Internasional

Bukan Lockdown, Ini Cara Negara Ini Tangani Corona

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 March 2020 12:35
Singapura dan Korea Selatan tidak memberlalukan lockdown untuk atasi wabah virus corona. Namun mereka melakukan berbagai upaya lain.
Foto: cover topik/Corona Baru dalam/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Di saat penyebaran virus corona (COVID-19) makin tak terkendali dan mencapai ke semakin banyak negara di seluruh dunia, semakin banyak pula negara-negara yang memberlakukan penguncian atau lockdown.

Upaya pembatasan aktivitas tersebut memang diakui berhasil membuat angka kasus infeksi baru menurun. Sebagaimana yang terjadi di China, pusat wabah.

Sebagaimana diketahui, virus corona baru pertama kali muncul di kota Wuhan, China pada Desember. Namun, negara itu langsung memberlakukan karantina besar-besaran terhadap beberapa kotanya pasca kasus meningkat dengan tajam pada Januari lalu.



Saat ini kasus baru corona di negara itu telah menurun tajam, dengan hanya sekitar 13 kasus tambahan per Selasa. Di mana per Rabu (18/3/2020), jumlah kasus total corona di China ada sebanyak 80.894 kasus. Sementara korban meninggal ada sebanyak 3.237 orang dengan pasien sembuh sebanyak 69.614 orang, menurut Worldometers.

Namun demikian, ternyata ada juga negara-negara yang tidak menerapkan karantina massal atau lockdown, tapi berhasil menekan penyebaran dan jumlah kasus. Contohnya adalah Singapura dan Korea Selatan.

Lalu, apa saja yang dilakukan kedua negara ini sehingga berhasil menangani wabah tersebut? Berikut beberapa langkah di antaranya:



Cara Korea Selatan

Korea Selatan sempat mengalami lonjakan kasus COVID-19 yang cukup pesat dalam beberapa hari terkait penyebaran yang terjadi di antara para jemaat salah satu gereja di negara itu. Bahkan, akibat tingginya lonjakan, negara itu sempat menjadi negara dengan kasus penyebaran corona terparah di luar China.

Namun belakangan, kasus di negara itu dapat dikendalikan pemerintah. Caranya yaitu dengan mengeluarkan respons yang transparan, menggunakan teknologi terbaru dan menggunakan pendekatan yang bertanggung jawab dari institusi dan warga, menurut laporan EURACTIV.

Akibat ketiga hal itu, jumlah kasus harian baru di negara itu hanya 74 kasus pada Senin. Jumlah ini jauh lebih rendah dari peningkatan 909 kasus pada 29 Februari.

Pihak berwenang Korea Selatan juga melarang pertemuan besar diadakan, menutup lembaga pendidikan dan ruang publik lainnya seperti taman, fasilitas olahraga dan pusat penitipan anak. Juga, membatalkan semua acara olahraga utama. Itu dilakukan dengan segera setelah mereka menemukan penyakit terkait COVID-19 pertama di negara itu di Daegu.

Bahkan saat jumlah kasus di negara itu masih mencapai angka 150, ruang publik di Seoul langsung ditutup. Berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti demonstrasi juga dilarang.

Korea Selatan juga hanya melarang masuk warga yang datang dari provinsi Hubei, China. Negara tidak mengkarantina kota Daegu dan provinsi Gyeongsang Utara, titik fokus infeksi terbesar di negara itu.

"Berjalan di jalan-jalan atau meninggalkan kota tidak dilarang seperti di China, Spanyol atau Italia," kata Kim, seorang warga Daegu kepada EFE.

"Balai kota meminta orang pada tanggal 20 Februari, ketika wabah hampir tidak ditemukan, untuk hanya meninggalkan tempat mereka ketika benar-benar diperlukan. Itulah yang terus dilakukan mayoritas warga dan terus dilakukan selama hampir satu bulan sekarang," kata wanita yang seluruh keluarganya tinggal di kota itu lagi.

Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) juga memberikan informasi mengenai penyakit secara terperinci dan itu diterbitkan tepat waktu setiap hari.

Pemerintah juga memberi informasi melalui sistem peringatan ponsel nasional apabila ada penduduk dari masing-masing kabupaten atau daerah terinfeksi. Dalam pesan itu dibeberkan informasi terperinci tentang beberapa tempat terakhir yang telah dikunjungi oleh pasien.

Berbagai lembaga juga telah mengimbau masyarakat menjalani pola hidup bersih dengan memakai masker, kerja dari rumah (teleworking), tinggal di rumah dan menjaga jarak aman. Himbauan semacam itu terpampang hampir di semua tempat seperti di jalan-jalan, transportasi umum dan media.

Negara itu juga telah melakukan pengujian terhadap ribuan warganya, menjadi salah satu negara yang melakukan proporsi tes tertinggi di dunia.

Pemerintah juga telah mengembangkan dua aplikasi ponsel. Di mana yang pertama bisa melacak lokasi pasien dan memperingatkan pejabat publik setiap kali seseorang dalam karantina meninggalkan zona isolasi. Aplikasi satunya memungkinkan orang-orang yang dicurigai terinfeksi, yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terdampak, untuk mengisi data perkembangan kesehatan mereka tiap hari di sana. Jika ada tanda-tanda terinfeksi, mereka bisa meminta pengujian dari aplikasi itu.

Cara Singapura

Tak jauh berbeda dengan Korea Selatan, Singapura juga melakukan kontrol perjalanan yang ketat dan protokol untuk mengidentifikasi orang yang sakit. Mereka juga melakukan pelacakan terhadap siapa saja orang yang pernah berinteraksi dengan pasien positif corona.

"Pemerintah Singapura memposting perhitungan terperinci untuk berapa banyak orang yang telah diuji untuk virus tersebut, dan lokasi serta sifat kontak sosial orang-orang itu." tulis Wired Kamis lalu.

Pemerintah di negeri ini juga mengimbau masyarakatnya untuk menjaga jarak aman, membatalkan acara besar, menutup sekolah, dan menyuruh orang-orang tinggal di rumah.

Cara itu terbukti berhasil menekan angka infeksi baru sehingga tidak ada lonjakan kasus yang signifikan yang dapat membebani rumah sakit dan lembaga kesehatan lainnya.



Selain itu, Singapura, bersama Hong Kong dan Jepang, ketiga negara itu juga disebut telah mengembangkan tes COVID-19 mereka sendiri setelah sekuens genetik untuk virus diterbitkan.

Singapura juga telah memastikan bahwa warganya tidak perlu membayar untuk melakukan tes atau perawatan jika terdampak COVID-19.

Orang-orang di Singapura, untuk saat ini, mendapatkan informasi dari beberapa situs web pemerintah. Web-web itu sering diperbarui. Mereka juga mendapat pemberitahuan dari akun WhatsApp pemerintah. Orang-orang dicek suhu tubuhnya sebelum memasuki tempat-tempat tertentu, termasuk kantor, sekolah, pusat kebugaran, dan lembaga pemerintah.

[Gambas:Video CNBC]




(res) Next Article Chaos! Kasus Covid-19 RI Tembus Seribu 3 Hari Berturut-turut

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular