
Temui WHO, Wiranto Sebut RI Bebas Corona Bukan Asal Bicara
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
17 February 2020 14:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Pertimbangan Presiden menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak membahas perkembangan terkait virus corona yang baru, yaitu Covid-19 di kantor Wantimpres, Senin (17/2/2020). Turut hadir dalam pertemuan antara lain perwakilan dari Kementerian Kesehatan, perwakilan dari WHO hingga lembaga penelitian molekuler Eijkman.
Seperti dilaporkan detik.com, Ketua Wantimpres Jenderal TNI (Purn) Wiranto menjelaskan pertemuan membahas beberapa hal. Salah satunya adalah fakta Indonesia belum terjangkit virus corona.
"Tentu ini bukan asal bicara tapi merupakan hasil usaha yang maksimal, hasil penelitian yang maksimal, suatu usaha yang maksimal dari pihak terkait bagaimana kita memitigasi corona di Indonesia," kata Wiranto usai pertemuan tertutup.
"Memang banyak pihak yang meyangsikan 'apa benar sih bahwa kita zero?' tadi dalam pertemuan sudah terjawab bahwa memang kesangsian itu dapat terhapus tatkala pihak pemerintah Indonesia dengan cepat dan tepat telah menangani ini dengan baik," lanjutnya.
Tidak hanya itu, Wiranto pun memastikan WHO turut mengapresiasi langkah demi langkah yang dilakukan pemerintah. Sehingga Indonesia pun berhasil menangani penyebaran virus corona di Tanah Air.
"Bahwa isu ketidakpercayaan terhadap penjelasan itu tidak benar, terjawab pada hari ini pada pertemuan bersama pihak yang bertanggung jawab atau mempunyai keterkaitan bagaimana memitigasi virus Corona," ujar Wiranto.
Lebih lanjut, Wiranto mengatakan masih banyak tugas yang harus dilakukan pemerintah. Khususnya agar tidak ada masyarakat yang terjangkit virus yang mematikan tersebut.
"Apakah kita menata kehidupan yang lebih sehat, cara kita untuk memakai alat yang bisa mencegah terinfeksi virus tersebut itu nanti tentunya akan dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan," kata Wiranto.
"Apa pun yang terjadi tentu kita mempunyai semangat yang sama. Mudah-mudahan Indonesia benar-benar terjaga atau tidak terinfeksi atau virus
itu tidak menginfeksi masyarakat kita," imbuhnya.
Sebelumnya beredar kabar bahwa WHO meragukan kemampuan Indonesia mendeteksi virus corona. Menanggapi kabar yang beredar, Medical Officer WHO di Indonesia Dokter Vinod Kumar Bara meluruskan sejumlah hal.
"Jadi kan hari ini kalian sudah mendengar apa yang dijelaskan Bu Vivi (Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setyawaty), dia sudah menjelaskan proses dan prosedur uji spesimen seperti apa," ujarnya di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (11/2/2020).
"Dan hari ini kita konfirmasi kalau Indonesia sudah bisa mendeteksi novel coronavirus. Lab-nya juga sudah kompeten," lanjut Vinod Kumar seperti dilansir detik.com.
Ia meyakini kemampuan Indonesia mendeteksi virus corona sudah sesuai guideline WHO. Hal itu dikarenakan Indonesia saat ini sudah memiliki PCR yang bisa mendeteksi keberadaan virus itu secara akurat.
"Namun setiap negara harus tetap waspada, termasuk Indonesia," kata Vinod Kumar.
Via tulisan di laman disway.id, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengungkapkan banyak orang, terutama yang berasal dari luar negeri, tidak percaya Indonesia terbebas dari virus corona. Setidaknya hingga hari ini.
Ia mencontohkan pendapat seorang temannya di Singapura. Sebab, virus itu sudah menyerang seluruh negara di Asia.
"Inilah zaman persepsi --yang fakta kalah dengan persepsi. Dan itulah nasib Indonesia --dipersepsikan seperti itu," tulis Dahlan.
Berikut adalah tulisan lengkap Dahlan:
Kebal Virus
Inilah pertanyaan yang sama yang saya ajukan kepada 10 orang yang berbeda di negara yang berlainan:
Mengapa tidak ada virus corona di Indonesia? Percayakah Anda?
"Tidak mungkin tidak ada di Indonesia. Virus ini sudah menyerang seluruh negara di Asia," jawab seorang teman di Singapura. Ia bukan Robert Lai. Tapi pendapatnya sama dengan Robert.
Tidak satu pun dari 10 orang itu yang percaya kalau virus corona belum masuk Indonesia.
Inilah zaman persepsi --yang fakta kalah dengan persepsi. Dan itulah nasib Indonesia --dipersepsikan seperti itu.
Bahkan ada yang memandang lebih rendah lagi: mungkin peralatan di Indonesia belum memadai untuk bisa mendeteksi virus corona.
Saya hanya tertawa mendengar jawaban yang seperti itu. Apa boleh buat. Reputasi kita memang belum tinggi. Padahal dalam banyak hal kita bisa lebih baik.
Misalnya dalam hal penyakit-penyakit tropik. Pasti dokter Indonesia lebih ahli. Tapi ada saja orang kaya Indonesia yang tetap emosional. Yang mengagungkan dokter Singapura secara membabi buta.
Orang kaya itu terkena demam berdarah. Tinggalnya di Jakarta. Ia segera dibawa ke Singapura karena hanya percaya dokter Singapura.
Saya terlambat tahu itu. Saya tidak sempat menasihatinya. Akhirnya ia meninggal dunia di Singapura.
Masih begitu mudanya --untuk ukuran saya. Ia belum lagi 55 tahun.
Padahal dokter di Indonesia pasti lebih ahli dan berpengalaman menangani demam berdarah. Atau penyakit lain yang sebangsa itu.
Tapi tetap saja dokter kita dipersepsikan kalah.
Teman saya di Beijing menjawab dengan lebih diplomatik. Khas jawaban orang dari sana.
"Saya juga terheran-heran mengapa virus corona tidak menyerang Indonesia," katanya. "Kalau benar begitu tentu orang Indonesia sangat berbahagia," tambahnya.
Saya tidak perlu jawaban basa-basi begitu. Saya pun mengejarnya dengan pertanyaan yang lebih tegas: apakah Anda percaya? Akhirnya ia menjawab terus terang: "Sayang sekali saya tidak percaya."
Ada lagi yang berpendapat bahwa virus corona sudah masuk Indonesia. Hanya saja tidak terdeteksi karena gejalanya hanya mirip flu.
Dan yang terkena 'flu' itu ternyata sembuh. Tanpa diketahui mungkin saja itu corona.
Memang banyak rumor yang tidak ilmiah ikut beredar. Misalnya soal suhu udara Indonesia yang panas.
Tapi suhu di Singapura kan juga tidak ada bedanya dengan di Indonesia. Bahkan Australia kini lagi musim panas --toh terkena juga.
Soal rumor tidak makan babi terbantah lebih telak lagi: kan masyarakat Tionghoa Indonesia juga makan babi. Kok juga tidak terkena.
Di Tiongkok sendiri terbukti kian jauh dari Wuhan kian sedikit yang terserang corona. Di Provinsi terjauh, Xinjiang, hanya 71 yang terkena, 11 orang di antaranya sudah sembuh. Hanya satu orang meninggal.
Di Provinsi Ningxia, yang muslimnya juga besar, hanya 70 yang terkena --itu pun yang 33 orang sudah sembuh. Tidak satu pun meninggal.
Demikian juga di Provinsi Qinghai --di antara Ningxia dan Xinjiang-- hanya 18 orang terkena tapi yang 13 orang sudah sembuh. Tinggal lima orang yang masih dirawat. Tidak satu pun yang meninggal.
Di provinsi terjauh lainnya, Tibet --yang mayoritas Buddha-- hanya satu orang yang terkena corona. Itu pun sudah sembuh.
Yang mengejutkan memang tetap saja Kota Wuhan. Tiga hari yang lalu tiba-tiba saja angka penderita barunya melonjak drastis. Dari biasanya sudah turun ke kisaran 1000, menjadi 14.800.
Hari berikutnya memang turun lagi tapi masih tinggi: 4.800.
Baru kemarin sudah turun lagi menjadi 1.800 orang.
Lonjakan sampai 14.000 lebih itu ternyata bukan karena wabahnya menggila lagi. Mulai hari itu dokter dan perawat dikerahkan terjun ke masyarakat. Dokter dan perawat dari propinsi lain dikerahkan ke Wuhan.
Maka angka penderita barunya tidak lagi hanya yang datang ke klinik. Itu sudah termasuk hasil operasi jemput bola ke tengah masyarakat.
Saya pun tenang. Melonjaknya angka penderita baru akibat gerakan baru jemput bola itu.
Wuhan memang lagi 'digempur' habis-habisan. Agar wilayah sumber wabah ini cepat teratasi.
Adakah Indonesia mirip Tibet? Yang penderitanya hanya satu --itu pun kemudian sembuh?
(Dahlan Iskan)
(miq/miq) Next Article Cegah Tangkal, Strategi Kemenkes Antisipasi Penyebaran Corona
Seperti dilaporkan detik.com, Ketua Wantimpres Jenderal TNI (Purn) Wiranto menjelaskan pertemuan membahas beberapa hal. Salah satunya adalah fakta Indonesia belum terjangkit virus corona.
"Tentu ini bukan asal bicara tapi merupakan hasil usaha yang maksimal, hasil penelitian yang maksimal, suatu usaha yang maksimal dari pihak terkait bagaimana kita memitigasi corona di Indonesia," kata Wiranto usai pertemuan tertutup.
Tidak hanya itu, Wiranto pun memastikan WHO turut mengapresiasi langkah demi langkah yang dilakukan pemerintah. Sehingga Indonesia pun berhasil menangani penyebaran virus corona di Tanah Air.
"Bahwa isu ketidakpercayaan terhadap penjelasan itu tidak benar, terjawab pada hari ini pada pertemuan bersama pihak yang bertanggung jawab atau mempunyai keterkaitan bagaimana memitigasi virus Corona," ujar Wiranto.
Lebih lanjut, Wiranto mengatakan masih banyak tugas yang harus dilakukan pemerintah. Khususnya agar tidak ada masyarakat yang terjangkit virus yang mematikan tersebut.
"Apakah kita menata kehidupan yang lebih sehat, cara kita untuk memakai alat yang bisa mencegah terinfeksi virus tersebut itu nanti tentunya akan dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan," kata Wiranto.
"Apa pun yang terjadi tentu kita mempunyai semangat yang sama. Mudah-mudahan Indonesia benar-benar terjaga atau tidak terinfeksi atau virus
itu tidak menginfeksi masyarakat kita," imbuhnya.
Sebelumnya beredar kabar bahwa WHO meragukan kemampuan Indonesia mendeteksi virus corona. Menanggapi kabar yang beredar, Medical Officer WHO di Indonesia Dokter Vinod Kumar Bara meluruskan sejumlah hal.
"Jadi kan hari ini kalian sudah mendengar apa yang dijelaskan Bu Vivi (Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setyawaty), dia sudah menjelaskan proses dan prosedur uji spesimen seperti apa," ujarnya di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (11/2/2020).
"Dan hari ini kita konfirmasi kalau Indonesia sudah bisa mendeteksi novel coronavirus. Lab-nya juga sudah kompeten," lanjut Vinod Kumar seperti dilansir detik.com.
Ia meyakini kemampuan Indonesia mendeteksi virus corona sudah sesuai guideline WHO. Hal itu dikarenakan Indonesia saat ini sudah memiliki PCR yang bisa mendeteksi keberadaan virus itu secara akurat.
"Namun setiap negara harus tetap waspada, termasuk Indonesia," kata Vinod Kumar.
Via tulisan di laman disway.id, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengungkapkan banyak orang, terutama yang berasal dari luar negeri, tidak percaya Indonesia terbebas dari virus corona. Setidaknya hingga hari ini.
Ia mencontohkan pendapat seorang temannya di Singapura. Sebab, virus itu sudah menyerang seluruh negara di Asia.
"Inilah zaman persepsi --yang fakta kalah dengan persepsi. Dan itulah nasib Indonesia --dipersepsikan seperti itu," tulis Dahlan.
Berikut adalah tulisan lengkap Dahlan:
Kebal Virus
Inilah pertanyaan yang sama yang saya ajukan kepada 10 orang yang berbeda di negara yang berlainan:
Mengapa tidak ada virus corona di Indonesia? Percayakah Anda?
"Tidak mungkin tidak ada di Indonesia. Virus ini sudah menyerang seluruh negara di Asia," jawab seorang teman di Singapura. Ia bukan Robert Lai. Tapi pendapatnya sama dengan Robert.
Tidak satu pun dari 10 orang itu yang percaya kalau virus corona belum masuk Indonesia.
Inilah zaman persepsi --yang fakta kalah dengan persepsi. Dan itulah nasib Indonesia --dipersepsikan seperti itu.
Bahkan ada yang memandang lebih rendah lagi: mungkin peralatan di Indonesia belum memadai untuk bisa mendeteksi virus corona.
Saya hanya tertawa mendengar jawaban yang seperti itu. Apa boleh buat. Reputasi kita memang belum tinggi. Padahal dalam banyak hal kita bisa lebih baik.
Misalnya dalam hal penyakit-penyakit tropik. Pasti dokter Indonesia lebih ahli. Tapi ada saja orang kaya Indonesia yang tetap emosional. Yang mengagungkan dokter Singapura secara membabi buta.
Orang kaya itu terkena demam berdarah. Tinggalnya di Jakarta. Ia segera dibawa ke Singapura karena hanya percaya dokter Singapura.
Saya terlambat tahu itu. Saya tidak sempat menasihatinya. Akhirnya ia meninggal dunia di Singapura.
Masih begitu mudanya --untuk ukuran saya. Ia belum lagi 55 tahun.
Padahal dokter di Indonesia pasti lebih ahli dan berpengalaman menangani demam berdarah. Atau penyakit lain yang sebangsa itu.
Tapi tetap saja dokter kita dipersepsikan kalah.
Teman saya di Beijing menjawab dengan lebih diplomatik. Khas jawaban orang dari sana.
"Saya juga terheran-heran mengapa virus corona tidak menyerang Indonesia," katanya. "Kalau benar begitu tentu orang Indonesia sangat berbahagia," tambahnya.
Saya tidak perlu jawaban basa-basi begitu. Saya pun mengejarnya dengan pertanyaan yang lebih tegas: apakah Anda percaya? Akhirnya ia menjawab terus terang: "Sayang sekali saya tidak percaya."
Ada lagi yang berpendapat bahwa virus corona sudah masuk Indonesia. Hanya saja tidak terdeteksi karena gejalanya hanya mirip flu.
Dan yang terkena 'flu' itu ternyata sembuh. Tanpa diketahui mungkin saja itu corona.
Memang banyak rumor yang tidak ilmiah ikut beredar. Misalnya soal suhu udara Indonesia yang panas.
Tapi suhu di Singapura kan juga tidak ada bedanya dengan di Indonesia. Bahkan Australia kini lagi musim panas --toh terkena juga.
Soal rumor tidak makan babi terbantah lebih telak lagi: kan masyarakat Tionghoa Indonesia juga makan babi. Kok juga tidak terkena.
Di Tiongkok sendiri terbukti kian jauh dari Wuhan kian sedikit yang terserang corona. Di Provinsi terjauh, Xinjiang, hanya 71 yang terkena, 11 orang di antaranya sudah sembuh. Hanya satu orang meninggal.
Di Provinsi Ningxia, yang muslimnya juga besar, hanya 70 yang terkena --itu pun yang 33 orang sudah sembuh. Tidak satu pun meninggal.
Demikian juga di Provinsi Qinghai --di antara Ningxia dan Xinjiang-- hanya 18 orang terkena tapi yang 13 orang sudah sembuh. Tinggal lima orang yang masih dirawat. Tidak satu pun yang meninggal.
Di provinsi terjauh lainnya, Tibet --yang mayoritas Buddha-- hanya satu orang yang terkena corona. Itu pun sudah sembuh.
Yang mengejutkan memang tetap saja Kota Wuhan. Tiga hari yang lalu tiba-tiba saja angka penderita barunya melonjak drastis. Dari biasanya sudah turun ke kisaran 1000, menjadi 14.800.
Hari berikutnya memang turun lagi tapi masih tinggi: 4.800.
Baru kemarin sudah turun lagi menjadi 1.800 orang.
Lonjakan sampai 14.000 lebih itu ternyata bukan karena wabahnya menggila lagi. Mulai hari itu dokter dan perawat dikerahkan terjun ke masyarakat. Dokter dan perawat dari propinsi lain dikerahkan ke Wuhan.
Maka angka penderita barunya tidak lagi hanya yang datang ke klinik. Itu sudah termasuk hasil operasi jemput bola ke tengah masyarakat.
Saya pun tenang. Melonjaknya angka penderita baru akibat gerakan baru jemput bola itu.
Wuhan memang lagi 'digempur' habis-habisan. Agar wilayah sumber wabah ini cepat teratasi.
Adakah Indonesia mirip Tibet? Yang penderitanya hanya satu --itu pun kemudian sembuh?
(Dahlan Iskan)
(miq/miq) Next Article Cegah Tangkal, Strategi Kemenkes Antisipasi Penyebaran Corona
Most Popular