
Sri Mulyani Beberkan Kondisi Negara-Negara Tersengat Corona
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
24 March 2020 20:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, berdasarkan pertemuan virtual dengan negara-negara anggota G20, menyepakati kondisi outlook 2020 adalah negatif. Banyak Negara yang mengalami krisis karena adanya pandemic covid-19.
Saat ini, Sri Mulyani mengatakan, IMF memiliki dana sekitar USD 1,5 triliun untuk penanganan COVID-19. Dia berharap, dana ini bisa digunakan untuk membantu pencegahan krisis bagi negara anggota IMF, utamanya yang saat ini mengalami dana asing keluar (capital outflow).
"Ini masih perlu mendapat persetujuan dari seluruh share holder-nya. Dengan tambahan US$ 500 billion, dari US$ 1 triliun. diharapkan IMF bisa bantu negara, yang secara otomatis yang saat ini hadapi capital outflow dan situasi likuiditas dari USD atau hard currency forex yang sangat ketat," jelas Sri Mulyani dalam video conference, Selasa (24/3/2020).
Dalam pertemuan di G20 tersebut, Sri Mulyani menceritakan bahwa seluruh negara memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang dilakukan oleh setiap negara terkait penanganan corona.
Pada dasarnya semua negara anggota G20, dan beberapa negara tambahan, semuanya mengonfirmasi bahwa mereka melakukan respons melalui kebijakan yang terkoordinir, baik pada sektor fiskal dan moneter, ditambah dengan kebijakan tak terduga lainnya.
Sri Mulyani merinci, dari sisi moneter, semua negara melakukan relaksasi, dalam bentuk penurunan suku bunga, peningkatan likuiditas dan tindakan-tindakan dalam rangka mendukung sektor keuangan, untuk bisa merespon tantangan saat ini.
Sementara dari sisi fiskal, kata Sri Mulyani semua negara melakukan ekspansi fiskal yang luar biasa dalam countercyclical atau kontra siklus dalam menangani masalah kesehatan, keamanan di dalam menciptakan social safety net (SSN). Serta melindungi dunia usaha yang terancam kebangkrutan secara cukup masif.
Australia
Sri Mulyani menceritakan bahwa Australia sudah mengajukan ke parlemen untuk bisa memberikan stimulus sebesar AU$ 109 miliar. Atau 10% dari GDP mereka akan digunakan untuk memberikan dukungan kepada mereka yang mengalami dampak langsung dari covid-19.
"Australia adalah negara terakhir yang bicara, karena Menkeu Australia [Josh Frydenberg] sedang melakukan pertemuan parlemen untuk persetujuan paket 189 billion Australia dolar, yang akan di deploy dalam bentuk dukungan kepada mereka yang mengalami dampak langsung dari covid-19," jelas Sri Mulyani.
Amerika Serikat
Amerika Serikat, kata Sri Mulyani masih sedang dibahas bersama Sekretariat Negaranya, dan belum menyetujuinya. Pada dasarnya, AS sepakat untuk menaikkan countercylical melalui fiskal yang mencapai lebih dari US$ 1 triliun.
Stimulus itu, dinilai sebagai stimulus paket besar yang juga sekaligus untuk memberikan dukungan likuiditas dalam rangka membantu perekonomian dan keuangan.
"Fokusnya ke para pekerja, terutama di UMKM. Mereka berikan banyak measures yang sama sekali tidak biasa. Seperti berikan dua bulan pendapatan dalam bentuk loan dan liquidity support ke sektor keuangan termasuk dunia usaha," jelas Sri Mulyani.
China
China yang merupakan sebagai salah satu negara yang terpapar ekonominya karena corona. Juga akan melakukan kontra siklus yang besar dari sisi ekonomi. China akan menggelontorkan stimulus sebesar US$ 17,2 miliar.
China juga akan meningkatkan kapasitas dari sektor produksi dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan membangun kebutuhan-kebutuhan, terutama alat kesehatan.
"China pun dalam situasi sekarang udah agak recover, fokus normalisir sektor produksinya karena berbagai permintaan termasuk ke alat kesehatan."
"Itu jadi meningkat luar biasa di dunia seperti APD, masker, hand sanitizer itu seluruh dunia permintaan melonjak dan banyak negara maju tidak lagi punya pabrik pembuatan," jelas Sri Mulyani.
Italia
Italia yang juga merupakan negara terparah setelah China, karena terdapat 5.000 lebih warganya meninggal karena corona, mengalami resesi. Italia akan melakukan perhitungan anggaran fiskalnya, senilai US$ 27 miliar.
"Resesi yang sifatnya signifikan bahkan kemungkinan negatif sampai lebih dari double digit. Resesinya dalam sekali," tutur Sri Mulyani.
Italia saat ini, lanjut Sri Mulyaani, sedang melakukan konsolidasi dalam rangka memperbaiki respon dari sisi kesehatan, dan ekonominya.
Stimulus fiskal yang digelontorkan itu untuk memberikan jaminan kepada masyarakat yang terkena PHK dan pelonggaran kredit untuk bisa mengembalikan sektor produksinya.
Inggris
Sri Mulyani menjelaskan, bahwa Inggris akan menggelontorkan stimulus, yang setara dengan 4% terhadap GDP. Termasuk untuk memberikan cash grant (hibah tunai), tax relief (keringanan pajak), dan subsidi kepada mereka yang mengalami PHK dan upah kepada mereka yang mengalami pengurangan kerja.
Uni Eropa
Uni Eropa, kata Sri Mulyani akan memberikan stimulus berupa tax expenditure 1% dari GDP dan 10% dalam bentuk dukungan likuiditas. Stimulus yang digelontorkan sebesar US$ 100,84 miliar.
"Menurut Europe Central Bank, kalau Eropa lock-down, setiap 4 minggu lock-down , maka growth turun 2%. Maka sudah pasti resesi," jelas Sri Mulyani
Kanada
Kanada, berdasarkan keterangan Sri Mulyani akan mengeluarkan 3,6% dari GDP untuk mendukung pekerja dan sektor dunia usaha. Dengan menggelontorkan anggaran sebesar US$ 63,9 miliar.
"Dengan tambahan US$ 500 billion dalam rangka memberikan jaminan ke sektor perbankan, agar masuk ke dalam kredit line [sektor pinjaman]," jelasnya.
Perancis
Perancis menggelontorkan stimulus sebesar € 45 miliar untuk pengeluaran atau belanja negara, dan sebesar € 300 miliar sebagai jaminan kepada masyarakat. "Perancis support 2% GDP fiskal, plus 10% untuk guarantee ke perusahaan, termasuk swasta," jelas Sri Mulyani.
Jerman
Jerman menaikkan anggaran belanja negaranya sebesar 40%, untuk stabilisasi dan paket dalam rangka stabilisasi dalam bentuk € 100 miliar dan € 400 miliar dalam bentuk instrumen utang untuk mendukung sektor usaha.
Meski tidak dijelaskan dalam video conference, Sri Mulyani juga merinci nilai stimulus yang digelontorkan oleh Rusia, Turki, Singapura dan Korea Selatan.
Besaran stimulus yang akan digelontorkan oleh Rusia sebesar US$ 15,5 miliar atau 1% terhadap GPD. Sementara Turki akan menggelontorkan stimulus senilai US$ 15,4 miliar, Singapura US$ 4,4 miliar, dan Korea Selatan senilai US$ 66 miliar.
"Semua negara sekarang melakukan tindakan-tindakan yang tidak konvensional dan gunakan seluruh instrumen dan resources untuk bisa pertama, menjaga keamanan masyarakatnya. Jadi, masalah kesehatan adalah prioritas sama seperti di Indonesia," jelasnya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Saat ini, Sri Mulyani mengatakan, IMF memiliki dana sekitar USD 1,5 triliun untuk penanganan COVID-19. Dia berharap, dana ini bisa digunakan untuk membantu pencegahan krisis bagi negara anggota IMF, utamanya yang saat ini mengalami dana asing keluar (capital outflow).
"Ini masih perlu mendapat persetujuan dari seluruh share holder-nya. Dengan tambahan US$ 500 billion, dari US$ 1 triliun. diharapkan IMF bisa bantu negara, yang secara otomatis yang saat ini hadapi capital outflow dan situasi likuiditas dari USD atau hard currency forex yang sangat ketat," jelas Sri Mulyani dalam video conference, Selasa (24/3/2020).
Dalam pertemuan di G20 tersebut, Sri Mulyani menceritakan bahwa seluruh negara memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang dilakukan oleh setiap negara terkait penanganan corona.
Pada dasarnya semua negara anggota G20, dan beberapa negara tambahan, semuanya mengonfirmasi bahwa mereka melakukan respons melalui kebijakan yang terkoordinir, baik pada sektor fiskal dan moneter, ditambah dengan kebijakan tak terduga lainnya.
Sri Mulyani merinci, dari sisi moneter, semua negara melakukan relaksasi, dalam bentuk penurunan suku bunga, peningkatan likuiditas dan tindakan-tindakan dalam rangka mendukung sektor keuangan, untuk bisa merespon tantangan saat ini.
Sementara dari sisi fiskal, kata Sri Mulyani semua negara melakukan ekspansi fiskal yang luar biasa dalam countercyclical atau kontra siklus dalam menangani masalah kesehatan, keamanan di dalam menciptakan social safety net (SSN). Serta melindungi dunia usaha yang terancam kebangkrutan secara cukup masif.
Australia
Sri Mulyani menceritakan bahwa Australia sudah mengajukan ke parlemen untuk bisa memberikan stimulus sebesar AU$ 109 miliar. Atau 10% dari GDP mereka akan digunakan untuk memberikan dukungan kepada mereka yang mengalami dampak langsung dari covid-19.
"Australia adalah negara terakhir yang bicara, karena Menkeu Australia [Josh Frydenberg] sedang melakukan pertemuan parlemen untuk persetujuan paket 189 billion Australia dolar, yang akan di deploy dalam bentuk dukungan kepada mereka yang mengalami dampak langsung dari covid-19," jelas Sri Mulyani.
Amerika Serikat
Amerika Serikat, kata Sri Mulyani masih sedang dibahas bersama Sekretariat Negaranya, dan belum menyetujuinya. Pada dasarnya, AS sepakat untuk menaikkan countercylical melalui fiskal yang mencapai lebih dari US$ 1 triliun.
Stimulus itu, dinilai sebagai stimulus paket besar yang juga sekaligus untuk memberikan dukungan likuiditas dalam rangka membantu perekonomian dan keuangan.
"Fokusnya ke para pekerja, terutama di UMKM. Mereka berikan banyak measures yang sama sekali tidak biasa. Seperti berikan dua bulan pendapatan dalam bentuk loan dan liquidity support ke sektor keuangan termasuk dunia usaha," jelas Sri Mulyani.
China
China yang merupakan sebagai salah satu negara yang terpapar ekonominya karena corona. Juga akan melakukan kontra siklus yang besar dari sisi ekonomi. China akan menggelontorkan stimulus sebesar US$ 17,2 miliar.
China juga akan meningkatkan kapasitas dari sektor produksi dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan membangun kebutuhan-kebutuhan, terutama alat kesehatan.
"China pun dalam situasi sekarang udah agak recover, fokus normalisir sektor produksinya karena berbagai permintaan termasuk ke alat kesehatan."
"Itu jadi meningkat luar biasa di dunia seperti APD, masker, hand sanitizer itu seluruh dunia permintaan melonjak dan banyak negara maju tidak lagi punya pabrik pembuatan," jelas Sri Mulyani.
Italia
Italia yang juga merupakan negara terparah setelah China, karena terdapat 5.000 lebih warganya meninggal karena corona, mengalami resesi. Italia akan melakukan perhitungan anggaran fiskalnya, senilai US$ 27 miliar.
"Resesi yang sifatnya signifikan bahkan kemungkinan negatif sampai lebih dari double digit. Resesinya dalam sekali," tutur Sri Mulyani.
Italia saat ini, lanjut Sri Mulyaani, sedang melakukan konsolidasi dalam rangka memperbaiki respon dari sisi kesehatan, dan ekonominya.
Stimulus fiskal yang digelontorkan itu untuk memberikan jaminan kepada masyarakat yang terkena PHK dan pelonggaran kredit untuk bisa mengembalikan sektor produksinya.
Inggris
Sri Mulyani menjelaskan, bahwa Inggris akan menggelontorkan stimulus, yang setara dengan 4% terhadap GDP. Termasuk untuk memberikan cash grant (hibah tunai), tax relief (keringanan pajak), dan subsidi kepada mereka yang mengalami PHK dan upah kepada mereka yang mengalami pengurangan kerja.
Uni Eropa
Uni Eropa, kata Sri Mulyani akan memberikan stimulus berupa tax expenditure 1% dari GDP dan 10% dalam bentuk dukungan likuiditas. Stimulus yang digelontorkan sebesar US$ 100,84 miliar.
"Menurut Europe Central Bank, kalau Eropa lock-down, setiap 4 minggu lock-down , maka growth turun 2%. Maka sudah pasti resesi," jelas Sri Mulyani
Kanada
Kanada, berdasarkan keterangan Sri Mulyani akan mengeluarkan 3,6% dari GDP untuk mendukung pekerja dan sektor dunia usaha. Dengan menggelontorkan anggaran sebesar US$ 63,9 miliar.
"Dengan tambahan US$ 500 billion dalam rangka memberikan jaminan ke sektor perbankan, agar masuk ke dalam kredit line [sektor pinjaman]," jelasnya.
Perancis
Perancis menggelontorkan stimulus sebesar € 45 miliar untuk pengeluaran atau belanja negara, dan sebesar € 300 miliar sebagai jaminan kepada masyarakat. "Perancis support 2% GDP fiskal, plus 10% untuk guarantee ke perusahaan, termasuk swasta," jelas Sri Mulyani.
Jerman
Jerman menaikkan anggaran belanja negaranya sebesar 40%, untuk stabilisasi dan paket dalam rangka stabilisasi dalam bentuk € 100 miliar dan € 400 miliar dalam bentuk instrumen utang untuk mendukung sektor usaha.
Meski tidak dijelaskan dalam video conference, Sri Mulyani juga merinci nilai stimulus yang digelontorkan oleh Rusia, Turki, Singapura dan Korea Selatan.
Besaran stimulus yang akan digelontorkan oleh Rusia sebesar US$ 15,5 miliar atau 1% terhadap GPD. Sementara Turki akan menggelontorkan stimulus senilai US$ 15,4 miliar, Singapura US$ 4,4 miliar, dan Korea Selatan senilai US$ 66 miliar.
"Semua negara sekarang melakukan tindakan-tindakan yang tidak konvensional dan gunakan seluruh instrumen dan resources untuk bisa pertama, menjaga keamanan masyarakatnya. Jadi, masalah kesehatan adalah prioritas sama seperti di Indonesia," jelasnya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular