
Jokowi Jengkel Tol Laut Nggak Ngefek, Ini Lho Solusinya
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
09 March 2020 10:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) jengkel karena program tol laut telah melenceng dari tujuan awal, yaitu untuk mengurangi disparitas harga antar daerah. Kekecewaan Jokowi tumpah, saat memimpin rapat terbatas dengan topik pembahasan akselerasi program tol laut di Kantor Presiden, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi, memberikan sejumlah catatan terkait hal tersebut. Dia menyatakan permasalahan biaya pengangkutan kontainer domestik yang tinggi terutama mencakup masalah muatan balik, skala ekonomi, dan produktivitas.
"Pada pengiriman Jakarta-Hong Kong, misalnya, kargo balikan Hong Kong-Jakarta sekitar 50-60% dari kapasitas kapal, sementara kargo balikan Padang-Jakarta hanya sekitar 10-20%," ungkapnya melalui keterangan tertulis yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (9/3/2020).
Di lain sisi, pengangkutan dari Jakarta ke Hong Kong menggunakan kapal berkapasitas di atas 5.000 TEU's. Sedangkan kapal yang digunakan dari Jakarta ke Padang maksimal hanya 2.000 TEU's.
Sejalan dengan itu, produktivitas pelabuhan juga mempengaruhi efisiensi biaya logistik. Pelabuhan di Hong Kong dapat menangani 40-50 BPH (kontainer per jam), sementara Pelabuhan Teluk Bayur hanya sekitar 10-20 BPH.
Karenanya, ia merekomendasikan peningkatan kapasitas kapal maupun armada moda transportasi lain untuk meningkatkan skala ekonomi. Selain itu, harus dilakukan perbaikan sistem konsolidasi muatan antar wilayah dengan menggunakan sistem informasi yang andal.
Sementara, mengenai upaya peningkatan muatan balik Tol Laut harus didukung beberapa pihak terkait secara sinergis. Pemerintah daerah setempat, misalnya, perlu memanfaatkan Tol Laut untuk mengangkut produk dan komoditas potensialnya.
"Selain bermanfaat untuk mengisi muatan balik Tol Laut, hal itu berpotensi meningkatkan daya saing produk dan komoditas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan perekonomian wilayahnya," bebernya.
Potensi muatan dari wilayah itu antara lain berbagai komoditas perikanan, pertanian, dan perkebunan. Dia menyebut untuk komoditas perikanan laut, potensinya sekitar 12 juta ton per tahun pada 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk yang dilewati jalur Tol Laut.
"Konsumsi ikan terbanyak di Pulau Jawa, baik untuk masyarakat maupun industri. Dengan demikian, komoditas perikanan sangat berpotensi menjadi muatan balik Tol Laut," urainya.
(wed/wed) Next Article Waduh! Jokowi Kecewa Lagi ke Menteri, Kali Ini Soal Tol Laut
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi, memberikan sejumlah catatan terkait hal tersebut. Dia menyatakan permasalahan biaya pengangkutan kontainer domestik yang tinggi terutama mencakup masalah muatan balik, skala ekonomi, dan produktivitas.
"Pada pengiriman Jakarta-Hong Kong, misalnya, kargo balikan Hong Kong-Jakarta sekitar 50-60% dari kapasitas kapal, sementara kargo balikan Padang-Jakarta hanya sekitar 10-20%," ungkapnya melalui keterangan tertulis yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (9/3/2020).
Sejalan dengan itu, produktivitas pelabuhan juga mempengaruhi efisiensi biaya logistik. Pelabuhan di Hong Kong dapat menangani 40-50 BPH (kontainer per jam), sementara Pelabuhan Teluk Bayur hanya sekitar 10-20 BPH.
Karenanya, ia merekomendasikan peningkatan kapasitas kapal maupun armada moda transportasi lain untuk meningkatkan skala ekonomi. Selain itu, harus dilakukan perbaikan sistem konsolidasi muatan antar wilayah dengan menggunakan sistem informasi yang andal.
Sementara, mengenai upaya peningkatan muatan balik Tol Laut harus didukung beberapa pihak terkait secara sinergis. Pemerintah daerah setempat, misalnya, perlu memanfaatkan Tol Laut untuk mengangkut produk dan komoditas potensialnya.
"Selain bermanfaat untuk mengisi muatan balik Tol Laut, hal itu berpotensi meningkatkan daya saing produk dan komoditas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan perekonomian wilayahnya," bebernya.
Potensi muatan dari wilayah itu antara lain berbagai komoditas perikanan, pertanian, dan perkebunan. Dia menyebut untuk komoditas perikanan laut, potensinya sekitar 12 juta ton per tahun pada 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk yang dilewati jalur Tol Laut.
"Konsumsi ikan terbanyak di Pulau Jawa, baik untuk masyarakat maupun industri. Dengan demikian, komoditas perikanan sangat berpotensi menjadi muatan balik Tol Laut," urainya.
(wed/wed) Next Article Waduh! Jokowi Kecewa Lagi ke Menteri, Kali Ini Soal Tol Laut
Most Popular