
Sri Mulyani: Arab si 'Raja Minyak' yang Naikkan Harga BBM
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
24 February 2020 10:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal tahun ini tidak lebih baik dari 2019 lalu. Di mana sebelumnya diperkirakan kondisi ekonomi akan lebih baik, justru muncul tantangan yang tidak bisa diprediksi, salah satunya virus corona.
Dengan demikian, maka reformasi fiskal diperlukan oleh setiap negara agar bisa menghadapi tekanan perekonomian global ini.
"Setiap negara anggota G20 menghadapi tantangan ekonomi global yang melemah, ditambah risiko perang dagang, munculnya corona virus dan gejolak geopolitik. Semua negara harus melakukan reformasi ekonomi. Yang tidak mampu dan tidak mau berubah akan tertinggal dalam mencapai kemajuan," ujarnya melalui laman akun Instagram miliknya, yang dikutip Senin (24/2/2020).
Menurutnya, salah satu negara yang sudah melakukan reformasi perekonomiannya adalah Arab Saudi. Ini tentunya sesuatu yang menarik untuk dipelajari Indonesia.
Selain itu, negara dengan populasi 33,4 juta tersebut, saat ini menjalankan Vision 2030 yaitu Program reformasi di bidang sosial ekonomi termasuk peranan perempuan yang semakin ditingkatkan.
Sri Mulyani mencatat, setidaknya ada delapan poin reformasi ekonomi yang sedang dilakukan oleh Arab Saudi, yakni:
Sebagai informasi, menurut data IMF, pertumbuhan ekonomi Saudi Arabia 2019 adalah 1,9% (sektor minyak tumbuh 0,7% dan non minyak 2,9%). Deflsit APBN meningkat dari 5,9% PDB (2018) menjadi 6,5% PDB (2019). Utang pemerintah 24,7% dari PDB.
Tingkat pengangguran untuk warga Saudi mencapai 12,5%, di mana pengangguran perempuan mencapai 32,7%.
(wed/wed) Next Article Hot News: Arab Saudi Tarik Warganya Dari RI
Dengan demikian, maka reformasi fiskal diperlukan oleh setiap negara agar bisa menghadapi tekanan perekonomian global ini.
"Setiap negara anggota G20 menghadapi tantangan ekonomi global yang melemah, ditambah risiko perang dagang, munculnya corona virus dan gejolak geopolitik. Semua negara harus melakukan reformasi ekonomi. Yang tidak mampu dan tidak mau berubah akan tertinggal dalam mencapai kemajuan," ujarnya melalui laman akun Instagram miliknya, yang dikutip Senin (24/2/2020).
Selain itu, negara dengan populasi 33,4 juta tersebut, saat ini menjalankan Vision 2030 yaitu Program reformasi di bidang sosial ekonomi termasuk peranan perempuan yang semakin ditingkatkan.
Sri Mulyani mencatat, setidaknya ada delapan poin reformasi ekonomi yang sedang dilakukan oleh Arab Saudi, yakni:
- Menurunkan deflsit APBN untuk menjadi seimbang pada tahun 2023
- Menaikkan penerimaan pajak terutama (PPN)
- Meningkatkan harga BBM secara bertahap, setiap kuartal ada perubahan harga sesuai harga internasional
- Mengendalikan belanja negara terutama gaji pegawai dan be|anja modal yang tidak produktif
- Meningkatkan transparansi flskal (belanja dan pendapatan termasuk data dari perusahaan minyak Aramco)
- Reformasi pasar tenaga kerja, dengan melakukan mandatori rekrutmen untuk pekerja Saudi (Saudization) dalam rangka menurunkan pengangguran. Selama ini Saudi sangat tergantung kepada pekerja ekspatriat (TKA), setiap warga negara asing dipungut biaya tinggal di Saudi
- Penyediaan transport khusus untuk perempuan dan program penitipan anak (childcare) untuk mendukung partisipasi kerja perempuan Saudi
- Bantuan untuk usaha kecil diberikan dengan pemberian pinjaman bank dan peningkatan akses pembiayaan
Sebagai informasi, menurut data IMF, pertumbuhan ekonomi Saudi Arabia 2019 adalah 1,9% (sektor minyak tumbuh 0,7% dan non minyak 2,9%). Deflsit APBN meningkat dari 5,9% PDB (2018) menjadi 6,5% PDB (2019). Utang pemerintah 24,7% dari PDB.
Tingkat pengangguran untuk warga Saudi mencapai 12,5%, di mana pengangguran perempuan mencapai 32,7%.
(wed/wed) Next Article Hot News: Arab Saudi Tarik Warganya Dari RI
Most Popular