
Internasional
Suriah Perang, Erdogan & Putin Makin Tegang
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
19 February 2020 08:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan militer Suriah, yang didukung oleh kekuatan udara Rusia, berhasil mengambil kendali atas sebagian besar kota Aleppo, merebut sekitar 30 desa dari kelompok pemberontak anti Assad pada Minggu, 16 Februari kemarin.
Namun serangan brutal ke Idlib oleh pasukan militer Suriah nyatanya secara tidak langsung menggusur sekitar 900.000 warganya dalam waktu kurang dari tiga bulan ke kamp-kamp pengungsian yang tak layak tinggal.
Atas peristiwa tersebut, Turki mengatakan pada Selasa (18/2/2020) bahwa Rusia belum menawarkan solusi yang dapat diterima atas memburuknya kekerasan di barat laut Suriah, menambahkan bahwa pembicaraan tersebut sedang berlangsung.
Turki dan Rusia, yang mendukung pihak-pihak yang berseberangan dalam masalah ini, kembali melakukan perundingan di Moskow, setelah pembicaraan sebelumnya di Ankara pada pekan lalu gagal menghasilkan kesepakatan.
"Untuk saat ini, tidak ada hasil memuaskan yang diperoleh dari negosiasi," ujar Ibrahim Kalin, juru bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan, dikutip dari AFP.
Kalin menolak klaim oleh Moskow bahwa serangan itu diperlukan untuk mencegah serangan terhadap pangkalan militer Rusia di daerah itu. "Pernyataan ini tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan," katanya.
Turki telah memperkuat posisi militernya di Idlib dalam beberapa pekan terakhir dan tentu bentrok dengan pasukan Suriah. Turki sendiri memang mendukung kelompok pemberontak anti Assad, sedangkan Rusia mendukung pasukan militer Suriah.
Menurut PBB, lebih dari setengah pengungsi di Idlib adalah bayi dan anak-anak. Mereka juga menjelaskan jika ada banyak bayi-bayi yang sekarat akibat kedinginan, serta kamp bantuan dan pengungsian yang sudah kepenuhan.
"Krisis di barat laut Suriah telah mencapai tingkat baru yang mengerikan," kata kepala urusan kemanusiaan PBB dan bantuan darurat Mark Lowcock pada Senin, 17 Februari lalu, dikutip dari France24.
Lowcock juga menambahkan jika kebanyakan para pengungsi adalah wanita dan anak-anak yang sangat "trauma akibat dipaksa tidur di luar dalam suhu beku karena kamp-kamp penuh".
"Ibu membakar plastik untuk menjaga anak-anak tetap hangat. Bayi dan anak kecil sekarat karena kedinginan," lanjut Lowcock.
Wilayah Idlib, termasuk bagian dari provinsi Aleppo merupakan rumah bagi sekitar 3 juta orang, setengah dari mereka sudah mengungsi dari bagian lain negara itu. Serangan yang dimulai akhir tahun lalu telah menyebabkan perpindahan tunggal terbesar warga sejak konflik dimulai pada 2011.
Perang tersebut setidaknya sudah menewaskan lebih dari 380.000 orang sejak meletus hampir sembilan tahun lalu, menyusul represi brutal terhadap demonstrasi yang menuntut perubahan rezim.
(sef/sef) Next Article Panas dengan Turki soal Suriah, Ini Kata Rusia
Namun serangan brutal ke Idlib oleh pasukan militer Suriah nyatanya secara tidak langsung menggusur sekitar 900.000 warganya dalam waktu kurang dari tiga bulan ke kamp-kamp pengungsian yang tak layak tinggal.
Turki dan Rusia, yang mendukung pihak-pihak yang berseberangan dalam masalah ini, kembali melakukan perundingan di Moskow, setelah pembicaraan sebelumnya di Ankara pada pekan lalu gagal menghasilkan kesepakatan.
"Untuk saat ini, tidak ada hasil memuaskan yang diperoleh dari negosiasi," ujar Ibrahim Kalin, juru bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan, dikutip dari AFP.
Kalin menolak klaim oleh Moskow bahwa serangan itu diperlukan untuk mencegah serangan terhadap pangkalan militer Rusia di daerah itu. "Pernyataan ini tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan," katanya.
Turki telah memperkuat posisi militernya di Idlib dalam beberapa pekan terakhir dan tentu bentrok dengan pasukan Suriah. Turki sendiri memang mendukung kelompok pemberontak anti Assad, sedangkan Rusia mendukung pasukan militer Suriah.
Menurut PBB, lebih dari setengah pengungsi di Idlib adalah bayi dan anak-anak. Mereka juga menjelaskan jika ada banyak bayi-bayi yang sekarat akibat kedinginan, serta kamp bantuan dan pengungsian yang sudah kepenuhan.
"Krisis di barat laut Suriah telah mencapai tingkat baru yang mengerikan," kata kepala urusan kemanusiaan PBB dan bantuan darurat Mark Lowcock pada Senin, 17 Februari lalu, dikutip dari France24.
Lowcock juga menambahkan jika kebanyakan para pengungsi adalah wanita dan anak-anak yang sangat "trauma akibat dipaksa tidur di luar dalam suhu beku karena kamp-kamp penuh".
"Ibu membakar plastik untuk menjaga anak-anak tetap hangat. Bayi dan anak kecil sekarat karena kedinginan," lanjut Lowcock.
Wilayah Idlib, termasuk bagian dari provinsi Aleppo merupakan rumah bagi sekitar 3 juta orang, setengah dari mereka sudah mengungsi dari bagian lain negara itu. Serangan yang dimulai akhir tahun lalu telah menyebabkan perpindahan tunggal terbesar warga sejak konflik dimulai pada 2011.
Perang tersebut setidaknya sudah menewaskan lebih dari 380.000 orang sejak meletus hampir sembilan tahun lalu, menyusul represi brutal terhadap demonstrasi yang menuntut perubahan rezim.
(sef/sef) Next Article Panas dengan Turki soal Suriah, Ini Kata Rusia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular