Internasional

Hampir 100 Ribu Kasus, Adakah Vaksin Obat Corona?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 March 2020 11:43
Dari AS hingga Indonesia
Foto: Wabah Virus Corona Timur Tengah, Iran. (Ali Shirband/Mizan News Agency via AP)
Amerika Serikat

Sahabat sekaligus musuh China ini juga santer dikabarkan sedang mengembangkan vaksin corona. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahkan telah meminta pejabat yang berwenang untuk segera menemukan vaksin.

Pemerintahan Trump juga telah mengupayakan pendanaan senilai US$ 8,3 miliar (Rp 117,5 triliun) untuk memerangi penyebaran dan mengembangkan vaksin virus corona. Rancangan pendanaan tersebut telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Rabu.

Namun demikian Trump belum bisa memastikan kapan negaranya bisa menemukan vaksin bagi wabah yang juga telah menjangkiti negaranya itu.

"Saya tidak tahu kapan. Saya mendengar akan cepat, artinya dalam hitungan bulan. Dan saya sudah mendengar waktu yang cukup lama, setahunan. Jadi saya pikir itu bukan kisaran yang buruk. Tetapi jika Anda berbicara tentang tiga hingga empat bulan dalam beberapa kasus, satu tahun dalam kasus lain," kata Trump, sebagaimana dilaporkan CNN International.

Selain pemerintah, beberapa perusahaan farmasi besar di AS juga sedang bekerja untuk memproduksi vaksin, termasuk Gilead Sciences, Moderna dan Novavax.

Jepang

Pada awal Februari lalu, Institut Nasional Penyakit Infeksi Jepang mengatakan bahwa mereka telah berhasil membudidayakan dan mengisolasi virus corona baru yang didapat dari seorang pasien.

Dengan menggunakan virus itu, institute itu mulai bekerja untuk mengembangkan vaksin dan obat untuk virus corona, serta kit uji yang mampu melakukan diagnosis cepat, menurut Japan Times.

Berbagai perusahaan Jepang, seperti Takeda Pharmaceutical Co juga mengatakan sedang mengembangkan obat untuk pasien corona. Perusahaan Jepang itu mengatakan sedang mengerjakan terapi turunan plasma yang sebelumnya terbukti efektif dalam pengobatan infeksi saluran pernapasan akut.

Penelitiannya akan membutuhkan antibodi dari pasien yang telah pulih dari infeksi coronavirus atau yang telah divaksinasi, begitu vaksin telah dikembangkan.

"Dengan mentransfer antibodi ke pasien baru, itu mungkin membantu sistem kekebalan tubuh orang itu menanggapi infeksi dan meningkatkan peluang pemulihan," kata Takeda dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters.

Israel

Pada akhir Februari lalu, sekelompok peneliti Israel di Galilee Research Institute (MIGAL) mengatakan telah mengembangkan vaksin coronavirus yang mungkin akan siap dalam tiga minggu dan tersedia dalam waktu 90 hari. Demikian disampaikan Menteri Sains dan Teknologi Israel Ofir Akunis.

"Tim peneliti telah membuat vaksin untuk melawan avian Coronavirus Infectious Bronchitis Virus (IBV), dan mengadaptasinya untuk membuat vaksin yang bisa digunakan manusia melawan COVID-19," menurut The Jewish Press, yang dilaporkan ulang i24 News.

Saat ini, tim disebut sedang mengupayakan izin untuk pengujian in-vivo dan inisiasi manufaktur.

"Mengingat kebutuhan global yang mendesak untuk vaksin virus korona manusia, kami melakukan segala yang kami bisa untuk mempercepat pengembangan. Tujuan kami adalah untuk menghasilkan vaksin selama delapan hingga sepuluh minggu ke depan dan untuk mencapai persetujuan keselamatan dalam 90 hari." Kata CEO MIGAL Galilee Research Institute David Zigdon.

"Ini akan menjadi vaksin oral, membuatnya sangat mudah diakses oleh masyarakat umum. Kami saat ini sedang dalam diskusi intensif dengan mitra potensial yang dapat membantu mempercepat fase uji coba dalam-manusia dan mempercepat penyelesaian pengembangan produk akhir dan kegiatan pengaturan."

Iran

Iran dilaporkan gencar mengadakan penelitian untuk menemukan vaksin di saat jumlah kasus corona di negara ini terus meningkat.

Kanselir Universitas Ilmu Kedokteran Baqiyatallah (BMSU) mengatakan pada hari Minggu bahwa tiga tim peneliti di pusat akademik sedang bekerja pada bidang perawatan untuk virus corona. Lembaga yang didanai militer itu menambahkan bahwa salah satu kelompok telah berhasil membuat obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit.

"Salah satu obat telah lulus tes laboratorium dan kami berharap kami bisa mendapatkan hasil positif dalam tahap klinis," kata Brigadir Jenderal Alireza Jalali, yang memimpin BMSU.

Jalali mengatakan bahwa para peneliti Iran juga mengupayakan vaksin virus corona yang akan didasarkan pada materi genetik manusia, menurut laporan PressTV.

Dia berharap vaksin akan dapat dikembangkan dalam waktu kurang dari satu tahun untuk membantu Iran dan negara-negara lain mencegah penyebaran virus.

Indonesia

PT Bio Farma (Persero) menyatakan telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait dengan sampel virus corona yang sudah ada di dalam negeri. Sampel ini nantinya akan menjadi bahan baku bagi perusahaan untuk mulai memproduksi vaksin corona (COVID-19).

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan proses pembuatan vaksin ini secara klinis cukup kompleks dan memakan waktu sangat panjang jika dimulai dari nol. Belum lagi, meski sampel sudah diterima, masih perlu dilakukan penelitian untuk memastikan virus tersebut bisa digunakan untuk dijadikan vaksin.

"Kemarin sudah dipanggil Menteri Kesehatan Pak Terawan dan akan berjanji akan berikan sampel jadi bisa proses bikin vaksin bisa dimulai. Tapi ga bisa dipercepat liat kondisi virus dan prosesnya," kata Honesti.

Dia menyebutkan, mengingat proses pembuatan vaksin ini cukup kompleks jika seluruh proses dilakukan sendiri. Untuk itu perusahaan akan melakukan koordinasi dengan lembaga penelitian di dalam dan luar negeri untuk menge-track sejauh mana proses penelitian vaksin ini dilakukan.

Jika proses di lembaga riset lain telah dilakukan, maka perusahaan tinggal melanjutkan proses lainnya yang dipastikan akan sangat mempersingkat proses produksi vaksin.



(sef/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular