
Simpang Siur Kematian Pasien Suspect Virus Corona di Semarang
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
28 February 2020 06:10

Semarang, CNBC Indonesia - Simpang siur mewarnai pemberitaan perihal penyebab kematian pasien suspect virus corona (COVID-19) di RSUP dr Kariadi Semarang. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memiliki pendapat berbeda terkait penyebab kematian sang pasien.
Ditemui di kantor Gubernur Jateng, Rabu (26/2/2020), Yulianto memastikan sang pasien meninggal bukan karena virus mematikan itu, melainkan karena infeksi paru-paru akut.
"Memang awalnya sempat kita nyatakan suspect karena yang bersangkutan dari bepergian ke Spanyol dan Dubai," ujarnya seperti dilansir cnnindonesia.com, Kamis (27/2/2020).
Yulianto pun menjelaskan RSUP dr Kariadi sempat melakukan observasi terhadap 16 orang yang mengalami gejala mirip orang terjangkit COVID-19, yakni demam tinggi, batuk dan sesak nafas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, 15 orang telah dinyatakan negatif COVID-19. Sementara seorang meninggal dunia setelah dirawat selama empat hari di RSUP dr Kariadi Semarang.
Sehari berselang, Terawan menyatakan pasien yang meninggal di Semarang bukan karena positif mengidap virus corona, melainkan flu babi atau virus H1N1.
Menurut Terawan, semula pasien itu memang menunjukkan tanda-tanda terinfeksi virus corona. Misalnya, demam tinggi dan sesak nafas.
Pihak RSUP dr Kariadi Semarang lalu memberikan perawatan khusus. Pasien tersebut juga sempat diperiksa dengan metode Polimerase Chain Reaction (PCR) yang biasa digunakan untuk uji virus corona.
"Kenapa kita cek dua kali menggunakan PCR, itu untuk antisipasi, dan hasilnya negatif," ujar Terawan. "Sehari sebelum meninggal, pasien juga telah melakukan tes SWAB dan sudah dikirim ke litbangkes, hasilnya negatif," lanjutnya.
Seperti diberitakan, RSUP dr Kariadi Semarang melaporkan seorang pasien suspect COVID-19 meninggal pada Minggu (23/2/2020). Kendati demikian, pihak rumah sakit membantah yang bersangkutan wafat lantaran virus tersebut.
"Minggu 23 Februari pasien meninggal, datanya langsung kita kirimkan ke Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan), dan esoknya, yakni Senin, disebutkan bukan karena virus corona," kata Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUP dr Kariadi Nurdopo Baskoro kepada cnnindonesia.com pada Rabu (26/2/2020).
Meski tidak menyebut terserang virus corona, RSUP dr Kariadi enggan menjelaskan penyakit yang diderita pasien hingga mengakibatkan kematian. RSUP dr Kariadi berdalih masih membutuhkan waktu yang lama dalam proses pemeriksaan.
"Jadi kita ada pemeriksaan lain yang kita kirimkan dari hasil kemarin, tetapi saat ini kami masih menunggu pemeriksaan karena pemeriksaan itu membutuhkan waktu dan proses yang lama," ujar Baskoro.
Sejak dirawat di RSUP dr Kariadi sejak 19 Februari lalu, pasien tersebut ditempatkan di ruang isolasi khusus dan steril karena gejala yang dialami mirip penderita virus corona. Pasien menderita demam tinggi, batuk dan sesak napas setelah bepergian ke Spanyol dan Uni Emirat Arab.
Ketika nyawa sang pasien tak tertolong lagi, pihak RS membungkus jenazah dengan plastik rangkap dan dimasukkan ke dalam peti sesuai dengan standar penanganan jenazah yang terindikasi terinfeksi virus.
RSUP dr Kariadi juga meminta kepada keluarga untuk tidak membuka peti dan melihat jenazah hingga pemakaman. Selain itu, agar tidak memunculkan kepanikan dan polemik di tengah masyarakat, identitas pasien dirahasiakan sesuai dengan kesepakatan keluarga.
(miq/sef) Next Article Wiku: Kasus Corona B117 Tak Tingkatkan Transmisi Covid-19 RI
Ditemui di kantor Gubernur Jateng, Rabu (26/2/2020), Yulianto memastikan sang pasien meninggal bukan karena virus mematikan itu, melainkan karena infeksi paru-paru akut.
"Memang awalnya sempat kita nyatakan suspect karena yang bersangkutan dari bepergian ke Spanyol dan Dubai," ujarnya seperti dilansir cnnindonesia.com, Kamis (27/2/2020).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, 15 orang telah dinyatakan negatif COVID-19. Sementara seorang meninggal dunia setelah dirawat selama empat hari di RSUP dr Kariadi Semarang.
Sehari berselang, Terawan menyatakan pasien yang meninggal di Semarang bukan karena positif mengidap virus corona, melainkan flu babi atau virus H1N1.
"Sakitnya H1N1, bukan Covid-19, sudah dipastikan negatif," katanya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jakarta, Kamis (27/2/2020), seperti dilansir cnnindonesia.com.
Menurut Terawan, semula pasien itu memang menunjukkan tanda-tanda terinfeksi virus corona. Misalnya, demam tinggi dan sesak nafas.
Pihak RSUP dr Kariadi Semarang lalu memberikan perawatan khusus. Pasien tersebut juga sempat diperiksa dengan metode Polimerase Chain Reaction (PCR) yang biasa digunakan untuk uji virus corona.
"Kenapa kita cek dua kali menggunakan PCR, itu untuk antisipasi, dan hasilnya negatif," ujar Terawan. "Sehari sebelum meninggal, pasien juga telah melakukan tes SWAB dan sudah dikirim ke litbangkes, hasilnya negatif," lanjutnya.
Seperti diberitakan, RSUP dr Kariadi Semarang melaporkan seorang pasien suspect COVID-19 meninggal pada Minggu (23/2/2020). Kendati demikian, pihak rumah sakit membantah yang bersangkutan wafat lantaran virus tersebut.
"Minggu 23 Februari pasien meninggal, datanya langsung kita kirimkan ke Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan), dan esoknya, yakni Senin, disebutkan bukan karena virus corona," kata Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUP dr Kariadi Nurdopo Baskoro kepada cnnindonesia.com pada Rabu (26/2/2020).
Meski tidak menyebut terserang virus corona, RSUP dr Kariadi enggan menjelaskan penyakit yang diderita pasien hingga mengakibatkan kematian. RSUP dr Kariadi berdalih masih membutuhkan waktu yang lama dalam proses pemeriksaan.
"Jadi kita ada pemeriksaan lain yang kita kirimkan dari hasil kemarin, tetapi saat ini kami masih menunggu pemeriksaan karena pemeriksaan itu membutuhkan waktu dan proses yang lama," ujar Baskoro.
Sejak dirawat di RSUP dr Kariadi sejak 19 Februari lalu, pasien tersebut ditempatkan di ruang isolasi khusus dan steril karena gejala yang dialami mirip penderita virus corona. Pasien menderita demam tinggi, batuk dan sesak napas setelah bepergian ke Spanyol dan Uni Emirat Arab.
Ketika nyawa sang pasien tak tertolong lagi, pihak RS membungkus jenazah dengan plastik rangkap dan dimasukkan ke dalam peti sesuai dengan standar penanganan jenazah yang terindikasi terinfeksi virus.
RSUP dr Kariadi juga meminta kepada keluarga untuk tidak membuka peti dan melihat jenazah hingga pemakaman. Selain itu, agar tidak memunculkan kepanikan dan polemik di tengah masyarakat, identitas pasien dirahasiakan sesuai dengan kesepakatan keluarga.
(miq/sef) Next Article Wiku: Kasus Corona B117 Tak Tingkatkan Transmisi Covid-19 RI
Most Popular