
Internasional
Tragis, Ini Nasib Dokter Whistleblower Corona di China
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 February 2020 17:14

Jadi Whistleblower
Li merupakan seorang dokter mata yang bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Pria berusia 34 tahun itu pertama kali menemukan kasus infeksi virus yang mirip penyebab SARS itu pada Desember lalu.
Setelah menangani tujuh kasus yang sama, Li pun mengirim pesan mengenai ancaman coronavirus di sebuah grup obrolan sesama dokter pada 30 Desember. Ia menyarankan para dokter untuk memakai pakaian pelindung untuk menghindari infeksi.
Namun, empat hari kemudian dia dipanggil ke Biro Keamanan Umum untuk menandatangani surat pernyataan karena telah "membuat komentar palsu" yang "sangat mengganggu tatanan sosial".
"Kami sungguh-sungguh memperingatkan Anda: Jika Anda tetap keras kepala, dengan kekurangajaran seperti itu, dan melanjutkan kegiatan ilegal ini, Anda akan dibawa ke pengadilan - apakah Anda paham?" bunyi ancaman di surat itu.
Di bawah surat itu, Li menulis, "Ya, saya mengerti."
Pada akhir Januari, Li memosting salinan surat itu di Weibo dan menjelaskan apa yang terjadi. Pihak berwenang pun disebut telah meminta maaf kepadanya.
Namun permintaan maaf itu sudah sangat terlambat. Coronavirus telah merajalela di China pada saat itu.
Terjangkit Corona
Li mengaku mulai merasakan gejala terinfeksi corona pada 10 Januari. Ia menyebut dirinya mulai batuk-batuk pada hari itu. Keesokan harinya dia mulai demam. Namun baru dua hari kemudian ia dirawat di rumah sakit.
Li juga tidak langsung dinyatakan terinfeksi virus corona meski gejalanya telah muncul. Ia baru dinyatakan positif terjangkit setelah melakukan beberapa kali pemeriksaan, tepatnya pada 30 Januari.
"Hari ini pengujian asam nukleat menunjukkan hasil positif, keraguan telah hilang, akhirnya didiagnosis," tulisnya di Weibo pada saat itu.
Malangnya, melalui postingan di akun Weibo-nya pada bulan lalu, Li juga menyebut bahwa orang tuanya telah jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit.
Reaksi Rakyat China
Rakyat China berduka atas kematian Li. Mereka juga marah pada pemerintah yang dianggap lamban dan kurang serius dalam menanggapi kasus coronavirus. Sebagian besar keluh kesah itu disampaikan melalui situs media sosial China, Weibo.
Di Weibo, para penggunanya menyebut pemerintah berutang budi dan maaf pada Li. Mereka juga menuntut kebebasan berbicara.
Tuntutan itu membuat tanda pagar (tagar) 'Wuhan government owes Dr Li Wenliang and apology' dan 'We want freedom of speech' menjadi trending. Namun, kedua tagar itu langsung disensor pemerintah.
Ratusan ribu komentar terkait hal itu telah dihapus pada Jumat pagi, tulis BBC. Namun, dari beberapa komentar yang tersisa masih terlihat jelas kemarahan, kata media itu.
"Jangan lupa bagaimana perasaanmu sekarang. Jangan lupakan amarah ini. Kita tidak seharusnya membiarkan ini terjadi lagi," tulis salah satu pengguna Weibo.
"Kebenaran akan selalu diperlakukan sebagai rumor. Berapa lama Anda akan berbohong? Apakah Anda masih berbohong? Apa lagi yang harus Anda sembunyikan?" tulis akun lainnya.
(sef/sef)
Li merupakan seorang dokter mata yang bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Pria berusia 34 tahun itu pertama kali menemukan kasus infeksi virus yang mirip penyebab SARS itu pada Desember lalu.
Setelah menangani tujuh kasus yang sama, Li pun mengirim pesan mengenai ancaman coronavirus di sebuah grup obrolan sesama dokter pada 30 Desember. Ia menyarankan para dokter untuk memakai pakaian pelindung untuk menghindari infeksi.
"Kami sungguh-sungguh memperingatkan Anda: Jika Anda tetap keras kepala, dengan kekurangajaran seperti itu, dan melanjutkan kegiatan ilegal ini, Anda akan dibawa ke pengadilan - apakah Anda paham?" bunyi ancaman di surat itu.
Di bawah surat itu, Li menulis, "Ya, saya mengerti."
Pada akhir Januari, Li memosting salinan surat itu di Weibo dan menjelaskan apa yang terjadi. Pihak berwenang pun disebut telah meminta maaf kepadanya.
Namun permintaan maaf itu sudah sangat terlambat. Coronavirus telah merajalela di China pada saat itu.
Terjangkit Corona
Li mengaku mulai merasakan gejala terinfeksi corona pada 10 Januari. Ia menyebut dirinya mulai batuk-batuk pada hari itu. Keesokan harinya dia mulai demam. Namun baru dua hari kemudian ia dirawat di rumah sakit.
Li juga tidak langsung dinyatakan terinfeksi virus corona meski gejalanya telah muncul. Ia baru dinyatakan positif terjangkit setelah melakukan beberapa kali pemeriksaan, tepatnya pada 30 Januari.
"Hari ini pengujian asam nukleat menunjukkan hasil positif, keraguan telah hilang, akhirnya didiagnosis," tulisnya di Weibo pada saat itu.
Malangnya, melalui postingan di akun Weibo-nya pada bulan lalu, Li juga menyebut bahwa orang tuanya telah jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit.
Reaksi Rakyat China
Rakyat China berduka atas kematian Li. Mereka juga marah pada pemerintah yang dianggap lamban dan kurang serius dalam menanggapi kasus coronavirus. Sebagian besar keluh kesah itu disampaikan melalui situs media sosial China, Weibo.
Di Weibo, para penggunanya menyebut pemerintah berutang budi dan maaf pada Li. Mereka juga menuntut kebebasan berbicara.
Tuntutan itu membuat tanda pagar (tagar) 'Wuhan government owes Dr Li Wenliang and apology' dan 'We want freedom of speech' menjadi trending. Namun, kedua tagar itu langsung disensor pemerintah.
Ratusan ribu komentar terkait hal itu telah dihapus pada Jumat pagi, tulis BBC. Namun, dari beberapa komentar yang tersisa masih terlihat jelas kemarahan, kata media itu.
"Jangan lupa bagaimana perasaanmu sekarang. Jangan lupakan amarah ini. Kita tidak seharusnya membiarkan ini terjadi lagi," tulis salah satu pengguna Weibo.
"Kebenaran akan selalu diperlakukan sebagai rumor. Berapa lama Anda akan berbohong? Apakah Anda masih berbohong? Apa lagi yang harus Anda sembunyikan?" tulis akun lainnya.
(sef/sef)
Pages
Most Popular