
Penerbangan China Disetop, Penumpang & Kargo di Soetta Anjlok
Syahrizal Sidik & Monica Wareza, CNBC Indonesia
07 February 2020 17:01

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Angkasa Pura II (Persero) memproyeksi jumlah penumpang yang mengunjungi Bandara Internasional Soekarno-Hatta bakal turun rata-rata 5.000-5.500 penumpang per hari. Penurunan itu tak lepas dari kebijakan penghentian penerbangan dari dan ke China akibat penyebaran virus corona.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan jumlah penumpang yang datang dan pergi dari bandara Soekarno-Hatta mencapai 200.000 penumpang per hari, 80% merupakan penumpang domestik. Sisanya adalah penumpang internasional, di mana 5.000-5.500 merupakan penumpang dari dan ke China.
"Kan domestik, dari 200 ribu itu, 75%-80% itu traffic domestik, 20%-25% itu internasional. Nah, yang internasional datang dan dari China lima ribu, waktu normal sebelum corona, itu 5.000-5.500 setiap harinya," kata Awaluddin di kantor Kementerian BUMN, Jumat (7/2/2020).
Selain penumpang, Awaluddin juga menyebutkan jumlah kargo dari China juga akan turun 36% dari kondisi normal. Di mana selama ini kargo dari China jumlahnya mencapai 6.000 ton per bulan dari total 750 ribu ton yang didominasi oleh kargo domestik.
Padahal, sebelum isu virus corona ini merebak, AP II baru saja melaporkan kenaikan jumlah kargo mencapai 37% di Januari. Khusus dari China, terjadi pertumbuhan kargo sebesar 18%.
"Februari jadi drop. Drop mungkin 36% turun, sepertiga lebih," katanya.
Meski demikian, saat ini pengiriman kargo dari China masih bisa dilakukan asalkan tak mengirimkan jenis barang yang dilarang seperti binatang hidup (life animal). Memang selama ini, menurut dia, mayoritasnya pengiriman dari China ini merupakan barang-barang e-commerce. Jikapun ada life animal yang dikirimkan biasanya berupa burung jenis poksay dan ular.
Ditemui di kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama mengungkapkan potensi kehilangan devisa akibat berkurangnya kunjungan wisatawan seiring penghentian penerbangan dari dan ke China.
"Dari wisatawan Tiongkok sendiri secara langsung itu US$ 2,8 M. Itungannya 2 juta wisatawan per visit mereka spend US$ 1.400. Jadi total US$ 2,8 m. Tapi kan dampak dari ini juga punya dampak wisatawan negara lain selain China. Tren jadi akhirnya menurun, ada kekhawatiran mungkin saat travelling terkait virus corona, banyak faktornya. Ini kita bicara satu tahun ya kerugian yang kita bisa hitung. Potensi satu tahun," ujarnya.
"Kita kan tidak tahu sampai kapan ini selesai, mudah-mudahan cepat," lanjut Wishnutama.
(miq/miq) Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan jumlah penumpang yang datang dan pergi dari bandara Soekarno-Hatta mencapai 200.000 penumpang per hari, 80% merupakan penumpang domestik. Sisanya adalah penumpang internasional, di mana 5.000-5.500 merupakan penumpang dari dan ke China.
"Kan domestik, dari 200 ribu itu, 75%-80% itu traffic domestik, 20%-25% itu internasional. Nah, yang internasional datang dan dari China lima ribu, waktu normal sebelum corona, itu 5.000-5.500 setiap harinya," kata Awaluddin di kantor Kementerian BUMN, Jumat (7/2/2020).
Padahal, sebelum isu virus corona ini merebak, AP II baru saja melaporkan kenaikan jumlah kargo mencapai 37% di Januari. Khusus dari China, terjadi pertumbuhan kargo sebesar 18%.
"Februari jadi drop. Drop mungkin 36% turun, sepertiga lebih," katanya.
Meski demikian, saat ini pengiriman kargo dari China masih bisa dilakukan asalkan tak mengirimkan jenis barang yang dilarang seperti binatang hidup (life animal). Memang selama ini, menurut dia, mayoritasnya pengiriman dari China ini merupakan barang-barang e-commerce. Jikapun ada life animal yang dikirimkan biasanya berupa burung jenis poksay dan ular.
Ditemui di kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama mengungkapkan potensi kehilangan devisa akibat berkurangnya kunjungan wisatawan seiring penghentian penerbangan dari dan ke China.
"Dari wisatawan Tiongkok sendiri secara langsung itu US$ 2,8 M. Itungannya 2 juta wisatawan per visit mereka spend US$ 1.400. Jadi total US$ 2,8 m. Tapi kan dampak dari ini juga punya dampak wisatawan negara lain selain China. Tren jadi akhirnya menurun, ada kekhawatiran mungkin saat travelling terkait virus corona, banyak faktornya. Ini kita bicara satu tahun ya kerugian yang kita bisa hitung. Potensi satu tahun," ujarnya.
"Kita kan tidak tahu sampai kapan ini selesai, mudah-mudahan cepat," lanjut Wishnutama.
(miq/miq) Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini
Most Popular