Jenderal Qasem Tewas, Politikus Syiah Irak: Usir Pasukan AS!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 January 2020 15:30

Baghdad, CNBC Indonesia - Pimpinan Organisasi Badr, partai politik Syiah terbesar di Irak, menyerukan agar pasukan Amerika Serikat (AS) didepak keluar dari Negeri 1001 Malam. Seruan itu disampaikan setelah serangan udara yang dilancarkan Negeri Paman Sam di dekat Bandara Internasional Baghdad menewaskan Jenderal Qasem Soleimani dan Komandan Milisi Irak Abdu Mahdi al-Muhandis selaku penasehat sang jenderal.
"Kami menyerukan agar semua pasukan untuk menyatukan sikap mereka untuk mengusir pasukan asing yang kehadirannya menjadi sia-sia di Irak," tegas Hadi al-Amiri, pimpinan Organisasi Badr, dalam sebuah debat antara fraksi dari tiap pimpinan partai politik yang dalam beberapa bulan ini terus membahas hal ini, seperti dikutip Reuters, Sabtu (4/1/2020).
AS dan Irak memang pernah bertempur bersama pada medio 2014-2017 melawan militan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), meskipun hubungan keduanya justru semakin memanas akhir-akhir ini.
Sekitar 5.000 pasukan AS tetap berada di Irak, di mana sebagian besar mereka bertindak sebagai penasehat. Adapun milisi dimasukkan ke dalam pasukan pemerintah di bawah payung pasukan yang dipimpin Muhandis.
Penarikan pasukan AS bisa memengaruhi kemampuan angkatan bersenjata Irak untuk memerangi sisa-sisa kombatan ISIS yang telah melancarkan pemberontakan sejak 2017.
Irak mau tidak mau akan kehilangan akses ke alat persenjataan militer ataupun dukungan udara yang selama ini dimiliki oleh AS.
Amiri sendiri memimpin blok politik yang mewakili kelompok milisi memiliki jumlah kursi terbesar kedua di parlemen.
Moqtada al-Sadr, seorang ulama yang mengklaimsebagai nasionalis menolak ikut campur tangan dalam permasalahan AS dan Iran. Namun, ia tetap meminta semua pihak berperilaku dengan bijaksana.
Al-Sadr juga memerintahkan seluruh masyarakat agar siap melindungi Irak, beberapa hari setelah menyatakan kesediaannya untuk bekerja dengan lawan-lawan politiknya untuk mengakhiri keberadaan milir AS di Irak.
(miq/miq) Next Article Qasem Soleimani: Jenderal Karismatik Iran yang Tewas oleh AS
"Kami menyerukan agar semua pasukan untuk menyatukan sikap mereka untuk mengusir pasukan asing yang kehadirannya menjadi sia-sia di Irak," tegas Hadi al-Amiri, pimpinan Organisasi Badr, dalam sebuah debat antara fraksi dari tiap pimpinan partai politik yang dalam beberapa bulan ini terus membahas hal ini, seperti dikutip Reuters, Sabtu (4/1/2020).
AS dan Irak memang pernah bertempur bersama pada medio 2014-2017 melawan militan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), meskipun hubungan keduanya justru semakin memanas akhir-akhir ini.
Penarikan pasukan AS bisa memengaruhi kemampuan angkatan bersenjata Irak untuk memerangi sisa-sisa kombatan ISIS yang telah melancarkan pemberontakan sejak 2017.
Irak mau tidak mau akan kehilangan akses ke alat persenjataan militer ataupun dukungan udara yang selama ini dimiliki oleh AS.
Amiri sendiri memimpin blok politik yang mewakili kelompok milisi memiliki jumlah kursi terbesar kedua di parlemen.
Moqtada al-Sadr, seorang ulama yang mengklaimsebagai nasionalis menolak ikut campur tangan dalam permasalahan AS dan Iran. Namun, ia tetap meminta semua pihak berperilaku dengan bijaksana.
Al-Sadr juga memerintahkan seluruh masyarakat agar siap melindungi Irak, beberapa hari setelah menyatakan kesediaannya untuk bekerja dengan lawan-lawan politiknya untuk mengakhiri keberadaan milir AS di Irak.
(miq/miq) Next Article Qasem Soleimani: Jenderal Karismatik Iran yang Tewas oleh AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular