Corona & Dolar Picu Masalah Baru: Lonjakan Harga Pangan!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 March 2020 18:37
Pergerakan harga pangan sudah terjadi sebelum ramai corona dan dolar, bagaimana bila kedua masalah ini berlanjut?
Foto: Bawang bombay naik drastis, di Kramat Jati harga jual capai Rp 120 ribu perkilonya. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat melemah cukup dalam mendekati nilai Rp 17 Ribu per dolar AS. Saat bersamaan Indonesia dihadapkan dengan wabah corona yang belum jelas kapan berakhir. Kedua masalah ini akan memicu masalah kenaikan harga kebutuhan pokok khususnya pangan.

Head Center of Food, Energy, and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Tallattov menilai dampak dari lemahnya rupiah bisa berimbas pada makin mahalnya harga kebutuhan barang pokok.

"Mencermati mata tukar uang rupiah yang melemah, cukup dalam ini implikasinya terhadap barang-barang kebutuhan pokok, karena sebagian kebutuhan pokok masih andalkan dari impor," kata Abra dalam teleconference, Selasa (24/3).



Beberapa contohnya mulai terlihat dari awal Januari hingga ke beberapa waktu ke belakang, Abra menilai beberapa harga kebutuhan bahan pokok mulai naik. Di antaranya adalah bawang putih yang naik sebesar 36%, gula pasir sebesar 31%, begitu pun dengan bawang merah serta cabai rawit merah.

"Yang masih stabil misalnya beras dan minyak goreng. Namun itu tidak menjamin yang sekarang stabil nantinya akan tetap stabil," sebutnya.

Apalagi, nilai tukar rupiah juga saat ini masih ada di atas Rp16.400 per dolar AS. Jika belum ada perbaikan dalam beberapa waktu ke depan, yang rentan terkena dampak adalah masyarakat luas.

"Jika nanti impor kita meningkat di tengah nilai rupiah yang anjlok, otomatis akan bertranmisi pada harga jual di tingkat konsumen," jelas Abra.

Sayangnya, anjloknya nilai rupiah tidak bisa diprediksi hingga kapan. Ekonom senior Indef Drajad Wibowo menyebut menyebut penurunan nilai rupiah akan sangat tergantung pada berakhirnya wabah virus corona. Persoalannya, tidak ada yang mengetahui kapan virus tersebut pergi.

"Kemarin saya ditelpon mantan Menko (Menteri Koordinator), dia tanya, Jadi gimana perkembangan? Jawaban saya yang paling tepat adalah tidak tahu, karena kita susah memprediksi seberapa besar wabah itu, dan hingga kapan di luar prediksi," sebut Drajad.

"Apa yang terjadi terhadap rupiah dan bursa nggak lepas dari kepanikan yang dipicu, bukan faktor ekonomi tapi faktor wabah. Mereka hitungkan dengan wabah ini ekonomi akan ambles sehingga terjadi spekulasi," lanjutnya.

Saat ini, kunci dari pemulihan rupiah berada di tangan pemerintah. Yakni dengan pengambil keputusan secara rasional sehingga membuat masyarakat tenang.

"Ketika masyarakat panik dan paniknya bukan karena ekonomi, itu kita nggak bisa prediksi berapa, kalau bisa sampe 20 ribu saya nggak tahu. Saya nggak berani spekulasi. Kuncinya seberapa besar wabah ini," sebut Drajad.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Jurus China 'Tendang' Dolar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular