
Di Tengah Corona, Industri Makanan Kekurangan Gula dan Garam
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
19 March 2020 21:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman mengatakan, adanya pandemic covid-19 saat ini, industri makanan minuman mengalami kekurangan kebutuhan industri berupa bahan baku gula dan garam. Namun, saat ini masyarakat tidak perlu khawatir karena stok makanan dan minuman, berupa pangan olahan tidak mengalami kekurangan.
Adhi mengakui memang ada beberapa bahan baku yang masih dirasa belum cukup untuk memproduksi kebutuhan industri untuk beberapa bulan ke depan. Karena industri, biasanya akan memproduksi produknya pada akhir bulan Mei-Juni.
"Ada beberapa catatan, bahan baku masih ada yang kekurangan, dan pemerintah akan segera merilis izinnya, karena memang ketersediaannya belum ada di dalam negeri," kata Adhi, Kamis (19/3/2020).
Selain gula, Adhi juga mengakui, bahwa sampai dengan Juni, industri juga mengalami kekurangan bahan baku garam. Namun, menurut Adhi pemerintah bakal menjamin segera mengeluarkan izin dan menyiapkannya agar pasokan industri tidak terganggu.
"Tadi ada komitmen dari Pak Menko Perekonomian [Airlangga Hartarto], bahwa ini semua [gula dan garam] akan segera dikeluarkan [izin impornya], supaya ketersediaan cukup."
"Kami saat ini tidak bisa memikirkan antara ketersediaan dalam negeri maupun impor. Tapi yang penting kami amankan dulu. ini kondisi tidak normal pemerintah komitmen untuk menjaga daya beli dan ketersediaan ini yang penting dulu," kata Adhi melanjutkan.
Khusus untuk gula konsumsi, ada sedikit kekhawatiran, kata Adhi pasokan gula konsumsi akan terganggu. Hal itu karena, industri baru akan mulai memproduksi secara massal di bulan Mei. Di tambah sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan. Sudah pasti, akan produksi juga akan terhambat karen adanya libur lebaran.
Adhi memprediksi, meskipun produksi gula akan di buat pada bulan Mei, tapi produksi sudah pasti akan dimaksimalkan.
"Ini tindakan sementara mengamankan ketersediaan. Jadi ada beberapa keputusan pemerintah yang memastikan bahwa semua tersedia sampai di tingkat konsumsi," jelas Adhi.
Untuk diketahui, harga gula sudah melambung tinggi sejak awal 2020. Ini tentu sudah pasti memberikan sinyal akan terjadinya defisit gula, khususnya gula konsumsi (plantation white sugar), untuk keperluan langsung masyarakat.
Kebutuhan gula konsumsi ini diperkirakan mencapai 22,82 juta ton setahun atau rata-rata 235.000 ton sebulan. Sementara berdasarkan realisasi produksi hasil penggilingan tebu oleh semua pabrik gula (PG) di Indonesia tahun lalu, hanya mencapai 2,22 juta ton. Bisa dihitung, terdapat kekurangan selisih yang begitu jauh, antara yang dibutuhkan untuk konsumsi dan produksi.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Adhi mengakui memang ada beberapa bahan baku yang masih dirasa belum cukup untuk memproduksi kebutuhan industri untuk beberapa bulan ke depan. Karena industri, biasanya akan memproduksi produknya pada akhir bulan Mei-Juni.
"Ada beberapa catatan, bahan baku masih ada yang kekurangan, dan pemerintah akan segera merilis izinnya, karena memang ketersediaannya belum ada di dalam negeri," kata Adhi, Kamis (19/3/2020).
Selain gula, Adhi juga mengakui, bahwa sampai dengan Juni, industri juga mengalami kekurangan bahan baku garam. Namun, menurut Adhi pemerintah bakal menjamin segera mengeluarkan izin dan menyiapkannya agar pasokan industri tidak terganggu.
"Tadi ada komitmen dari Pak Menko Perekonomian [Airlangga Hartarto], bahwa ini semua [gula dan garam] akan segera dikeluarkan [izin impornya], supaya ketersediaan cukup."
"Kami saat ini tidak bisa memikirkan antara ketersediaan dalam negeri maupun impor. Tapi yang penting kami amankan dulu. ini kondisi tidak normal pemerintah komitmen untuk menjaga daya beli dan ketersediaan ini yang penting dulu," kata Adhi melanjutkan.
Khusus untuk gula konsumsi, ada sedikit kekhawatiran, kata Adhi pasokan gula konsumsi akan terganggu. Hal itu karena, industri baru akan mulai memproduksi secara massal di bulan Mei. Di tambah sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan. Sudah pasti, akan produksi juga akan terhambat karen adanya libur lebaran.
Adhi memprediksi, meskipun produksi gula akan di buat pada bulan Mei, tapi produksi sudah pasti akan dimaksimalkan.
"Ini tindakan sementara mengamankan ketersediaan. Jadi ada beberapa keputusan pemerintah yang memastikan bahwa semua tersedia sampai di tingkat konsumsi," jelas Adhi.
Untuk diketahui, harga gula sudah melambung tinggi sejak awal 2020. Ini tentu sudah pasti memberikan sinyal akan terjadinya defisit gula, khususnya gula konsumsi (plantation white sugar), untuk keperluan langsung masyarakat.
Kebutuhan gula konsumsi ini diperkirakan mencapai 22,82 juta ton setahun atau rata-rata 235.000 ton sebulan. Sementara berdasarkan realisasi produksi hasil penggilingan tebu oleh semua pabrik gula (PG) di Indonesia tahun lalu, hanya mencapai 2,22 juta ton. Bisa dihitung, terdapat kekurangan selisih yang begitu jauh, antara yang dibutuhkan untuk konsumsi dan produksi.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular