
Ada Produk China Disetop Impornya ke RI, Menularkan Corona?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 February 2020 17:51

China memang mitra dagang strategis RI dengan nilai impor barang yang terbesar. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor barang RI asal China mencapai US$ 36,56 miliar untuk periode Januari-Oktober 2019.
Namun sebagian besar barang impor asal China bukanlah barang konsumsi, melainkan barang modal atau bahan baku untuk industri. Sepanjang 10 bulan pertama tahun 2019, impor barang terbesar dari China adalah peralatan telekomunikasi dan perangkatnya. Bahkan impor bahan makanan tak masuk lima barang impor terbesar RI asal China.
Meskipun begitu Indonesia juga mengimpor komoditas bahan pangan dari China seperti bawang dan cabai. Misalnya bawang putih, di mana seluruh bawang putih impor di Indonesia berasal dari China dengan nilai US$ 332,91 juta pada Januari-Oktober 2019.
Indonesia juga mendatangkan cabai segar dingin dari China senilai US$ 2.100 dalam periode yang sama. Ada pula impor cabai kering tumbuk yang bernilai US$ 4,4 juta. Masih menyangkut cabai, ada juga impor cabai awet sementara senilai US$ 13.990. Selain itu, Indonesia juga mengimpor tembakau asal China senilai US$ 138,53 juta.
Selain dua komoditas di atas Indonesia juga mengimpor berbagai produk makanan hewani seperti ikan beku (HS 0303) yang di dalamnya ada berbagai jenis ikan. Dapatkah produk-produk tersebut jadi medium penularan virus corona sehingga impornya harus dihentikan untuk sementara?
Untuk menjawab pertanyaan ini, karakteristik dari virus harus diketahui terlebih dahulu. Menurut penelitian Jasper Fuk-Woo Chan yang dipublikasikan di Journal Emerging Microbes & Infection menunjukkan bahwa secara genetik, virus corona baru ini (2019-nCoV) memiliki 89% kemiripan dengan virus SARS yang menyerang kelelawar dan 82% mirip dengan virus SARS yang menyerang manusia.
Menurut Center for Disease Control & Prevention (CDC) AS, virus corona umum ditemukan menginfeksi hewan seperti unta, sapi, kucing dan kelelawar. Jarang virus corona yang menyerang hewan dapat menginfeksi dan kemudian menyebar lewat orang seperti pada kasus SARS, MERS dan sekarang 2019-nCoV.
CDC menduga virus ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak jarak dekat. Salah satu mekanismenya melalui batuk atau bersin. Belum jelas apakah jika seseorang yang menyentuh barang yang di permukaannya terdapat virus corona membuat orang tersebut terinfeksi.
CDC juga belum mengetahui apakah produk impor asal China terutama hewan dan produk hewani dapat menjadi medium penyebaran virus ini. Namun CDC sedang menyelidiki kemungkinan ini. Mengutip situs resmi CDC, jika ada data yang menunjukkan produk makanan dari hewan bisa menjadi medium untuk transmisi virus akan segera di publikasikan.
Walau belum diketahui pasti apakah produk-produk bahan makanan dapat menjadi medium penularan virus, upaya pencegahan masih lebih baik daripada mengobati.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Namun sebagian besar barang impor asal China bukanlah barang konsumsi, melainkan barang modal atau bahan baku untuk industri. Sepanjang 10 bulan pertama tahun 2019, impor barang terbesar dari China adalah peralatan telekomunikasi dan perangkatnya. Bahkan impor bahan makanan tak masuk lima barang impor terbesar RI asal China.
Meskipun begitu Indonesia juga mengimpor komoditas bahan pangan dari China seperti bawang dan cabai. Misalnya bawang putih, di mana seluruh bawang putih impor di Indonesia berasal dari China dengan nilai US$ 332,91 juta pada Januari-Oktober 2019.
Indonesia juga mendatangkan cabai segar dingin dari China senilai US$ 2.100 dalam periode yang sama. Ada pula impor cabai kering tumbuk yang bernilai US$ 4,4 juta. Masih menyangkut cabai, ada juga impor cabai awet sementara senilai US$ 13.990. Selain itu, Indonesia juga mengimpor tembakau asal China senilai US$ 138,53 juta.
Selain dua komoditas di atas Indonesia juga mengimpor berbagai produk makanan hewani seperti ikan beku (HS 0303) yang di dalamnya ada berbagai jenis ikan. Dapatkah produk-produk tersebut jadi medium penularan virus corona sehingga impornya harus dihentikan untuk sementara?
Untuk menjawab pertanyaan ini, karakteristik dari virus harus diketahui terlebih dahulu. Menurut penelitian Jasper Fuk-Woo Chan yang dipublikasikan di Journal Emerging Microbes & Infection menunjukkan bahwa secara genetik, virus corona baru ini (2019-nCoV) memiliki 89% kemiripan dengan virus SARS yang menyerang kelelawar dan 82% mirip dengan virus SARS yang menyerang manusia.
Menurut Center for Disease Control & Prevention (CDC) AS, virus corona umum ditemukan menginfeksi hewan seperti unta, sapi, kucing dan kelelawar. Jarang virus corona yang menyerang hewan dapat menginfeksi dan kemudian menyebar lewat orang seperti pada kasus SARS, MERS dan sekarang 2019-nCoV.
CDC menduga virus ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak jarak dekat. Salah satu mekanismenya melalui batuk atau bersin. Belum jelas apakah jika seseorang yang menyentuh barang yang di permukaannya terdapat virus corona membuat orang tersebut terinfeksi.
CDC juga belum mengetahui apakah produk impor asal China terutama hewan dan produk hewani dapat menjadi medium penyebaran virus ini. Namun CDC sedang menyelidiki kemungkinan ini. Mengutip situs resmi CDC, jika ada data yang menunjukkan produk makanan dari hewan bisa menjadi medium untuk transmisi virus akan segera di publikasikan.
Walau belum diketahui pasti apakah produk-produk bahan makanan dapat menjadi medium penularan virus, upaya pencegahan masih lebih baik daripada mengobati.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Most Popular