
Penerimaan PPN, PPnBM & PPh Migas Anjlok, Ini Penyebabnya
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 January 2020 14:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Lagi-lagi penerimaan pajak Indonesia kembali tak capai target, kali ini malah makin jauh dar target APBN. Penerimaan perpajakan yang tak capai target disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal.
Penerimaan pajak masih menjadi sumber pendapatan negara. Lebih dari 80% pendapatan RI disumbang oleh pajak. Target penerimaan pajak tahun kemarin dipatok sebesar Rp 1.577,6 triliun di APBN 2019. Namun realisasi sementara hingga akhir tahun hanya mencapai Rp 1.332,1 triliun saja atau 84,4%.
Realisasi sementara penerimaan pajak tahun 2019 juga melorot dibanding tahun lalu. Pada 2018 capaian realisasi penerimaan pajak mencapai 92,2% dari APBN. Penerimaan pajak tumbuh 1,4% dibanding tahun sebelumnya. Angka pertumbuhan itu tentunya sangat minimalis jika dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak tahun lalu yang tumbuh hingga14,1%.
Dari empat jenis pajak yang dipungut pemerintah. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM) serta Pajak Penghasilan Migas (PPh Migas) realisasinya mengecewakan.
Capaian PPN & PPnBM tahun 2019 tercatat hanya Rp 532,9 triliun atau 81,3% dari APBN. Angka tersebut lebih rendah dibanding tahun lalu yang realisasinya mencapai Rp 537,3 triliun. Itu artinya realisasi sementara PPN & PPnBM mengalami kontraksi 0,8% dibanding tahun lalu.
Di saat yang sama penerimaan PPh Migas justru anjlok yang paling dalam. Tahun 2019 penerimaannya mencapai Rp 59,1 triliun dari target APBN Rp 66,2 triliun atau mencapai 89,3%. Miris betul, karena tahun 2018, penerimaan realisasi PPh Migas mencapai Rp 64,7 triliun artinya jika penerimaan tahun 2019 dibanding 2018 mengalami kontraksi 8,7%.
Lesunya penerimaan pajak diakibatkan oleh kombinasi sektor eksternal maupun internal. Dari sektor eksternal perang dagang yang terjadi antara AS dan China menjadi salah satu pemberat roda perekonomian global.
Akibatnya volume perdagangan terkontraksi dan arus investasi menjadi melambat. Harga-harga komoditas seperti batu bara dan minyak mentah mengalami koreksi. Dampaknya juga dirasakan RI yang ekonominya masih bertumpu pada sektor komoditas.
Sejak awal tahun 2019 hingga kuartal III, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Pada Q1 ekonomi RI tumbuh 5,07%, kemudian tumbuh melambat menjadi 5,05% pada Q2 dan pertumbuhan ekonomi Sang Garuda kembali terpangkas di Q3 jadi 5,02%.
Penerimaan pajak masih menjadi sumber pendapatan negara. Lebih dari 80% pendapatan RI disumbang oleh pajak. Target penerimaan pajak tahun kemarin dipatok sebesar Rp 1.577,6 triliun di APBN 2019. Namun realisasi sementara hingga akhir tahun hanya mencapai Rp 1.332,1 triliun saja atau 84,4%.
Realisasi sementara penerimaan pajak tahun 2019 juga melorot dibanding tahun lalu. Pada 2018 capaian realisasi penerimaan pajak mencapai 92,2% dari APBN. Penerimaan pajak tumbuh 1,4% dibanding tahun sebelumnya. Angka pertumbuhan itu tentunya sangat minimalis jika dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak tahun lalu yang tumbuh hingga14,1%.
Dari empat jenis pajak yang dipungut pemerintah. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM) serta Pajak Penghasilan Migas (PPh Migas) realisasinya mengecewakan.
Capaian PPN & PPnBM tahun 2019 tercatat hanya Rp 532,9 triliun atau 81,3% dari APBN. Angka tersebut lebih rendah dibanding tahun lalu yang realisasinya mencapai Rp 537,3 triliun. Itu artinya realisasi sementara PPN & PPnBM mengalami kontraksi 0,8% dibanding tahun lalu.
Di saat yang sama penerimaan PPh Migas justru anjlok yang paling dalam. Tahun 2019 penerimaannya mencapai Rp 59,1 triliun dari target APBN Rp 66,2 triliun atau mencapai 89,3%. Miris betul, karena tahun 2018, penerimaan realisasi PPh Migas mencapai Rp 64,7 triliun artinya jika penerimaan tahun 2019 dibanding 2018 mengalami kontraksi 8,7%.
Kinerja Penerimaan Pajak 2019 ![]() |
Akibatnya volume perdagangan terkontraksi dan arus investasi menjadi melambat. Harga-harga komoditas seperti batu bara dan minyak mentah mengalami koreksi. Dampaknya juga dirasakan RI yang ekonominya masih bertumpu pada sektor komoditas.
Sejak awal tahun 2019 hingga kuartal III, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Pada Q1 ekonomi RI tumbuh 5,07%, kemudian tumbuh melambat menjadi 5,05% pada Q2 dan pertumbuhan ekonomi Sang Garuda kembali terpangkas di Q3 jadi 5,02%.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartalan ![]() |
Next Page
Berbagai Penyebab Turunnya Pendapatan
Pages
Most Popular