Anies Baswedan Vs Risma di Pilpres 2024?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
06 February 2020 06:12
Simak analisis pengamat politik dari Median dan Kedai KOPI berikut ini.
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa hari belakangan, publik dihebohkan dengan penghinaan yang dilakukan Zikria alias ZKR via media sosial terhadap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Penghinaan dilatarbelakangi fakta ibu rumah tangga itu sakit hati lantaran Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan sering dirundung dan dibandingkan dengan Risma.

Tindakan Zikria berujung kepada penangkapan yang dilakukan Kepolisan Resor Kota Besar Surabaya pada 31 Januari 2020 di Perumahan Mutiara Raya, Bogor, Jawa Barat. Saat berbicara di hadapan awak media di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (3/1/2020), Zikria memohon maaf.

Menanggapi permohonan maaf Zikria, Risma dengan legawa memaafkan. Hal itu disampaikan Risma kepada awak media di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Rabu (5/2/20200.

"Kalau yang bersangkutan sudah meminta maaf, maka saya juga wajib memaafkan, karena Allah pun memberikan maaf untuk umatnya yang salah. Saya maafkan yang bersangkutan, saya sebagai manusia, saya maafkan, karena beliau juga manusia," katanya seperti dilaporkan cnnindonesia.com.

"Saya minta warga Surabaya hilangkan kebencian, jangan karena saya, kita saling bermusuhan, saya ndak ingin seperti itu. Saya berharap seluruh warga saya, kalau masih mencintai saya, tolong dimaafkan. Mari sama-sama berbesar hati untuk bisa memaafkan," lanjut Risma.

Meski telah dimaafkan, bagaimana dengan proses hukum terhadap Zikria yang sedang ditangani Polrestabes Surabaya?

"Proses hukum nanti akan kami kaji lebih dalam, ada prosesnya, ada tahapannya, nanti akan ditangani Kasat Reskrim," kata Kapolrestabes Surabaya Komisaris Besar Polisi Sandi Nugroho.

Terlepas dari kasus hukum, detik.com menuliskan ada konteks yang melatarbelakangai hal itu, yaitu perkara dukung mendukung, perkara pro dan anti, atau perkara cinta dan benci terhadap politikus.

"Saya kira ini ada perebutan pemilih oleh elite politik, memperebutkan suara untuk 2024," kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Riak-riak di akar-rumput itu, lanjut Rico, merupakan pertanda jalan menuju Pilpres 2024 terbuka. Konflik-konflik itu tidak muncul di ruang hampa, melainkan digerakkan elite-elite yang entah siapa, Rico tak memerinci. Yang jelas, yang masuk penjara bukanlah elite melainkan non-elite. Ada pula konsekuensi dari UU ITE yang sebelumnya sudah banyak 'memakan korban'.



Direktur Eksekutif Lembaga Survei Kelompok Diskusi Kajian Opini Publik Indonesia Kunto Adi Wibowo menarik akar fanatisme itu sampai Pilpres 2014. Sejak saat itu, pilihan publik terbelah antara Jokowi atau Prabowo. Istilah persaingan cebong versus kampret kemudian terbentuk.

"Kampret sudah berevolusi jadi kadrun, cebong-pun juga sudah berevolusi. Ini adalah drama Cebong vs Kampret Season 3," kata Kunto ketika dihubungi terpisah.

Seolah tak memperdulikan Jokowi dan Prabowo yang sudah berekonsiliasi, bahkan Prabowo menjadi menteri pertahanan dalam Kabinet Jokowi-Ma'ruf, akar rumput masih terbelah. Pendukung Jokowi sebagian besar menjadi pendukung Risma saat ini. Sedangkan pendukung Prabowo sebagian besar menjadi pendukung Anies.

Sebagaimana diketahui, Risma dan Jokowi sama-sama berasal dari PDIP. Anies dalam Pilgub DKI Jakarta 2017-2022 didukung Gerindra, partai besutan Prabowo, dan Partai Keadilan Sejahtera.

Anies dan Risma diasumsikan bakal berlaga di Pilpres 2024. Penalarannya, masa jabatan Anies sebagai gubernur DKI Jakarta bakal berakhir pada 2022. Sementara masa jabatan Risma sebagai Wali Kota Surabaya bakal berakhir pada tahun ini.

Di sisi lain, ada catatan sejarah Gubernur DKI Jakarta berpotensi melanjutkan jabatan hingga ke level RI1, sebagaimana yang dilakukan Jokowi pada 2014. Kalangan non-pendukung Anies tak ingin sejarah itu berulang. Maka Risma-lah yang dinilai berpotensi kuat melawan Anies di Pilpres 2024.

"Antitesisnya adalah Risma. Keduanya sama-sama kepala daerah meski berbeda level. Namun Surabaya dan Jakarta adalah dua kota besar di Indonesia. Terlebih lagi dua orang ini berasal dari dukungan partai berbeda," kata Kunto.

[Gambas:Video CNBC]


(miq/sef) Next Article Dipeluk Risma, Tangis Keluarga Awak KRI Nanggala pun Pecah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular