
Mundur dari PM, Mahathir Bikin Polemik & Kinerja Ciamik
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 February 2020 17:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad mengirim surat pengunduran diri dari jabatannya kepada Raja Malaysia pada hari Senin (24/2/2020). Selama menjabat dua kali sebagai PM, Mahathir banyak melancarkan pernyataan kontroversi dan capaian yang ciamik.
"Surat pengunduran diri itu disampaikan ke [Raja Malaysia] Yang di-Pertuan Agong pukul 1 siang," kata Kantor Perdana Menteri (PMO), sebagaimana dilaporkan Strait Times.
Rencana mengundurkan diri ini sebenarnya bukan hal baru. Mahathir, yang pernah menduduki posisi perdana menteri selama 22 tahun sejak 1981-2003, memang telah mengumumkan rencana pengunduran diri sejak awal menjabat lagi di 2018.
Ia bahkan telah menyatakan akan menunjuk mantan wakil perdana menteri dan musuhnya, Anwar Ibrahim sebagai penggantinya, setelah menjabat sebagai PM.
Langkah penunjukan Anwar itu bukan tanpa alasan. Mahathir menunjuk Anwar karena pendiri Partai Keadilan Rakyat (PKR) itu telah membantunya membongkar kasus pencucian uang 1MDB yang dilakukan mantan PM Najib Razak. Terbongkarnya kasus ini sendiri merupakan salah satu pencapaian membanggakan yang dilakukan Mahathir selama memerintah.
Berikut merupakan sederet gebrakan dan hal kontroversi yang ditorehkan perdana menteri tertua di dunia ini, antara lain:
Kebijakan Air dengan Singapura
Perdana menteri kelahiran 10 Juli 1925 itu pada saat menjabat pernah mengatakan ingin menaikkan harga pasokan air mentah ke Singapura menjadi lebih dari 10 kali lipat. Tujuannya untuk menutupi biaya hidup yang lebih tinggi.
Di bawah kesepakatan tentang air saat ini, yang berakhir di tahun 2061, Singapura diperbolehkan mengambil air mentah hingga 250 juta galon per hari dari Sungai Johor. Sementara setiap hari Johor berhak memperoleh 5 juta galon air yang sudah disuling dari Singapura.
Singapura membayar 3 sen per 1.000 galon air mentah, kemudian menjual air yang sudah disuling ke Johor senilai 50 sen per 1.000 galon. Singapura mengatakan harga ini sangat tersubsidi dan berada di bawah ongkos penyulingan air.
Malaysia memilih untuk tidak meninjau ulang harga tersebut ketika diberi kesempatan di tahun 1987. Namun, diskusi dilakukan ketika Mahathir, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri, mengangkat isu ini di tahun 1998. Sayangnya, diskusi itu tidak menghasilkan kesepakatan baru.
Namun, sejak kembali menjabat di 2018, Mahathir kembali mengkritisi kesepakatan tentang air di tahun 1962. Ia menyebutnya "terlalu mahal" dan "konyol". Ia mengatakan akan melakukan pendekatan dengan Singapura untuk menegosiasikan kembali ketentuan kesepakatan.
Operasi Lalang
Menurut laporan Today Online, di bawah kepemimpinan Mahathir, pemerintah Barisan Nasional berhasil menindak lawan politiknya Partai Aksi Demokratis (DAP). Akibat langkah Mahathir, para pemimpin partai itu termasuk Lim Kit Siang, Lim Guan Eng dan almarhum Karpal Singh pernah ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri selama Operasi Lalang pada tahun 1987.
Kemudian pemimpin Parti Islam se-Malaysia (PAS) Mohamad Sabu, yang sekarang menjadi presiden Amanah dan menteri pertahanan, juga terperangkap dalam jaring politiknya.
Mahathir juga pernah memenjarakan Anwar Ibrahim yang saat itu menjabat sebagai wakilnya. Anwar dituduh melakukan korupsi dan sodomi. Akibat itu, Anwar dijatuhi hukuman penjara enam tahun dan vonis kedua selama sembilan tahun penjara.
Memangkas Biaya Proyek Kereta Cepat
Selama menjabat, Mahathir telah berhasil membuat China sepakat untuk memangkas hampir sepertiga biaya pembangunan proyek East Coast Rail Link (ECRL) di semenanjung Malaysia. Pada Juli lalu, pemerintah Malaysia mengumumkan biasanya telah berhasil dikurangi menjadi hanya sekitar RM 44 miliar, dari RM 65,5 miliar.
Proyek yang telah mandek selama setahun itu sebelumnya pernah hampir dibatalkan. Namun, karena kesepakatan pembiayaan baru itu, proyek akhirnya kembali dilanjutkan. Memangkas biaya ini merupakan salah satu janjinya dalam pemilu, yaitu untuk menegosiasikan kembali atau membatalkan proyek-proyek mega China yang "tidak adil", yang telah disetujui oleh pendahulunya, Najib Razak.
Proyek ECRL yang dijalankan dengan China Communications Construction sebagai kontraktor utamanya itu, akan menghubungkan Port Klang di Selat Malaka dengan Kota Bharu di semenanjung timur laut Malaysia, menurut Channel News Asia.
Perjanjian baru ini bahkan berhasil meningkatkan kepercayaan investor asing terhadap Malaysia, kata duta besar China untuk Malaysia pada upacara di distrik pesisir Dungun.
Ekonomi Tumbuh Pesat
Selama masa jabatan pertama Mahathir sebagai perdana menteri, Malaysia dilaporkan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, menikmati peningkatan pendapatan dan peningkatan standar hidup, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.
Menurut The Global Job, di bawah kepemimpinan Mahathir, ekonomi Malaysia tumbuh pada tingkat lebih dari 8% per tahun hingga pertengahan 1997, ketika krisis mata uang di negara tetangga Thailand menyebabkan krisis keuangan Asia hingga menjerumuskan seluruh Asia Tenggara ke dalam resesi.
"Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat sejak 1980-an. Setelah depresi pasar properti 1985-1986, pertumbuhan kembali hingga pertengahan 1990-an," tulisnya.
(hoi/hoi) Next Article Cerita Tentang Mundurnya PM Malaysia Mahathir Mohamad
"Surat pengunduran diri itu disampaikan ke [Raja Malaysia] Yang di-Pertuan Agong pukul 1 siang," kata Kantor Perdana Menteri (PMO), sebagaimana dilaporkan Strait Times.
Rencana mengundurkan diri ini sebenarnya bukan hal baru. Mahathir, yang pernah menduduki posisi perdana menteri selama 22 tahun sejak 1981-2003, memang telah mengumumkan rencana pengunduran diri sejak awal menjabat lagi di 2018.
Langkah penunjukan Anwar itu bukan tanpa alasan. Mahathir menunjuk Anwar karena pendiri Partai Keadilan Rakyat (PKR) itu telah membantunya membongkar kasus pencucian uang 1MDB yang dilakukan mantan PM Najib Razak. Terbongkarnya kasus ini sendiri merupakan salah satu pencapaian membanggakan yang dilakukan Mahathir selama memerintah.
Berikut merupakan sederet gebrakan dan hal kontroversi yang ditorehkan perdana menteri tertua di dunia ini, antara lain:
Kebijakan Air dengan Singapura
Perdana menteri kelahiran 10 Juli 1925 itu pada saat menjabat pernah mengatakan ingin menaikkan harga pasokan air mentah ke Singapura menjadi lebih dari 10 kali lipat. Tujuannya untuk menutupi biaya hidup yang lebih tinggi.
Di bawah kesepakatan tentang air saat ini, yang berakhir di tahun 2061, Singapura diperbolehkan mengambil air mentah hingga 250 juta galon per hari dari Sungai Johor. Sementara setiap hari Johor berhak memperoleh 5 juta galon air yang sudah disuling dari Singapura.
Singapura membayar 3 sen per 1.000 galon air mentah, kemudian menjual air yang sudah disuling ke Johor senilai 50 sen per 1.000 galon. Singapura mengatakan harga ini sangat tersubsidi dan berada di bawah ongkos penyulingan air.
Malaysia memilih untuk tidak meninjau ulang harga tersebut ketika diberi kesempatan di tahun 1987. Namun, diskusi dilakukan ketika Mahathir, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri, mengangkat isu ini di tahun 1998. Sayangnya, diskusi itu tidak menghasilkan kesepakatan baru.
Namun, sejak kembali menjabat di 2018, Mahathir kembali mengkritisi kesepakatan tentang air di tahun 1962. Ia menyebutnya "terlalu mahal" dan "konyol". Ia mengatakan akan melakukan pendekatan dengan Singapura untuk menegosiasikan kembali ketentuan kesepakatan.
Operasi Lalang
Menurut laporan Today Online, di bawah kepemimpinan Mahathir, pemerintah Barisan Nasional berhasil menindak lawan politiknya Partai Aksi Demokratis (DAP). Akibat langkah Mahathir, para pemimpin partai itu termasuk Lim Kit Siang, Lim Guan Eng dan almarhum Karpal Singh pernah ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri selama Operasi Lalang pada tahun 1987.
Kemudian pemimpin Parti Islam se-Malaysia (PAS) Mohamad Sabu, yang sekarang menjadi presiden Amanah dan menteri pertahanan, juga terperangkap dalam jaring politiknya.
Mahathir juga pernah memenjarakan Anwar Ibrahim yang saat itu menjabat sebagai wakilnya. Anwar dituduh melakukan korupsi dan sodomi. Akibat itu, Anwar dijatuhi hukuman penjara enam tahun dan vonis kedua selama sembilan tahun penjara.
Memangkas Biaya Proyek Kereta Cepat
Selama menjabat, Mahathir telah berhasil membuat China sepakat untuk memangkas hampir sepertiga biaya pembangunan proyek East Coast Rail Link (ECRL) di semenanjung Malaysia. Pada Juli lalu, pemerintah Malaysia mengumumkan biasanya telah berhasil dikurangi menjadi hanya sekitar RM 44 miliar, dari RM 65,5 miliar.
Proyek yang telah mandek selama setahun itu sebelumnya pernah hampir dibatalkan. Namun, karena kesepakatan pembiayaan baru itu, proyek akhirnya kembali dilanjutkan. Memangkas biaya ini merupakan salah satu janjinya dalam pemilu, yaitu untuk menegosiasikan kembali atau membatalkan proyek-proyek mega China yang "tidak adil", yang telah disetujui oleh pendahulunya, Najib Razak.
Proyek ECRL yang dijalankan dengan China Communications Construction sebagai kontraktor utamanya itu, akan menghubungkan Port Klang di Selat Malaka dengan Kota Bharu di semenanjung timur laut Malaysia, menurut Channel News Asia.
Perjanjian baru ini bahkan berhasil meningkatkan kepercayaan investor asing terhadap Malaysia, kata duta besar China untuk Malaysia pada upacara di distrik pesisir Dungun.
Ekonomi Tumbuh Pesat
Selama masa jabatan pertama Mahathir sebagai perdana menteri, Malaysia dilaporkan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, menikmati peningkatan pendapatan dan peningkatan standar hidup, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.
Menurut The Global Job, di bawah kepemimpinan Mahathir, ekonomi Malaysia tumbuh pada tingkat lebih dari 8% per tahun hingga pertengahan 1997, ketika krisis mata uang di negara tetangga Thailand menyebabkan krisis keuangan Asia hingga menjerumuskan seluruh Asia Tenggara ke dalam resesi.
"Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat sejak 1980-an. Setelah depresi pasar properti 1985-1986, pertumbuhan kembali hingga pertengahan 1990-an," tulisnya.
(hoi/hoi) Next Article Cerita Tentang Mundurnya PM Malaysia Mahathir Mohamad
Most Popular