toko offline. Masyarakat sebagian beralih untuk memenuhi kebutuhan pokok dengan belanja daring.
"Ada peningkatan ya sekitar 15-20 %. Lebih mudah dengan handphone atau aplikasi lalu dikirim barangnya. Kan sama saja," kata Roy kepada CNBC Indonesia, Selasa (31/3).
Perubahan pola belanja masyarakat ini tidak lepas dari banyaknya perusahaan ritel yang berinovasi, yakni dengan melakukan penjualan via online. Di minimarket yang berada di banyak lokasi hingga supermarket. Perusahaan yang berbasis ojek daring juga mencoba hal yang sama.
"Masyarakat pun dari waktu ke waktu ikuti berita. Dan mereka menyadari apa yang dimaksud protap COVID-19 mau physical dan social distancing. Jadi kelihatannya ini efek dari media yang terus beritakan, sehingga mereka lebih memilih belanjanya via HP atau aplikasi," kata Roy.
Pilihan Redaksi |
Keberadaan toko ritel sebenarnya sangat dibutuhkan. Masyarakat bisa memenuhi kebutuhan bahan pokoknya melalui ritel-ritel yang terus dibuka.
Sehingga, meskipun nantinya diprediksi bakal ada karantina wilayah atau lockdown, ritel tetap harus dibuka. Pemerintah memang sudah menyiapkan skenario darurat sipil bila dibutuhkan, bukan lockdown atau karantina wilayah.
"Kami berharap jam operasi tetap sama, masyarakat jadi tidak perlu kesulitan jika suatu waktu butuh bahan pokok," papar Roy.
(hoi/hoi) Next Article Akses Jabodetabek Ditutup: Toko Ritel akan Tetap Buka?
Most Popular