Pak Jokowi! Kapan RI Lepas dari Ketergantungan Gula Impor?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 January 2020 12:41
RI tak hanya impor garam tapi juga masih impor gula dari Australia & Thailand karena produksi tanah air tak cukupi kebutuhan domestik
Foto: Detik.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Selain garam, Indonesia juga sudah lama mengimpor gula. Impor gula yang dilakukan Indonesia disebabkan karena produksi dalam negeri masih belum dapat memenuhi kebutuhan gula tanah air.

Kesadaran lepas dari ketergantungan impor gula sudah ada dan lintas pemerintah termasuk pemerintah Presiden Jokowi. Pada medio April 2015, Jokowi berjanji membenahi persoalan ketergantungan pada impor pangan.

"Kalau kita tidak impor berarti harganya akan naik, tetapi kalau kita impor dari dulu sampai sekarang kita akan seperti itu terus. Impor terus dan petani menjadi tidak rajin untuk berproduksi. Demikian juga dengan jagung, berapa juta ton kita impor. Inilah yang terus kita tahan. Gula juga sama, kedelai juga sama. Inilah yang ingin kita benahi tetapi sekali lagi memerlukan perubahan pola pikir, total cara cara kita berproduksi," kata Jokowi.

Namun, hampir 5 tahun berlalu, impor gula masih terjadi, bahkan volumenya terus bertambah. Selama Januari - Oktober 2019 saja, Indonesia mengimpor gula sebanyak 3,43 juta ton senilai US$ 1,15 miliar atau setara dengan Rp 16,1 triliun. Sejak 2014-2018 impor gula Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada periode tersebut, impor gula Indonesia naik 71,6%.



Indonesia banyak mengimpor gula terutama dari Thailand dan Australia. Impor terbesar gula Indonesia didominasi oleh gula mentah tebu lainnya dan gula yang dimurnikan. Impor gula tebu sejak Januari - Oktober 2019 mencapai 3,34 juta ton. Sementara impor gula yang dimurnikan atau gularafinasi pada periode tersebut mencapai 83.445 ton.
Impor Gula Indonesia Berdasarkan Jenis 2014-2018
Tak Hanya Garam, RI Juga Impor Gula dari Australia & ThailandSumber : Statistik Tebu Indonesia, BPS
Indonesia masih mengimpor gula sampai saat ini karena produksi dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan domestik. Pada 2018 contohnya, produksi gula Indonesia mencapai 2,17 juta ton. Sementara kebutuhan gula tanah air menurut Kementerian Perindustrian mencapai 6,6 juta ton. Artinya ada gap produksi dan kebutuhan sebesar 4,4 juta ton.

Tak hanya kurang, produksi gula RI juga terus mengalami penurunan. Jika kembali pada 2008, produksi gula tanah air mencapai 2,55 juta ton, sepuluh tahun kemudian produksi gula hanya 2,19 juta ton. Artinya dalam periode 10 tahun tersebut produksi gula dalam negeri telah susut 14,1%.
Produksi Gula Indonesia Menurut Status Perusahaan (Ton)
Tak Hanya Garam, RI Juga Impor Gula dari Australia & ThailandSumber : Statistik Tebu Indonesia, BPS
Sementara kebutuhan gula tanah air terutama gula kristal rafinasi (GRK) terus tumbuh. Saat ini gula tanah air banyak diserap oleh industri makanan dan minuman. Selain itu industri farmasi juga membutuhkan pasokan gula.

Dari tahun ke tahun industri minuman dan makanan terus tumbuh di kisaran 5% - 6%. Dengan penurunan produksi dan peningkatan kebutuhan, maka impor gula menjadi tak terhindarkan.

Salah satu penyebab utama impor yang tak terbendung adalah produktivitas gula yang terus menurun. Produktivitas gula yang terus menurun setidaknya disebabkan oleh dua faktor utama.

Pertama adalah susutnya lahan untuk produksi gula. Pada 2014, luas areal perkebunan tebu RI mencapai 472,6 ribu ha. Pada 2018, luas areal perkebunan tebu tanah air hanya 415,7 ribu ha. Artinya dalam periode tersebut luas lahan untuk produksi gula telah menyusut 12%.
Luas Lahan Produksi Tebu Indonesia Menurut Status dari Tahun ke Tahun (Ha)
Tak Hanya Garam, RI Juga Impor Gula dari Australia & ThailandSumber : Statistik Tebu Indonesia, BPS
Faktor kedua adalah masalah usia pabrik gula yang sudah tua. Pabrik gula yang ada di Indonesia usianya sudah tua, rata-rata lebih dari 100 tahun. Faktor lain yang juga turut serta mempengaruhi gap produksi dan kebutuhan gula tanah air adalah petani tebu dan pabrik gula yang seolah berjalan sendiri-sendiri.

Walau yang diimpor paling banyak adalah gula mentah untuk diproses lebih lanjut. Tetap saja hal ini tak bisa dibiarkan. Ke depan pemerintah harus bisa menambah lahan produksi gula, melakukan intensifikasi, melakukan revitalisasi pabrik gula serta meningkatkan program kemitraan dengan petani tebu rakyat mengingat suplai tebu yang dikuasai oleh perkebunan tebu rakyat mencapai 58,7%. 


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article E-Commerce Bunuh UMKM: Data Impor Gini, Wajar Jokowi Murka!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular