
Jokowi Ngenes Liat Kondisi Sawit RI, Ini Pesannya!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
30 January 2020 18:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan PT Pertamina (Persero) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit untuk meningkatkan penyaluran dana riset katalis.
Berbicara saat memberikan arahan dalam pembukaan rapat koordinasi Kemenristek/BRIN, Jokowi menegaskan bahwa dibutuhkan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan untuk mengembangkan katalis.
"Saya tahu Pertamina butuh 50 katalis. Dan nyaris semua impor. Hanya tiga katalis yang mampu kita produksi sendiri, padahal kita punya kemampuan produksi katalis itu," kata Jokowi, Kamis (301/1/2020).
Adapun katalis minyak nabati merupakan zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu untuk mengubah limbah minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar nabati, yang saat ini disebut sebagai B20.
Jokowi memandang, penggunaan minyak nabati sebagai pengganti bahan bakar memiliki implikasi positif terhadap perekonomian. Selain menekan impor minyak, cara ini bisa membuat Indonesia tidak bergantung dengan siapapun/
"Gak bisa kita dimainin negara. Gapapa ada diskriminasi Uni Eropa, gapapa. Kita gak tergantung pada mereka. Hal seperti ini yang kita tuju. Dan sekali lagi, ini meningkatkan kesejahteraan petani sawit," katanya.
Jokowi bahkan sempat merasa jengkel, lantaran rencana penerapan B20 sudah dicanangkan sejak 3 tahun lalu, namun baru terimplementasi pada 2018 lalu. Padahal, hal ini penting untuk meningkatkan daya saing Indonesia.
"Dua tahun gak ada kemajuan apa-apa, padahal ada inpres. Karena apa? Banyak yang masih seneng impor minyak. Dipikir saya enggak tahu," tegas Jokowi.
Dalam kesempatan yang sama, tim katalis dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Subagyo menegaskan bahwa bantuan yang selama ini diberikan Pertamina maupun BPDP Kelapa Sawit sudah cuup membantu.
Namun, bagi Jokowi, dana riset yang diberikan keduanya masih tergolong minim. Apalagi, iuran dana BPDP Kelapa Sawit saat ini mencapai Rp 35 triliun, sementara Pertamina terakhir membukukan keuntungan mencapai Rp 30 triliun.
"Upaya ini harus didukung penuh. BUMN seperti Pertamina harus berperan besar. Jangan takut dan malah menghindar. Kita ingat keuntungan Pertamina bukan hanya miliar, bukan hanya satu dua triliun. Tapi terakhir sudah di atas Rp 20 triliun," katanya.
"Itu kalau dipakai riset seperti ini, tidak ada ruginya. BUMN seperti Pertamina harus berperan lebih besar. Badan pengelola dana sawit juga harus aktif mendukung riset yang berdampak besar," kata Jokowi.
(gus) Next Article Larangan Ekspor Dicabut, Petani Sawit: Terima Kasih Jokowi!
Berbicara saat memberikan arahan dalam pembukaan rapat koordinasi Kemenristek/BRIN, Jokowi menegaskan bahwa dibutuhkan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan untuk mengembangkan katalis.
"Saya tahu Pertamina butuh 50 katalis. Dan nyaris semua impor. Hanya tiga katalis yang mampu kita produksi sendiri, padahal kita punya kemampuan produksi katalis itu," kata Jokowi, Kamis (301/1/2020).
Jokowi memandang, penggunaan minyak nabati sebagai pengganti bahan bakar memiliki implikasi positif terhadap perekonomian. Selain menekan impor minyak, cara ini bisa membuat Indonesia tidak bergantung dengan siapapun/
"Gak bisa kita dimainin negara. Gapapa ada diskriminasi Uni Eropa, gapapa. Kita gak tergantung pada mereka. Hal seperti ini yang kita tuju. Dan sekali lagi, ini meningkatkan kesejahteraan petani sawit," katanya.
Jokowi bahkan sempat merasa jengkel, lantaran rencana penerapan B20 sudah dicanangkan sejak 3 tahun lalu, namun baru terimplementasi pada 2018 lalu. Padahal, hal ini penting untuk meningkatkan daya saing Indonesia.
"Dua tahun gak ada kemajuan apa-apa, padahal ada inpres. Karena apa? Banyak yang masih seneng impor minyak. Dipikir saya enggak tahu," tegas Jokowi.
Dalam kesempatan yang sama, tim katalis dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Subagyo menegaskan bahwa bantuan yang selama ini diberikan Pertamina maupun BPDP Kelapa Sawit sudah cuup membantu.
Namun, bagi Jokowi, dana riset yang diberikan keduanya masih tergolong minim. Apalagi, iuran dana BPDP Kelapa Sawit saat ini mencapai Rp 35 triliun, sementara Pertamina terakhir membukukan keuntungan mencapai Rp 30 triliun.
"Upaya ini harus didukung penuh. BUMN seperti Pertamina harus berperan besar. Jangan takut dan malah menghindar. Kita ingat keuntungan Pertamina bukan hanya miliar, bukan hanya satu dua triliun. Tapi terakhir sudah di atas Rp 20 triliun," katanya.
"Itu kalau dipakai riset seperti ini, tidak ada ruginya. BUMN seperti Pertamina harus berperan lebih besar. Badan pengelola dana sawit juga harus aktif mendukung riset yang berdampak besar," kata Jokowi.
(gus) Next Article Larangan Ekspor Dicabut, Petani Sawit: Terima Kasih Jokowi!
Most Popular