
5 Negara Ini Darurat Corona, Awas Ekonomi RI Kena Dampaknya!

Saat ini lima negara dengan kasus infeksi virus corona paling banyak adalah China dengan 77.658 kasus disusul Korea Selatan di posisi kedua dengan 893 kasus dan Italia dengan 229 kasus. Baru Jepang dengan 160 kasus dan Singapura 90 kasus.
Jumlah korban meninggal di luar China juga bertambah. Berdasarkan data John Hopkins University CSSE, jumlah korban meninggal akibat infeksi virus ini di Korea Selatan mencapai 8 orang, di Italia 7 orang dan di Jepang 1 orang.
Negara | Kasus Infeksi | Korban Meninggal |
China | 77,658 | 2,663 |
Korea Selatan | 893 | 8 |
Singapura | 90 | - |
Jepang | 160 | 1 |
Italia | 229 | 7 |
Sumber : John Hopkins University CSSE
Walaupun lembaga kesehatan dunia (WHO) belum menetapkan wabah akibat virus tersebut sebagai pandemi, tetapi patogen ganas tersebut telah menjangkiti lebih dari 25 negara di dunia dalam kurun waktu yang sangat singkat yakni kurang dari dua bulan.
Parahnya lagi lima negara dengan kasus infeksi virus corona paling banyak merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia dengan nilai total perdagangan untuk barang non-migas mencapai US$ 134,9 miliar pada 2019. Angka tersebut setara dengan 40% dari total nilai perdagangan internasional Indonesia pada periode yang sama.
Tak hanya mitra dagang saja, kelima negara yang saat ini sedang terjangkit virus corona itu ternyata juga merupakan negara investor Indonesia.
Berdasarkan rilis data realisasi investasi pada 2019 BKPM, total nilai realisasi investasi asing (PMA) kelima negara tersebut setara dengan US$ 16,66 miliar atau lebih dari 50% nilai realisasi PMA pada 2019.
Selain perdagangan dan investasi, ekonomi domestik dan kelima ekonomi yang sedang terjangkit virus corona juga dihubungkan melalui sektor perjalanan dan pariwisata.
Jika menggunakan data Kementerian Pariwisata tahun 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari kelima negara itu mencapai 4,89 juta kunjungan atau setara dengan hampir 31% kunjungan wisman ke Indonesia kala itu.
Oleh karena itu jika virus corona yang kini merebak di sana tidak segera dapat ditangani, maka dampak ekonominya akan lebih besar lagi dan menjadi meluas ke mana-mana.
Salah satu negara yang belum melaporkan adanya kasus infeksi virus corona adalah Indonesia. Walau tak ada kasus, perekonomian Indonesia bisa merasakan dampaknya akibat wabah yang menjadi tragedi kemanusiaan ini.
Untuk melihat seberapa besar potensi dampak yang ditimbulkan ke perekonomian Indonesia mari ulas satu per satu hubungan ekonomi Indonesia dengan kelima negara tersebut. China merupakan negara tempat asal virus corona. Pada akhir 2019, banyak kasus orang terserang pneumonia misterius di Wuhan, Provinsi Hubei China bagian tengah. Usut punya usut banyak dari laporan tersebut diketahui bahwa penderita pneumonia sempat mengunjungi pasar seafood yang juga menjual hewan liar di Wuhan.
Jumlah kasus infeksi virus yang kini dinamai COVID-19 ini terus bertambah setiap harinya dan meningkat secara tajam di China per 20 Januari 2020. Belasan kota di China dikarantina dan akses ke transportasi umum menjadi dibatasi.
Libur tahun baru imlek yang harusnya diwarnai keceriaan malah berubah menjadi suram. Guna mencegah penyebaran virus yang meluas pemerintah China memutuskan untuk memperpanjang periode libur tahun baru. Akibatnya aktivitas produksi menjadi terhambat (delay).
China merupakan sentra bisnis dunia. China juga memiliki peran penting sebagai pusat manufaktur global. Saat produksi di China mengalami hambatan, maka rantai pasok global pun ikut terganggu.
China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia merupakan mitra dagang dan investor strategis bagi Indonesia. Pada 2019 saja nilai perdagangan barang non-migas antara Indonesia dengan China mencapai US$ 70,4 miliar.
Indonesia banyak mengekspor bahan bakar mineral (HS 27) seperti batu bara, minyak dan lemak nabati maupun hewani (HS 15), besi dan baja (HS 72) dan bijih mineral (HS 26) ke China.
Sementara China merupakan pemasok barang-barang kebutuhan manufaktur untuk Indonesia seperti mesin dan peralatan listrik (HS 85), komponen mesin dan mekanik lainnya (HS 84), plastik dan turunannya (HS 39) hingga senyawa kimia organik (HS 29).
China juga merupakan investor dengan nilai investasi (PMA) terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura. Pada 2019 nilai realisasi PMA dari China sendiri mencapai US$ 4,74 miliar atau setara dengan 16,8% dari total realisasi PMA sepanjang 2019.
Dari sektor pariwisata, pelancong dari China juga berkontribusi besar untuk Indonesia. Menurut data Kementerian Pariwisata, jumlah kunjungan dari China pada 2018 mencapai 2,14 juta atau setara dengan 13,53%.
Berikut adalah tabel yang meringkas hubungan ekonomi antara Indonesia dengan China :
Indikator | Keterangan |
Ekspor (US$ Miliar) | 25.8 |
Impor (US$ Miliar) | 44.6 |
% terhadap Total Ekspor | 15.4 |
% terhadap Total Impor | 26.1 |
Nilai Dagang (US$ Miliar) | 70.4 |
Realisasi PMA (US$ Miliar) | 4.74 |
% terhadap Total Realisasi PMA | 16.8 |
Jumlah Kunjungan Wisman (Juta) | 2.14 |
% terhadap Total Kunjungan | 13.53 |
Sumber : BPS, Kementerian Pariwisata, BKPM, CNBC Indonesia Research
Dari data di atas saja dapat dilihat bahwa perekonomian Indonesia sangat tergantung pada ekonomi China. Wajar saja jika kajian Bank Dunia mengatakan jika ekonomi China terpangkas 1 persen poin saja maka dampaknya ke perekonomian domestik bisa mencapai 0,3 persen poin. Korea Selatan
Negara mitra dagang strategis RI lain yang juga melaporkan banyak kasus virus corona adalah Korea Selatan. Indonesia dan Korea Selatan telah menjalin kerja sama mendukung perdagangan bebas antara kedua negara.
Walau nilai perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan tak sebesar dengan China, tetapi jumlahnya tetap tak bisa diremehkan. Pada 2019 nilai perdagangan antara kedua negara mencapai US$ 13,4 miliar atau setara dengan 3,6% dari total perdagangan luar negeri Indonesia.
Indonesia banyak memasok bahan bakar mineral (HS 27) seperti batu bara dan juga besi baja (HS 72) ke Korea Selatan. Sementara itu Negeri Ginseng menjadi pemasok barang-barang kebutuhan industri manufaktur dalam negeri seperti mesin dan peralatan listrik lainnya (HS 84 & HS 85).
Dari sisi investasi, realisasi PMA asal Korea pada 2019 mencapai US$ 1,07 miliar atau setara dengan 3,8% dari total realisasi PMA pada 2019. Kunjungan wisman dari negeri KPOP tersebut ke Indonesia juga berkontribusi sebesar 2,27% dari total kunjungan wisman di tahun 2018.
Berikut adalah tabel yang meringkas hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Korea Selatan :
Indikator | Keterangan |
Ekspor (US$ Miliar) | 6.1 |
Impor (US$ Miliar) | 7.3 |
% terhadap Total Ekspor | 3.6 |
% terhadap Total Impor | 4.3 |
Nilai Dagang (US$ Miliar) | 13.4 |
Realisasi PMA (US$ Miliar) | 1.07 |
% terhadap Total Realisasi PMA | 3.8 |
Jumlah Kunjungan Wisman (Juta) | 3.59 |
% terhadap Total Kunjungan | 2.27 |
Sumber : BPS, Kementerian Pariwisata, BKPM, CNBC Indonesia Research
Jepang
Jepang merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia sekaligus menjadi mitra dagang dan investor strategis bagi Indonesia sejak lama. Total nilai perdagangan Indonesia dengan Jepang pada 2019 untuk barang non-migas mencapai US$ 29,3 miliar. Merupakan yang terbesar kedua setelah China.
Indonesia banyak mengekspor bahan bakar mineral (HS 27) seperti batu bara. Sementara Jepang menjadi pemasok utama untuk kendaraan bermotor (HS 87), dan berbagai barang lain yang juga menjadi bahan baku sektor industri manufaktur dalam negeri (HS 84 dan HS 85).
Pada 2019, Jepang telah menggelontorkan uang senilai US$ 4,3 miliar untuk berinvestasi ke Indonesia (PMA) dan menjadi negara dengan nilai investasi asing terbesar ketiga setelah Singapura dan China.
Dari sektor pariwisata jumlah kunjungan wisatawan Jepang ke Indonesia pada 2018 mencapai 530,5 ribu kunjungan atau setara dengan 3,36% dari total kunjungan.
Berikut ini adalah adalah tabel yang meringkas hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Jepang :
Indikator | Keterangan |
Ekspor (US$ Miliar) | 13.7 |
Impor (US$ Miliar) | 15.6 |
% terhadap Total Ekspor | 8.2 |
% terhadap Total Impor | 9.1 |
Nilai Dagang (US$ Miliar) | 29.3 |
Realisasi PMA (US$ Miliar) | 4.31 |
% terhadap Total Realisasi PMA | 15.3 |
Jumlah Kunjungan Wisman (Juta) | 0.53 |
% terhadap Total Kunjungan | 3.36 |
Sumber : BPS, Kementerian Pariwisata, BKPM, CNBC Indonesia Research
Singapura merupakan negara tetangga Indonesia yang berada di kawasan Asia Tenggara. Hubungan ekonomi Indonesia dengan negara yang luasnya sedikit lebih besar dari Jakarta ini sangatlah erat.
Singapura juga merupakan mitra dagang dan investor strategis bagi Indonesia. Pada 2019, nilai perdagangan bilateral RI-Singapura mencapai US$ 18,3 miliar. Indonesia banyak mengekspor bahan bakar mineral seperti batu bara ke Singapura.
Tak hanya itu Indonesia juga mengekspor mutiara dan logam mulia (HS 71) ke negeri singa. Sementara Singapura banyak memasok kebutuhan minyak untk Indonesia.
Dari sisi investasi, Singapura merupakan investor terbesar bagi Indonesia. Pada 2019 saja Singapura telah berinvestasi ke Indonesia sebesar US$ 6,51 miliar atau setara dengan 23,1% dari total realisasi PMA di Indonesia.
Peran Singapura terhadap sektor pariwisata RI juga tak main-main. Jumlah kunjungan turis asal Singapura ke Indonesia mencapai 1,77 juta kunjungan pada 2018 atau setara dengan 11,19% dari total kunjungan wisman.
Berikut ini adalah adalah tabel yang meringkas hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Singapura :
Indikator | Keterangan |
Ekspor (US$ Miliar) | 9.1 |
Impor (US$ Miliar) | 9.2 |
% terhadap Total Ekspor | 5.4 |
% terhadap Total Impor | 5.4 |
Nilai Dagang (US$ Miliar) | 18.3 |
Realisasi PMA (US$ Miliar) | 6.51 |
% terhadap Total Realisasi PMA | 23.1 |
Jumlah Kunjungan Wisman (Juta) | 1.77 |
% terhadap Total Kunjungan | 11.19 |
Sumber : BPS, Kementerian Pariwisata, BKPM, CNBC Indonesia Research
Italia
Terakhir adalah Italia, walaupun hubungan ekonomi Indonesia dengan Italia tak seerat hubungan Indonesia dengan negara Asia lainnya. Namun menurut BPS, Italia merupakan mitra dagang strategis bagi RI.
Nilai perdagangan antara Indonesia dengan Italia pada 2019 mencapai US$ 3,5 miliar. Walaupun nilainya kecil Itali juga masuk ke dalam top 30 investor asing terbesar bagi Indonesia dengan nilai realisasi PMA sebesar US$ 27,4 juta.
Jumlah kunjungan dari turis Italia ke Indonesia juga tak sebanyak negara kawasan Asia lainnya. Namun tetap saja Italia masih menyumbang 94.288 kunjungan turis ke Indonesia pada 2018.
Berikut ini adalah adalah tabel yang meringkas hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Italia :
Indikator | Keterangan |
Ekspor (US$ Miliar) | 1.7 |
Impor (US$ Miliar) | 1.8 |
% terhadap Total Ekspor | 1 |
% terhadap Total Impor | 1.1 |
Nilai Dagang (US$ Miliar) | 3.5 |
Realisasi PMA (US$ Miliar) | 0.03 |
% terhadap Total Realisasi PMA | 0.1 |
Jumlah Kunjungan Wisman (Juta) | 0.09 |
% terhadap Total Kunjungan | 0.6 |
Sumber : BPS, Kementerian Pariwisata, BKPM, CNBC Indonesia Research
Virus corona juga menyerang negara-negara pusat manufaktur global seperti China, Korea Selatan dan Jepang berpotensi besar kembali menyebabkan gangguan pada rantai pasok global.
Indonesia banyak menggantungkan impor bahan baku untuk industri manufaktur. Dengan adanya wabah virus corona ini sektor manufaktur dalam negeri kembali berpotensi tertekan.
Dari sisi investasi, merebaknya virus corona di negara-negara investor terbesar RI berpotensi menghambat jalannya investasi. Padahal Indonesia mengandalkan aliran dana masuk dari investasi asing (PMA) untuk merealisasikan berbagai ambisinya terutama utuk pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, ketika ada wabah pemerintah berbagai negara cenderung mengeluarkan imbauan hingga larangan bagi warganya untuk bepergian ke daerah-daerah yang berisiko.
Beberapa negara yang sudah terjangkit bahkan mengambil langkah karantina. Akibatnya kunjungan dari wisatawan mancanegara ke Indonesia terancam turun.
Pariwisata sendiri merupakan sektor yang sumbangsih devisanya besar. Kala sektor pariwisata terutama kunjungan turis asing turun, maka sumbangsih devisa juga ikut turun. Artinya amunisi BI untuk menjaga stabilitas rupiah menjadi terbatas.
Ekonomi China, Jepang, Korea Selatan dan Singapura beberapa tahun terakhir mengalami perlambatan. China tumbuh terendah dalam 30 tahun terakhir. Sementara ekonomi Korea Selatan tumbuh terendah dalam 10 tahun.
Jepang dan Singapura malah terancam masuk ke dalam jurang resesi. Dengan adanya kasus virus corona ini, bank investasi global Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada semester I 2020 terdampak sebesar 0,8-1,3 persen poin, ekonomi Jepang terdampak 0,5-0,6 persen poin dan ekonomi Korea Selatan berpotensi terdampak 0,9-1,2 persen poin.
Melihat realita itu, pertumbuhan ekonomi RI berada dalam ancaman dari shock eksternal. Untuk meredam dampak tersebut Bank Indonesia selaku otoritas moneter mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 DRRR sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.
Namun dengan ancaman ekspor impor yang tertekan, aktivitas manufaktur yang berpotensi kembali terkontraksi, aliran investasi yang bisa jadi seret maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi RI bisa di bawah 5% lagi. Amit-amit, semoga hal itu tidak terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Antisipasi Jokowi Terhadap Corona Virus
