Pasar 'Becek' Jadi Risiko Penyebaran Corona, Apa Solusinya?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 March 2020 16:46
Kepadatan manusia di pasar becek jadi risiko penyebaran corona, lalu apa pencegahannya?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepadatan manusia di pasar becek atau tradisional jadi risiko penyebaran corona. Di sisi lain kesadaran masyarakat terhadap corona masih rendah.

Direktur PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengakui bahwa banyak di antara masyarakat, yang umumnya merupakan pengunjung maupun pedagang pasar tradisional kurang peduli terhadap wabah virus corona (COVID-19).

Padahal, pasar tradisional adalah salah satu lokasi potensial sebagai tempat penyebaran virus karena kebersihan yang dinilai kurang. Namun, kini sudah mulai membaik setelah adanya sosialisasi.



"Penerapan social distancing ketika mereka melakukan pengantrean di pasar. Ini yang memang agak sedikit crowd di awal, tapi moga ini terus berjalan sehingga masyarakat mulai paham," kata Arief kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/3)

Kini, ia mengklaim telah mengetatkan sistem pasar tradisional yang ada di Jakarta. Di antaranya dengan menetapkan aturan jarak antre sejauh 1 meter antar pengunjung. Tujuannya agar meminimalisir kontak dalam pencegahan penyebaran wabah virus corona.

"Jadi sejauh ini kita masih terus sosialisasikan ke pengunjung pasar dan kemudian ke pedagang juga agar jaga kebersihan mereka tetap terjaga, harus mengambil jarak saat interaksi," katanya.

Berkaitan dengan kontrol, pintu masuk menuju pasar juga dipersempit. "SOP pintu pasar akses awalnya dari berbagai penjuru, dikerucutkan sekarang pada yang fokus, yakni pintu utama dan jadi fokus pengunjung masuk," sebutnya.

Pasar Tak Tutup

Ia menyebut banyak pedagang pasar yang enggan ditutup, meski kasus dari wabah virus corona (COVID-19) kian bertambah banyak di Jakarta. Bisa dimaklumi, karena umumnya para pedagang mencari nafkah secara harian.

"Pasar-pasar cenderung masih buka, dan pedagang meminta ke kami, sebagian besarnya minta kita nggak lakukan penutupan pasar," kata Arief.

Ia mengakui bahwa sebelumnya ada berita bohong atau hoax terkait penutupan sejumlah pasar di Jakarta, di antaranya Pasar Mayestik serta Pasar Tanah Abang karena terindikasi hoax. Namun, Arief dengan tegas membantahnya.

"Itu hoax, kami berharap nggak ada orang-orang yang iseng untuk sebarkan hoax ini," sebutnya.

Dari segi pengunjung pasar, Arief mengklaim bahwa hingga kini tidak banyak perubahan perilaku masyarakat dalam kunjungan. Artinya, pasar-pasar tradisional masih banyak yang berkunjung ke pasar.

Meski dinilai baik karena aktivitas ekonomi tetap terjaga, namun yang perlu menjadi perhatian adalah berkumpulnya masyarakat bersama-sama.

"Kini agar dibuat jarak 1 meter per orang agar mengantri pembelian. Jadi sejauh ini kita masih terus sosialisasikan ke pengunjung pasar dan kemudian ke pedagang juga, agar jaga kebersihan. Tetap harus mengambil jarak saat interaksi," katanya.

Pada Kamis (19/3/2020), diakses pada pukul 15.50 WIB, dari situs itu terlihat bahwa kasus positif di Jakarta sebanyak 208 orang dengan 17 orang pasien meninggal dunia.

Hingga kini, kasus virus corona di DKI Jakarta kian bertambah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengunggah data kasus virus corona (Covid-19) di situs resmi corona.jakarta.go.id. Data tersebut tercatat di hari ini Kamis 19 Maret 2020 pada pukul 07.00 WIB.

"Kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta 208. Dirawat 108, sembuh 13, meninggal 17, self isolation 70," tulis Pemprov DKI Jakarta dalam situs itu.

Dalam situs tersebut, terlihat juga peta sebaran kasus positif. Titik merah sebagai tanda kasus positif sudah tersebar di berbagai kota administrasi Jakarta.

"Jumlah kasus positif di titik kelurahan 124. Jumlah kasus positif dengan lokasi belum diketahui 84," tulis Pemprov DKI.

Selain 208 positif, sebanyak 375 kasus sedang menunggu hasil. Sehingga, jumlah total kasus keseluruhan 583.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular